Share

BAB 7 A

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-15 13:43:07

PAPA MUDA 7 A

Oleh: Kenong Auliya Zhafira

Kehidupan yang terajut benang penuh kehitaman bisa menyisakan kekhawatiran tanpa ujung. Apalagi bias hasrat memulai hubungan baru tidak kunjung berpendar setelah lima tahun lamanya. Entah karena masih sakit atau cinta itu telah terkikis dan menyempit, tidak ada yang tahu. 

Wanita yang memilih menemani perjalanan sang anak hingga detik ini perlahan mendekat ke arah dua manusia beda usia di depannya. Ia memutuskan untuk membiarkan keadaan bisa merayu waktu supaya perasaan itu lekas bersemayam. 

"Gala, Sayang ... Nenek ke ruangan papamu dulu ya? Kalau udah selesai nanti nyusul aja," ucapnya seakan memberi ruang pada cucunya untuk menikmati kebersamaan dengan orang baru. 

Gala menjawab tanpa melepaskan krayon di tangan, "iya, Nek. Nanti kalau udah selesai, Gala ke ruangan Papa." 

Sang nenek tersenyum. Cucunya itu memang istimewa. Meski terlahir dari usia wanita belum matang secara mental, tetapi ia bisa tumbuh menjadi anak yang baik dan cerdas. Hal itu terbukti akan sikapnya yang cepat akrab dengan orang lain. Belum lagi hampir tidak pernah membahas wanita yang melahirkannya. Ya, kecuali beberapa hari yang lalu. Entah sebab apa bibir mungilnya bertanya tentang keberadaan Arista—wanita yang melahirkan sekaligus meninggalkannya. 

Ketika Gala kembali menatap gambar keluarga yang sempurna, sang nenek melirik wanita di sebelah cucunya. Wajahnya terlihat masih muda, auranya pun seakan mencintai dunia anak.

"Maaf, Mbak ... tolong jaga Gala sampai mewarnai gambarnya selesai ya? Nanti biar saya yang bilang sama Alsaki kalau kamu terlambat kerjanya. Kalau boleh tahu nama kamu siapa? Sepertinya karyawan baru," ujar wanita yang mulai menumbuhkan kagum disertai penasaran.

Dyra menghentikan sejenak fokusnya pada anak kecil di sebelah, lalu berbalik menatap wanita yang tidak lain ibu dari Alsaki—pemilik Gala Cell tempatnya bekerja. 

"Nama saya Andyra Arsha, Tante ... insyaallah akan saya jaga sampai selesai mewarnai. Terima kasih sudah mengizinkan keterlambatan saya pada Mas Al," jawabnya sembari menunduk sebagai bentuk rasa hormat.

"Sama-sama. Sebelumnya saya juga terima kasih. Kalau begitu saya tinggal," ujarnya begitu sopan, lalu berbalik dan melangkah meninggalkan keduanya. 

Sebagai ibu yang mengetahui sifat anaknya, ia tidak tahu jika Alsaki menerima karyawan baru seorang wanita. Karena selama ini hanya ada dua karyawan pria yang membantu pekerjaannya. Namun, ia tidak ingin terlalu ikut campur urusan konter. Baginya Alsaki cukup pandai mengelola hingga detik ini. 

"Apa dia ingin suasana baru di sini, hingga menerima karyawan wanita muda? Sepertinya masih bebas juga. Apa jangan-jangan ... sudah meniatkan menikah dan melupakan Arista?" tanyanya dalam hati sembari melangkah maju hingga sampai ke depan ruangan Alsaki—anaknya. 

Tanpa mengetuk pintu, wanita yang memiliki andil dalam pencapaian saat ini masuk ruangan begitu saja. Ia dapat melihat anaknya tengah sibuk menatap lembaran kertas di meja. Mungkin sedang mencocokkan jumlah barang dan pengeluaran. 

"Siang, Al ... masih sibuk, kah? Ibu datang sama Gala. Katanya ingin main ke sini," sapanya langsung memberi kode kedatangannya. 

Pria yang kini memiliki tanggung jawab besar di pundaknya menoleh, menatap wanita yang begitu diliputi rasa sabar mau berbagi merawat  Gala—anaknya. Kedatangan mereka berdua di konter hampir setiap hari, membuat Alsaki bisa memantau perkembangan anaknya lebih mudah.

"Ibu ke sini sama Gala? Terus Gala mana? Kok, hanya Ibu yang masuk?" tanyanya tanpa henti karena tidak melihat Gala di sebelah ibunya. 

Sang ibu memilih duduk di sofa yang tersedia khusus dalam ruangan. Alsaki memang sengaja menata ruangannya untuk bersantai dan serius sekaligus. Hal itu dikarenakan Gala kerap menghabiskan waktunya di konter untuk menemani bekerja hingga sore menyapa. Berbagai kegiatan dari tangan kecilnya kadang mampu menghasilkan karya seni indah sesuai usianya. Meski berantakan tapi cukup memberi hiburan.

"Kamu tenang saja. Gala lagi mewarnai di dekat taman belakang sama Dyra. Kok, kamu tidak cerita kalau ada karyawan baru. Wanita dan masih muda lagi. Kamu tahu, Al ... dia gampang sekali akrab dengan Gala. Katanya Dyra itu Tante teman sekolahnya. Ibu mau kamu nanti tidak marah kalau dia datang terlambat. Kamu tahu sendiri kalau Gala sudah memegang krayon," cerita sang ibu dengan wajah berseri layaknya lampu yang telah menemukan pijar. Bahkan hasrat untuk meminta mencari pengganti Arista kembali menggebu mengacak pikiran. 

Alsaki menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tetapi kepalanya masih belum menangkap pertanyaan sang ibu mengarah ke mana. Tidak ada salahnya menambah karyawan satu lagi dan seorang wanita. Bukan kebetulan juga jika wanita itu adalah Dyra—tantenya Cantika— teman sekolah anaknya. Akan tetapi, tentang anaknya yang bisa bergaul dengan orang baru menarik pikiran untuk membahas lebih lanjut. 

"Maksud Ibu apa? Gala lagi sama Dyra?" tanya Alsaki seolah menyelidik kebenaran itu. Akalnya masih berpikir bagaimana mungkin Gala bisa akrab secepat itu dengan orang baru. Padahal biasanya butuh waktu. "Apa karena Dyra itu tantenya Cantika? Cantika, kan, teman sekolahnya. Otomatis Gala pasti sering bertemu dengannya," pikirnya dalam hati. 

Wanita yang sempat mengutarakan keinginannya memiliki menantu kedua kali tersenyum manis. Entah kenapa rasa mengungkapkan isi hati menyeruak lagi tanpa bisa dibendung lebih lama. Dengan  menarik napas dalam, ia menatap lekat anak lelakinya. 

"Al ... Dyra itu cantik, masih muda. Bisa akrab sama Gala lagi. Apa kamu tidak ingin menjadikan Dyra sebagai istri dan mama untuk anakmu? Ibu rasa dia wanita yang mengerti tugasnya jika menikah nanti. Menikahlah, Al ... apa kamu tidak pernah berpikir kalau Gala masih membutuhkan sosok mama?" ucap sang ibu terdengar begitu serius. Ia tidak peduli lagi akan mendapat penolakan bertubi-tubi seperti sebelumnya. Karena kenyataannya memang Gala—cucu kesayangannya masih membutuhkan sosok wanita bergelar mama.

Pria yang masih ingin hidup sendiri itu menelan ludahnya susah payah. Ternyata wanita di depannya begitu kekeh meminta mama pengganti untuk Gala—anaknya. Namun, seluruh hatinya masih dikuasi sakit yang membuat akalnya menepi dari urusan cinta. Bukan tidak ingin mencari, tetapi ada trauma karena luka ditinggal pergi lima tahun lalu masih membayangi bagaikan mimpi buruk. 

Apalagi Dyra masih muda. Ia pasti punya banyak mimpi yang ingin digapai, persis seperti Arista dulu. Ia tidak mau terluka kedua kali karena melepas cinta yang tidak ingin tinggal. Bukankah hanya sakit jika menahan orang yang kita cintai? Lagipula belum tentu Dyra memiliki perasaan untuknya ketika waktu baru mempertemukan beberapa kali. 

"Sudahlah, Bu ... jangan bahas tentang ini. Sakit itu masih terasa ketika dia dengan tega memilih pergi hanya untuk menjadi penulis. Bahkan berbalik pun enggan saat aku memohon. Dyra tidak ada hubungannya dengan semua ini. Jangan bawa-bawa dia. Semisal pun takdir memanahkan cinta di sini, aku akan berpikir puluhan kali untuk memintanya. Karena menjadi mama pengganti itu tidak semudah membalikkan telapak tangan." Alsaki berusaha mematahkan impian sang ibu yang belum terlanjur tinggi.

Ia tidak ingin berharap banyak dari hubungan yang belum jelas akan berakhir seperti apa dan ke mana. Lagian hubungan yang ada dengan Dyra masih sebatas atasan dan karyawan. Masih terlalu jauh jika sudah berbicara cinta di awal. Walau tidak memungkiri sempat ada kagum saat pertama kali bertemu. 

-------***------

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE

    PAPA MUDA 49LAST EPISODEOleh: Kenong Auliya ZhafiraTanpa pikir panjang, begitu bibir wanita di depannya berhenti bicara, Alsaki segera memberikan kecupan mesra dan santai. Bibir yang saling bertemu seakan tahu jika luka dulu masih ingin diberi penawar. Mencairkan segala luka yang terjebak kesalahan lalu. Perlahan, kecupan itu kian tenggelam bersama kehangatan yang begitu mereka rindukan saat hati merasa ingin pergi tapi kenyataan menawan kuat perasaan. Sungguh sesuatu yang membuat jiwa sekarat. Alsaki menarik diri setelah lima menit berlalu menyelam indahnya cinta berbalut rindu. Ya, meski bertemu setiap hari tapi rindu itu justru semakin menggebu. Apalagi jika tentang menguraikan bahasa paling indah dari cinta. Hal itu dipastikan melumpuhkan debaran dalam sekali tarikan napas. "Aku mencintaimu ... menikahlah denganku, Andyra Arsha," pinta sang pria sekali kali. "Aku juga sangat mencintaimu. Jangankan menikah denganmu, hidup dan mati bersamamu pun aku mau," jawab Dyra tanpa l

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE H

    PAPA MUDA 49LAST EPISODE HOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra sengaja berjalan lebih cepat untuk memastikan keberadaan Malik di taman belakang. Takutnya itu hanya tipuan belaka. "Aku lihat Malik dulu ada apa enggak, Mbak. Bentar," ujarnya sembari mengintip dari balik tembok. Ia dapat melihat pria bernama Malik itu tengah memainkan ponselnya. "Oke, Mbak ... Malik beneran ada di sini," ucapnya lagi setelah memastikan kebenarannya. Arista tanpa ragu menuju taman belakang dengan pose layaknya bintang. Meskipun pakaian sederhana, tetapi ada niatan untuk mencari perhatian dari pria yang sibuk menatap layar ponsel. Namun, semua itu percuma. Pria bernama Malik itu tidak melirik sama sekali. "Haduh ... aku ini kurang cantik apa gimana? Wajahnya datar begitu tanpa ekspresi," kesalnya. Dengan mendekat beberapa langkah, Arista mencoba mengajak bicara. "Biarlah urusan hati bisa dipikirkan sambli jalan atau biar menjadi bagian dari masa lalu. Karena hati emang tidak bisa dipaksa," ucapnya lagi dis

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE G

    PAPA MUDA 49LAST EPISODE GOleh: Kenong Auliya ZhafiraPria yang ingin melibatkan apa pun yang ada di konter sebagai sarana bagian dari kejutan itu berbalik, lalu menjelaskan apa yang terbayang dalam benaknya. "Jadi, begini. Nanti, ponsel second yang ada di etalase dinyalakan semua. Aktifkan senter dan masukkan ke botol minum plastik. Lalu bentuk lambang hati di sini. Kita akan berada di dalam lambang itu saat mereka datang. Nanti minta Malik menutup mata mereka. Setelah kedua wanita itu melihat kita, kita bergantian mengatakan apa maunya kita. Gimana?" terang Alsaki sebagai pemilik ide yang cukup menghemat biaya. Adrian sendiri cukup mengagumi pola pikir pria di depannya. Soal memperlakukan wanita yang dicintai memang Alsaki bisa dikatakan sebagai juara. Hanya keadaan yang tidak mendukung hingga hatinya tersakiti dan terluka dalam. Akan tetapi, semua itu telah berlalu. "Boleh, Mas. Mau mulai sekarang, atau gimana? Takut mereka keburu datang." "Ya udah. Kita mulai sekarang." Ked

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE F

    PAPA MUDA 49LAST EPISODE FOleh: Kenong Auliya ZhafiraMereka bergegas merapikan semua, lalu berjalan bersama layaknya teman. Tidak ada lagi rasa ingin menyaingi atau pun tersaingi. Tuhan memang Maha Pembolak-balik Hati manusia. Arista dan Dyra melihat dengan jelas para pria duduk lesehan di lantai konter tanpa alas sembari menyantap mi ayam bersama. Hal sederhana tapi terasa istimewa. "Punya kita, mana?" celetuk Dyra tiba-tiba yang membuat mereka berhenti mengunyah. "Ada. Duduk dulu. Ambil sendiri, tuh, di dekat Malik," jawab Alsaki sambil menelan mi yang telah berada di mulut. Mereka membaur bersama tanpa ada batasan sosial apa pun. Bahkan perasaan seakan mengerti bahwa ini bukan waktunya untuk bicara. Sekarang adalah waktu untuk menikmati kebersamaan tanpa ada celah kebencian. Sungguh pemandangan luar biasa untuk manusia yang pernah terluka karena masa lalu bisa duduk bersama tanpa saling mengingatkan luka. Hidup mungkin aslinya sederhana, hanya pikiran yang membuatnya rumit ta

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE E

    PAPA MUDA 49 LAST EPISODE EOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika para wanita asyik bercerita, para pria justru baru selesai setelah beberapa jam menggadaikan waktu untuk sebuah tanggung jawab akan pekerjaan. Ketiganya saling menyandarkan punggung pada tembok untuk menopang sebentar rasa lelah. Sesekali tubuh menggeliat guna melemaskan otot-otot. "Tumben banget hari ini ramai. Sampai kewalahan begini," keluh Malik yang merasakan lelah kaki. "Iya. Aku aja tumben merasa lelah," timpal Adrian. Alsaki paham apa yang mereka katakan. Tanpa basa-basi, ia segera melakukan panggilan telepon untuk memesan mi ayam langganan di sebelah selatan konter. Meski sedikit jauh, tetapi rasanya enak. "Halo, Pak ... pesen mi ayam spesia lima porsi ya? Bisa dikirim ke konter seperti biasa, kan?" pinta pria yang kerap melakukan pemesanan dadakan kalau perut mengajak bercanda pada jam kerja. "Siap, Mas Al!" sahutnya singkat. "Terima kasih sebelumnya." Sambungan telepon terputus. Dua pria yang mendengar

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE D

    PAPA MUDA 49LAST EPISODE DOleh: Kenong Auliya ZhafiraOrang-orang di sekitar terdiam mendengar bisikan Adrian yang masih terdengar jelas untuk telinga normal. Mereka berpikir sesuai asumsi masing-masing. Akan tetapi, satu doa mengaminkan untuk sesuatu yang belum pasti antara Adrian dan hatinya. Tanpa mereka sadari dari arah lain pun ada wanita yang diam-diam mematung tanpa bisa beranjak. Ya, kehadiran Arista cukup bisa menyaksikan perdebatan manis itu. Ia hanya sengaja menunggu dua pria itu berhenti dari pertikaian kata. Akan tetapi, sikap Adrian justru membuatnya berpikir lagi tentang salam yang disampaikan Dyra waktu itu. Ia tidak memungkiri ada desiran setitik melihat pria yang biasa saja bisa berubah semarah demikian. Namun, ia tidak ingin gegabah menjalin kedekatan setelah kejadian kemarin. "Apa mungkin Adrian suka padaku? Bagaimana bisa?" batinnya masih menerka penuh rasa tidak percaya. Bertepatan tubuh Ghava yang berbalik, semuanya baru menyadari akan kehadiran orang lain

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status