Entah keberuntungan apa yang membawa Gavin malam itu. Raline mau menemani Gavin, meskipun sempat ada penolakan dari Raline. Lelaki itu sebelumnya berjanji tidak akan bersikap kasar dengannya. Yang membuat Gavin semakin bahagia adalah, si cupu mau naik motor bersamanya.
“Awas aja kalau ngebut di jalan!” ancam Raline saat ia menaiki motor sport Gavin. “Kepala kamu gak aman dibelakang!” tegas Raline lagi.
“Iya-iya bawel amat, mau jalan dekat doang. Cerewet,” gerutu Gavin. Namun senyum Gavin tersungging manis saat tangan Raline berpangku di pinggang dan pundaknya sambil menaiki motor.
Gavin tersengat romansa yang sebelumnya belum perna
Setelah baca bab, jangan lupa luapkan isi hati kalian dengan keromantisan Gavin dan Raline ya :) Dah bucin apa belum?
Mereka berdua bertemu tatap, Gavin yang menunduk menatap wajah Raline. Dan gadis itu menengadahkan wajahnya menatap binar hangat dari kedua mata Gavin yang ternyata berwarna hazel.***Dalam hitungan detik Gavin bisa menelusuri bentuk wajah Raline dengan jelas. Lalu membingkainya dalam memori ingatan. Bukan hanya cantik, tetapi ada kelembutan yang selalu ingin ia dapatkan dari gadis yang disukainya itu. Bahkan wangi lotion susu yang luntur karena air hujan sudah cukup menggoda indera penciuman Gavin. Sekalipun lotion yang dipakai murah, tapi Gavin akan melabeli aroma itu sebagai aroma khas tubuh Raline.Tersadar dengan cepat, Raline memb
Mendapatkan jawaban dari Raline membuatnya sekarang bisa melangkah untuk pergi. Tetapi saat memeluk Raline, ia merasa jika ada ruang kosong yang mampu Gavin isi disana.“Baru kali ini aku merasakan sakitnya ditolak,” ucap Gavin dengan senyum pasi.“Ini hanya sebuah perasaan, tidak lebih. Karena aku sendiri sadar, kalau duniaku berbeda dengan orang lain. Tapi, aku tidak bisa mengelak keindahan rasa yang tumbuh dengan tulus di dalam hati. Dan aku hanya bisa menikmati perasaan ini, sampai pada akhirnya aku harus lupa dengan semua ini.” Raline menyunggingkan senyum manisnya, dan itu sangat menyakiti perasaan Gavin saat memandangnya.“Kalau k
Saat ada yang hilang, aku kira semuanya akan baik-baik saja. Ternyata yang hilang itu tidak bisa tergantikan dengan hal apapun di dunia ini.***SMA ELITEUjian hari pertama sudah selesai. Beberapa murid masih berada di depan kelas saling membahas soal ujian yang mereka kerjakan. Namun ada juga yang berkumpul hanya untuk membahas hal lain. Ada yang asik tengah bergosip, membahas langkah kemana mereka setelah lulus dari SMA. Bahkan ada juga yang pamer kekayaan orang tua mereka.Kebetulan Raline yang masih berada di sekolah, tidak sengaja mendengar gerombolan gadis tengah pamer barang branded mereka masing-masing. Berlalu melewati gerombolan gadis cantik dengan seragam ketat dan riasan cukup te
"Apa yang kalian lakukan? kembalikan kacamata itu!" Teriak Tian yang melihat tingkah anak buah Mama nya.Semua bodyguard terdiam melihat anak dari Mami Lisa itu berteriak membela Raline. Tian melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri gerombolan bodyguard yang langsung tertunduk takut."Sini, mana kacamatanya!" Tian mengulurkan tangannya meminta si bodyguard bertubuh kurus memberikan kacamata milik Raline."I-ini tuan.""Pergi kalian semua!" gertak Tian dengan nada keras.Semua bodyguard itu tunggang langgang meninggalkan pos di depan komplek yang sudah menjadi wilayah penjagaan milik bodyguard Mami Lisa.
BRUGH!Laura jatuh tersungkur tepat di depan meja Mami Lisa. Sambil memegangi cerutu, Mami Lisa beranjak berdiri dari tahtanya. Bukan hanya Laura yang terjatuh di lantai, tapi Maria yang dari tadi berada di ruangan Mami Lisa hanya bisa diam membisu. Mulut Maria terbungkam dengan sehelai kain hitam yang terikat kencang, Wajah Maria penuh luka dan memar.“Aku mohon lepaskan Maria, dia tidak bersalah!” Jerit Laura memohon.Germo itu menghampiri Laura dan berjongkok tepat di depannya, kemudian menarik rambut bagian belakang dengan keras. Laura meringis kesakitan, tapi ia tidak peduli dengan rasa sakitnya.PLAK!
“Buka gak pintunya!” titah Tian kepada bodyguard yang berjaga di depan pintu gudang penyimpanan.“Tapi nanti mereka kabur tuan,” ujar bodyguard yang berjaga di depan masih tampak ragu untuk menuruti titah anak dari bos nya itu.“Kalian tetap berjaga, aku akan masuk sebentar saja.” terang Tian dengan titahnya. Dengan gagap, bodyguard membukakan pintu gudang. Tian pun masuk ke dalam, lalu dikunci lagi oleh si penjaga dari depan.“T-tian!?” Laura yang melihat sosok Tian langsung kembali bersemangat setelah kelelahan dengan tangan dan kaki yang terikat tali. “Bagaimana keadaan Raline? Bantu tante keluar dari sini, aku harus menyelamatkan Raline.” cerca Laura penuh pengharapan. 
Pagi harinya, Tian sudah menunggu Raline di depan pintu rumah. Sudah 30 menit Tian menunggu gadis berkacamata itu keluar dari rumahnya. Dengan mengenakan seragam sekolah yang berbeda, lelaki itu rela menunggu untuk mengantarkan Raline pergi ke sekolah. Kantung mata yang menghitam di bawah mata sebagai bukti jika, Tian mengalami malam yang panjang dengan tidak tidur.“Astaga! Tian?” sentak Raline terkejut saat keluar dari rumah malah melihat Tian.“Hai, selamat pagi!” sapa Tian dengan senyum pasi. “Aku akan mengantarkanmu sekolah hari ini,” ujar Tian mengajaknya tanpa perlu menanyakannya terlebih dahulu.“M-mengantar? Siapa?” tanya Raline tidak yakin dengan ucapan Tian barusan.
Oriental Avenue, Bangkok Thailand. Hotel Mandarin Oriental.Gavin tengah keluar dari kamar hotel suite miliknya setelah selesai bekerja seharian. Ini hari kedua Gavin berada di Bangkok, Thailand. Mengenakan kaos hitam dan celana pendek berwarna khaki, Gavin keluar dari kamar dan langsung diiringi oleh dua bodyguard setianya."Kalian tidak bosan berada disini?" sindir Gavin dengan langkah tertahan.Kedua bodyguard Gavin terdiam sesaat. Lalu saat Gavin berjalan pelan, kedua bodyguard itu mengikuti langkah kemanapun tuan mudanya itu pergi. "Berhenti kalian. Aku ingin sendirian!" bentak Gavin kemudian."Tuan maafkan kami. Tetapi kami tidak mau terjadi apa-apa dengan tuan." jawab Jamal dengan hormat.