Share

04. BERTENGKAR HEBAT

Seminggu setelah kejadian itu, Dirga dan Aluna tidak saling menghubungi satu sama lain. Hal yang Aluna syukuri karena sampai saat ini mahkotanya masih terjaga dengan baik. Walau jauh dari dalam lubuk hati, Aluna masih sedih dengan perlakuan Dirga tempo hari.

Gadis dengan rambut diikat bun itu kembali mengetik. Mengerjakan tugas kuliah yang sempat terbengkalai. Namun, pikirannya tidak bisa fokus. Entah kenapa, wajah Dirga terus terbesit dalam isi kepala.

"Dia mirip serigala," celetuknya.

Dirga Aryatama, dua kali bertemu dan pria itu seperti memiliki dualitas yang berbeda di mata Aluna. Sikap ramah yang sempat membuat Aluna nyaman dan tidak takut sekalipun mereka baru saling kenal. Akan tetapi, di sisi lain sifat dingin yang ditunjukkan pria itu mampu membuat Aluna bergidik ngeri. Sorot mata tajam dengan tatapan mengintimidasi, hanya sekali ucap siapapun akan dibuat takut oleh CEO tampan itu.

"Kenapa aku peduli? Kamu pasti sudah tidak waras, Aluna." Gadis itu memukul dahi pelan, lalu kembali melanjutkan tugas kuliahnya.

Sementara itu, di sebuah hunian elite kawasan Jakarta Pusat tepatnya di salah satu rumah mewah bak istana dengan dominasi warna putih. Seorang pria duduk di atas sofa dengan tangan dilipat di dada. Beberapa foto berjejer di atas meja. Potret perselingkuhan sang istri dengan pria lain yang Bagas ambil saat memata-matai Mayang.

"Istrimu aneh, Dirga. Pria bernama Krisna itu seorang pengangguran. Dia sempat memiliki usaha yang cukup maju tetapi belakangan diketahui usaha pria itu mengalami kebangkrutan. Pria itu bahkan dikabarkan baru saja bercerai dengan istrinya karena selain jatuh miskin, Krisna juga pria yang tempramental. Apa mungkin Mayang kena guna-guna?"

Dirga mengurut pelipis, otaknya seperti mau pecah ketika mengingat penjelasan Bagas saat di kantor tadi siang. Sahabat sekaligus kepercayaan Dirga itu sangat menyayangkan perselingkuhan yang dilakukan Mayang. Mengingat bagaimana Dirga begitu mencinta Mayang. Dirga sampai rela menanggung biaya kuliah Mayang saat itu karena Mayang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Dirga juga rela untuk menikah muda demi Mayang, agar bisa mengurus dan menjaga Mayang.

"Baru pulang? Darimana saja? Tidak lihat ini sudah jam berapa?" Dirga menunjuk jam yang berhenti di angka dua belas.

"Tentu saja aku baru pulang kerja."

Wanita bertubuh ramping itu kembali melangkahkan kaki menuju kamar. Namun, Dirga segera menahan sang istri. Dia perlu membahas masalah perselingkuhan yang dilakukan istrinya.

"Tunggu sebentar, ada yang perlu aku bicarakan."

"Ada apa, Mas? Aku lelah, mau istirahat. Besok saja bicaranya."

"Aku bilang, aku perlu bicara."

Mayang mendengus kesal saat sang suami meninggikan suaranya. Terpaksa dia menuruti keinginan sang suami. Mayang berjalan ke tempat dimana Dirga sedang duduk. Betapa terkejut Mayang saat melihat sesuatu yang berserakan di atas meja. Hal yang sukses membuat netra Mayang membulat sempurna.

"Kenapa? Kaget?" ejek Dirga.

"A-apa ini?" gagap Mayang.

"Harusnya aku yang bertanya. Bukan kamu."

"A-aku nggak tahu, Mas. Siapa yang ambil foto ini? Ini pasti editan." Mayang semakin gelagapan.

"Bagaimana ini editan? Aku sendiri yang mengambil foto ini!"

Dirga sudah tidak tahan lagi. Dia meluapkan emosi yang sudah ia tahan sejak tadi. Kabar perselingkuhan Mayang sudah terdengar sejak lama. Dirga bahkan pernah menemukan chat mesra Mayang dengan pria lain di ponsel wanita itu. Namun, saat itu Dirga mencoba menutup mata. Dia mencoba meyakinkan diri jika chat tersebut hanya salah kirim.

"Apa?"

"Iya, aku sendiri yang mengambil foto itu saat di Langham Hotel. Sedang apa kamu disana dengan pria lain? Di hotel? Apa yang kalian lakukan disana?" tanya Dirga dengan penuh penekanan.

Raut wajah Mayang mendadak pucat pasi. Dia sudah tidak bisa mengelak lagi. Dirga bahkan tahu nama hotel yang Mayang kunjungi untuk bersenang-senang bersama selingkuhannya itu. Hal yang juga menimbulkan tanya dalam diri Mayang. Sedang apa sang suami di hotel tersebut?

"Kenapa Mas bisa tahu? Lalu, kenapa Mas bisa ada di sana? Apa yang sedang Mas lakukan di hotel?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Dirga kembali meninggikan suara.

Mayang semakin bungkam. Otaknya mulai berpikir keras, alasan apa yang harus ia katakan pada sang suami. Terlebih saat ini Dirga terlihat sangat marah. Mayang belum pernah melihat sang suami semarah ini.

"Kalau iya, kenapa? Kalau aku selingkuh, kenapa? Aku begini gara-gara kamu, Mas."

Dengan segenap keberanian, Mayang mengakui perbuatannya dengan dagu terangkat. Tidak ada keraguan pada diri Mayang saat memutuskan untuk mengaku pada sang suami. Kali ini dia tidak akan menyangkal lagi.

"Kau sudah gila, Mayang." Dirga tercengang tidak percaya.

"Iya, aku begini gara-gara Mas. Kamu terlalu sibuk bekerja dan tidak ada waktu sama sekali buat aku. Juga …."

Mayang terlihat mengepalkan tangan. Wajahnya merah padam seperti menahan amarah. Wanita itu memutuskan untuk mengatakan alasan dia berselingkuh.

"Karena kamu tidak bisa memberi aku keturunan. Aku malu selalu ditanya oleh ibu kapan punya anak. Aku juga ingin seperti wanita lain. Bisa merasakan apa itu namanya hamil dan melahirkan. Aku ingin menimang seorang bayi. Tetapi, semua itu tidak akan pernah terjadi karena …." Mayang menarik napas dalam. "Karena kamu mandul, Mas."

"Atas dasar apa kamu menuduhku mandul? Kita sudah sering pergi ke dokter bersama dan kita berdua dinyatakan sehat. Kita hanya perlu bersabar, Mayang." Sekuat tenaga Dirga berusaha menahan amarah.

"Sampai kapan, Mas? Sampai aku tua?"

"Aku minta kamu hentikan hubungan terlarang kalian. Aku akan menganggap semua ini tidak pernah terjadi. Tinggalkan lelaki itu, Mayang. Dia bukan pria yang baik."

Dirga mulai menurunkan suara dan mencoba membujuk Mayang agar berhenti berselingkuh. Bagaimanapun, Dirga mencintai Mayang dan tidak mau kehilangan wanita terkasihnya itu. Dirga akan mencoba memberi Mayang kesempatan kedua.

"Dia lebih baik dari kamu, Mas. Dia selalu ada buat aku. Aku nyaman bersama dia. Dia pria yang selalu berhasil membuatku bahagia setiap harinya."

Seketika dunia Dirga hancur saat wanita itu mengatakan hal yang sangat menyakiti hati. Segala cinta dan pengorbanan Dirga tak dianggap sama sekali oleh Mayang. Dirga sangat kecewa, dia tidak menyangka Mayang akan mengatakan hal semenyakitkan ini.

"Sekali lagi, aku minta baik-baik sama kamu, Mayang. Tinggalkan pria itu. Aku akan menganggap semua ini tidak pernah terjadi. Hubungi pria itu sekarang dan katakan di hadapanku jika kamu ingin mengakhiri perselingkuhan kalian."

Nampak pria itu mengusap wajah dengan kasar. Dirga sangat berusaha untuk mengendalikan diri agar tidak emosi menghadapi Mayang. Dirga menyodorkan ponsel pada Mayang, meminta wanita itu untuk menghubungi kekasih gelapnya.

"Aku nggak mau, Mas," tegas Mayang.

"Mayang!"

"Aku nggak mau. Aku mencintai dia, Mas. Jangan urusi hidupku. Urus saja perusahaan sampai kamu tua. Jangan pedulikan aku."

Mayang segera menyambar foto yang ada di atas meja lalu menaruh foto itu pada tas merk Chanel miliknya. Dirga yang melihat itu segera meraih tangan Mayang. Namun, wanita itu segera menepis tangan Dirga dengan kasar.

"Mau ke mana kamu?" Dirga mulai frustasi.

"Bukan urusan kamu!"

Mayang bergegas meninggalkan Dirga. Wanita itu benar-benar keluar dari mansion megah yang ia tinggali. Mayang benar-benar sudah dibutakan oleh cinta sesaat. Sampai-sampai wanita itu mengabaikan Dirga yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun. Dia melupakan jika kesuksesan yang dia raih sebagai presenter di stasiun TV ternama itu karena ada campur tangan dari Dirga.

"Argh …."

Amarah sudah tidak terbendung, Dirga spontan melemparkan ponsel pada meja yang ada di hadapannya. Meja berbahan kaca itu hancur seketika dan semua serpihan nampak berserakan. Pria itu mengusak rambut dengan kasar diselingi dengan umpatan dan teriakan yang menggema di penjuru ruangan.

"Ada apa ini, Bro?"

Bagas yang baru saja sampai terkejut melihat rumah Dirga yang berantakan. Dirga pun sama berantakannya. Tujuan Bagas datang ke rumah Dirga tidak lain ingin memberi informasi pada pria itu tentang selingkuhan Mayang.

"Antar aku, Bagas." Dirga mulai melangkahkan kaki.

"Kemana, Bro?" Bagas mengernyitkan dahi saat sahabatnya itu berjalan melewatinya.

"Beli apartemen."

"Hah?" Spontan mulut Bagas menganga lebar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status