Share

BAB 6 B

last update Dernière mise à jour: 2022-05-15 13:27:18

PAPA MUDA 6 B

Oleh: Kenong Auliya Zhafira

Entah kenapa ada perasaan tidak enak mendengar permintaan cucunya. Tidak biasanya Gala berseri keras meminta sesuatu. Ia pun diam-diam memperhatikan wanita yang tengah menikmati makan siangnya. 

"Masih muda. Dari cara bersikap sepertinya menyukai anak-anak. Tapi, kenapa baru lihat sekarang? Apa Alsaki mencari karyawan baru?" tebaknya lagi dan lagi. 

Wanita yang memberi perhatian sejak kecil pada sang cucu kembali mengulum senyum, lalu membelai kepala dan pipi mungil bocah di depannya. "Sayang ... dengerin Nenek. Tante itu di sini kerja. Bukan untuk main. Kita ke tempat Papa aja ya?" rayunya lagi dengan suara begitu lembut. 

Seketika wajah Gala tertunduk lesu. Ia merasa tidak bisa bermain dengan orang selain Papa dan neneknya. Namun, sikapnya mengiakan ucapan yang didengarnya. 

Ketika dua manusia beda usia itu hendak melangkah, satu ucapan berhasil menghentikan mereka. Dyra yang diam-diam mencuri dengar percakapan mereka merasa kasian. Ia mendadak teringat Cantika—ponakannya yang kerap merajuk seperti itu. 

"Maaf, Bu ... kalau boleh, saya bersedia mengajak Gala bermain sebentar. Waktu saya masih ada sepuluh menit. Mungkin dia memang butuh sesuatu yang baru." Ucapan Dyra sukses membuat keduanya berbalik dengan wajah menegang. Heran. 

Seketika Gala merekahkan bibirnya, mendekat dan memeluk wanita yang pernah ditemuinya di sekolah. Ada binar bahagia terpancar dari matanya bisa berinteraksi dengan orang lain selain Papa dan neneknya. 

"Hore ...! Beneran, Tante, mau main sama Gala?" tanyanya lagi memastikan. 

"Bener dong ... tapi nggak bisa lama. Soalnya bentar lagi mau kerja. Oh, ya, satu lagi ... jangan panggil Tante, ya ... berasa jadi tua. Padahal belum menikah," pinta Dyra dengan senyum begitu manis mengalahkan kismis. 

Bocah yang wajahnya kembali ceria tiba-tiba menempelkan telunjuk di bibirnya sendiri. Seakan tengah berpikir layaknya orang dewasa. "Em ... Gala panggil Kakak aja ya?" ujarnya sembari menatap wanita yang menurutnya cantik dan baik.

"Boleh. Mau main apa?" 

"Kalau bantuin mewarnai gimana, Kak? Gala ada tugas sekolah mewarnai gambar keluarga. Tapi, bingung mau warna apa untuk gambar Mama," jawabnya dengan wajah menunduk. Terlihat jelas ada kesedihan di sana.

Dyra mengerutkan dahinya. Ia berpikir pemilik Gala Cell adalah suami idaman bagi keluarganya, tetapi sorot bocah di depannya tidak mengatakan demikian. Hal itu mengundang kesimpulan yang tidak-tidak dalam kepala. Meskipun memulai ikatan suci dari usia muda bukan menjadi alasan untuk memberi mendung di mata anaknya. 

Wanita yang mulai termakan asumsi mencoba membelai lembut pipi Gala dan tersenyum manis sebelum meluncurkan satu pertanyaan. "Gala, Sayang ... kok, bingung mau kasih warna apa untuk Mama? Bukankah setiap hari selalu ada untukmu?" tanya Dyra dengan nada selembut mungkin agar bocah di depannya tidak terluka. 

Gala menggeleng, "Gala tidak tahu punya Mama atau nggak. Papa nggak pernah menunjukkan gambarnya. Selama ini, Gala hanya tahu Papa sama Nenek aja. Juga Kakek," jawabnya jujur. Matanya pun seakan berubah menjadi sungai air mata. 

Dyra seketika menelan ludahnya sendiri. Pikirannya benar-benar tidak bisa mencerna ucapan bocah di depannya. "Apa maksudnya Alsaki, duda? Duda di usia muda? Tapi, dia bilang nikah usia muda. Bukankah hidup mereka harusnya berlipat bahagia bisa memiliki anak seaktif Gala?" tanyanya dalam hati tanpa henti.

Ucapan Gala berhasil membuat kewarasan seorang Andyra Arsha menghilang tertelan pikirannya sendiri. Namun, wajah polos di depannya menyadarkan akalnya. 

"Ya udah. Gala nggak usah sedih. Gimana kalau warna bajunya sama kayak punya Kakak? Anggap aja Kakak ini seperti Mama yang tidak pernah diceritakan oleh papamu. Coba pewarna sama gambarnya keluarkan. Kita warnai sama-sama. Gimana?" usulnya yang tanpa henti membelai kepala Gala dengan penuh kasih. 

Entah kenapa simpatinya langsung terangsang akan nasib bocah seperti Gala. Selama dirinya membantu sang kakak merawat Cantika, ia bisa banyak belajar menjadi seorang ibu. Sayang, seusia Gala tidak pernah merasakan tangan kuat itu memberikan ketenangan bersama sentuhannya. Ia merasa beruntung bisa dilahirkan dari orang tua yang lengkap dan penuh kasih sayang. Bahkan sang kakak tidak keberatan turun tangan memberi uang jajan kala pekerjaan menjadi bunga tidur baginya. Menjaga Cantika tidak sebanding dengan kebaikannya. 

"Semoga kamu tumbuh menjadi lelaki hebat," doanya dalam hati, lalu menerima pewarna yang disodorkan Gala. Keduanya larut dalam kebersamaan kecil yang mungkin memberikan efek besar pada keadaan mental bocah di sebelahnya. Senyum keduanya seakan begitu tulus dan murni, tanpa dibuat-buat apalagi direkayasa. Karena seorang anak akan lebih peka dan nyaman dengan orang-orang yang memiliki hati baik. 

Sang nenek yang melihat adegan di depan matanya hanya bisa menitikan air mata. Ia tidak menyangka kalau Gala bisa akrab begitu mudah dengan orang lain. Banyak kata andai tiba-tiba datang layaknya angin puting beliung yang menyapu bersih rasa khawatirnya. 

"Haruskah aku menjodohkan mereka? Tapi, akankah wanita itu mau menerima Alsaki yang pernah memiliki masa kelam? Mungkin aku harus merayunya. Atau membiarkan keadaan mendekatkan mereka?"

------***------

Bersambung

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE

    PAPA MUDA 49LAST EPISODEOleh: Kenong Auliya ZhafiraTanpa pikir panjang, begitu bibir wanita di depannya berhenti bicara, Alsaki segera memberikan kecupan mesra dan santai. Bibir yang saling bertemu seakan tahu jika luka dulu masih ingin diberi penawar. Mencairkan segala luka yang terjebak kesalahan lalu. Perlahan, kecupan itu kian tenggelam bersama kehangatan yang begitu mereka rindukan saat hati merasa ingin pergi tapi kenyataan menawan kuat perasaan. Sungguh sesuatu yang membuat jiwa sekarat. Alsaki menarik diri setelah lima menit berlalu menyelam indahnya cinta berbalut rindu. Ya, meski bertemu setiap hari tapi rindu itu justru semakin menggebu. Apalagi jika tentang menguraikan bahasa paling indah dari cinta. Hal itu dipastikan melumpuhkan debaran dalam sekali tarikan napas. "Aku mencintaimu ... menikahlah denganku, Andyra Arsha," pinta sang pria sekali kali. "Aku juga sangat mencintaimu. Jangankan menikah denganmu, hidup dan mati bersamamu pun aku mau," jawab Dyra tanpa l

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE H

    PAPA MUDA 49LAST EPISODE HOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra sengaja berjalan lebih cepat untuk memastikan keberadaan Malik di taman belakang. Takutnya itu hanya tipuan belaka. "Aku lihat Malik dulu ada apa enggak, Mbak. Bentar," ujarnya sembari mengintip dari balik tembok. Ia dapat melihat pria bernama Malik itu tengah memainkan ponselnya. "Oke, Mbak ... Malik beneran ada di sini," ucapnya lagi setelah memastikan kebenarannya. Arista tanpa ragu menuju taman belakang dengan pose layaknya bintang. Meskipun pakaian sederhana, tetapi ada niatan untuk mencari perhatian dari pria yang sibuk menatap layar ponsel. Namun, semua itu percuma. Pria bernama Malik itu tidak melirik sama sekali. "Haduh ... aku ini kurang cantik apa gimana? Wajahnya datar begitu tanpa ekspresi," kesalnya. Dengan mendekat beberapa langkah, Arista mencoba mengajak bicara. "Biarlah urusan hati bisa dipikirkan sambli jalan atau biar menjadi bagian dari masa lalu. Karena hati emang tidak bisa dipaksa," ucapnya lagi dis

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE G

    PAPA MUDA 49LAST EPISODE GOleh: Kenong Auliya ZhafiraPria yang ingin melibatkan apa pun yang ada di konter sebagai sarana bagian dari kejutan itu berbalik, lalu menjelaskan apa yang terbayang dalam benaknya. "Jadi, begini. Nanti, ponsel second yang ada di etalase dinyalakan semua. Aktifkan senter dan masukkan ke botol minum plastik. Lalu bentuk lambang hati di sini. Kita akan berada di dalam lambang itu saat mereka datang. Nanti minta Malik menutup mata mereka. Setelah kedua wanita itu melihat kita, kita bergantian mengatakan apa maunya kita. Gimana?" terang Alsaki sebagai pemilik ide yang cukup menghemat biaya. Adrian sendiri cukup mengagumi pola pikir pria di depannya. Soal memperlakukan wanita yang dicintai memang Alsaki bisa dikatakan sebagai juara. Hanya keadaan yang tidak mendukung hingga hatinya tersakiti dan terluka dalam. Akan tetapi, semua itu telah berlalu. "Boleh, Mas. Mau mulai sekarang, atau gimana? Takut mereka keburu datang." "Ya udah. Kita mulai sekarang." Ked

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE F

    PAPA MUDA 49LAST EPISODE FOleh: Kenong Auliya ZhafiraMereka bergegas merapikan semua, lalu berjalan bersama layaknya teman. Tidak ada lagi rasa ingin menyaingi atau pun tersaingi. Tuhan memang Maha Pembolak-balik Hati manusia. Arista dan Dyra melihat dengan jelas para pria duduk lesehan di lantai konter tanpa alas sembari menyantap mi ayam bersama. Hal sederhana tapi terasa istimewa. "Punya kita, mana?" celetuk Dyra tiba-tiba yang membuat mereka berhenti mengunyah. "Ada. Duduk dulu. Ambil sendiri, tuh, di dekat Malik," jawab Alsaki sambil menelan mi yang telah berada di mulut. Mereka membaur bersama tanpa ada batasan sosial apa pun. Bahkan perasaan seakan mengerti bahwa ini bukan waktunya untuk bicara. Sekarang adalah waktu untuk menikmati kebersamaan tanpa ada celah kebencian. Sungguh pemandangan luar biasa untuk manusia yang pernah terluka karena masa lalu bisa duduk bersama tanpa saling mengingatkan luka. Hidup mungkin aslinya sederhana, hanya pikiran yang membuatnya rumit ta

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE E

    PAPA MUDA 49 LAST EPISODE EOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika para wanita asyik bercerita, para pria justru baru selesai setelah beberapa jam menggadaikan waktu untuk sebuah tanggung jawab akan pekerjaan. Ketiganya saling menyandarkan punggung pada tembok untuk menopang sebentar rasa lelah. Sesekali tubuh menggeliat guna melemaskan otot-otot. "Tumben banget hari ini ramai. Sampai kewalahan begini," keluh Malik yang merasakan lelah kaki. "Iya. Aku aja tumben merasa lelah," timpal Adrian. Alsaki paham apa yang mereka katakan. Tanpa basa-basi, ia segera melakukan panggilan telepon untuk memesan mi ayam langganan di sebelah selatan konter. Meski sedikit jauh, tetapi rasanya enak. "Halo, Pak ... pesen mi ayam spesia lima porsi ya? Bisa dikirim ke konter seperti biasa, kan?" pinta pria yang kerap melakukan pemesanan dadakan kalau perut mengajak bercanda pada jam kerja. "Siap, Mas Al!" sahutnya singkat. "Terima kasih sebelumnya." Sambungan telepon terputus. Dua pria yang mendengar

  • PAPA MUDA   LAST EPISODE D

    PAPA MUDA 49LAST EPISODE DOleh: Kenong Auliya ZhafiraOrang-orang di sekitar terdiam mendengar bisikan Adrian yang masih terdengar jelas untuk telinga normal. Mereka berpikir sesuai asumsi masing-masing. Akan tetapi, satu doa mengaminkan untuk sesuatu yang belum pasti antara Adrian dan hatinya. Tanpa mereka sadari dari arah lain pun ada wanita yang diam-diam mematung tanpa bisa beranjak. Ya, kehadiran Arista cukup bisa menyaksikan perdebatan manis itu. Ia hanya sengaja menunggu dua pria itu berhenti dari pertikaian kata. Akan tetapi, sikap Adrian justru membuatnya berpikir lagi tentang salam yang disampaikan Dyra waktu itu. Ia tidak memungkiri ada desiran setitik melihat pria yang biasa saja bisa berubah semarah demikian. Namun, ia tidak ingin gegabah menjalin kedekatan setelah kejadian kemarin. "Apa mungkin Adrian suka padaku? Bagaimana bisa?" batinnya masih menerka penuh rasa tidak percaya. Bertepatan tubuh Ghava yang berbalik, semuanya baru menyadari akan kehadiran orang lain

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status