Share

PARADOX: Mimpi Buruk
PARADOX: Mimpi Buruk
Author: Samuel Julius

BAB 1: Awal Segalanya.

Hell York City, 25 September 2053.

Musim gugur telah tiba di awal September, cuaca hari ini segar dan seperti biasa. Selalu dingin. Aku memandang keluar jendela, cuaca hari ini lebih mendung dari biasanya. Aku merasakan ada yang yang tidak beres hari ini.

"Hmm... apa karena aku terlalu sensitif hari ini? Ah lupakan saja." Gumamku sembari merapihkan meja kasir.

Namaku Alden. Seorang mahasiswa di Universitas kota Hell York. Umurku baru 18 tahun. Aku merupakan anak tunggal. Untuk anak seumuranku, tidak ada yang spesial tentang diriku. Rambutku berwarna hitam, pendek, dan sedikit bergelombang. Karena sedang liburan semester kuliah, tak terhitung berapa kali sudah aku bolak balik dari rumah ke toko untuk mengisi kebosanan yang tak kunjung usai dan yup, bekerja paruh waktu. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku tidak main dengan temanku seperti anak remaja pada umumnya? Ya, jawabannya karena aku memang tidak memiliki banyak teman. Terlalu banyak teman membuatku lebih cepat lelah dan itu sebabnya aku di sini sendirian saat liburan.

"Huh.. Sepertinya aku harus menyiapkan payung," ucapku sembari melihat ke jendela.

*ting tong*

Suara bel berbunyi.

'wah, pelanggan pertama nih,' ucapku dalam hati.

Seorang wanita masuk ke dalam toko.

"Halo selamat datang, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sambil memasang wajah ramah dan tersenyum.

"Anu... permisi? Apakah anda menjual buku ini?" tanya wanita itu sambil menunjukkan buku tersebut.

aku yang melihat buku tersebut pun spontan langsung berkata dalam hati, 'huh, darimana ibu tua ini mendapatkan buku seperti itu?'

Sambil mengerutkan dahiku, Aku berpikir keras lalu menjawab, "Maaf Bu, buku yang ibu cari mungkin ada di dalam sana. Sebentar ya, saya carikan dulu. Permisi." Aku pun langsung bergegas masuk ke dalam sana berharap semoga buku yang dicari langsung ketemu dengan sekali lihat.

Selang beberapa menit kemudian,

"Fiuh, akhirnya ketemu." Aku keluar dari dalam perpustakaan kemudian berjalan menghampiri ibu tua tadi.

"Permisi Bu, ini buku yang Anda cari. Apakah ibu berniat membelinya atau meminjamnya?"

"Emm... saya beli saja deh, repot kalau meminjam. Saya kurang lihai merawat buku," jawab ibu itu sambil tersipu malu.

"Baik Bu. Untuk harga bukunya senilai 70.000 rupiah tapi karena ibu pelanggan baru, saya akan kasih potongan 10.000."

Ibu itu tampak antusias ketika mendengar kata "potongan". Yup, ibu-ibu mana yang tidak tergiur dengan harga diskon?

"Oke." sahut ibu itu sembari menganggukkan kepalanya.

"Baik Bu, untuk pembayarannya bisa lewat cash atau e bank–"

*DUAAAAAARRRRRR*

Bunyi menggelegar ke seluruh ruangan disertai getaran yang hebat, cukup kuat untuk menembus gendang telinga seseorang. Akibat efek suara ledakan tersebut, semua orang menjadi panik sambil berhamburan ke jalan raya untuk mencari tempat perlindungan.

Aku yang mendengar suara ledakan tersebut pun terkejut dan langsung reflek menarik ke arah ibu itu untuk menyelamatkannya dari reruntuhan bangunan.

"SEMBUNYI KE BAWAH MEJAA!!!!." Aku berteriak sambil menarik ibu tersebut untuk masuk ke dalam kolong meja.

*CTAK*

Seketika ruangan gelap padam, rak buku dan isinya langsung berjatuhan disertai getaran yang hebat, dan teriakan dimana mana.

"Uhh apa itu barusan?," gumamku bertanya-tanya dengan perasaan cemas serta kebingungan.

Pasalnya, akhir-akhir ini aku tidak melihat berita tentang konflik negara ataupun bencana gunung meletus. Kalaupun ada, sudah pasti itu tidak mungkin. Dikarenakan di tempatku tinggal dan bekerja tidak ada satupun gunung di sekitar kota yang aku tempati. 'Lalu apa itu barusan?' aku merenung penuh dengan kebingungan

Saat terhanyut dalam lamunannya tiba tiba saja aku teringat sesuatu, "Ibu.. sial semoga saja ibu baik-baik saja," aku panik dan dengan cemas aku bergegas berdiri untuk mencari handphone di rak kasir.

Beruntungnya, ledakan misterius itu sudah berhenti beserta getaran yang agak hebat tersebut. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk ku menemukan ponselku.

"Huft, untungnya ketemu." aku menghembuskan nafas lega lalu tersenyum sambil menyalakan handphoneku. Namun saat dinyalakan, berbanding terbalik dengan apa yang kuharapkan. "Ck, disaat seperti ini kenapa bisa tidak ada jaringan?" geramku kesal.

"Umm... p-permisi nak, a-apa yang sedang terjadi disini? Apakah ada perang? Atau gunung meletus? Kenapa tiba tiba ada ledakan.. ahh anakku.. semoga anakku baik-baik saja," ucap ibu itu yang aku tidak tau namanya itu dengan nada khawatir sambil memeluk kakinya yang gemetaran.

Aku yang melihat ibu tersebut pun turut prihatin. Pasalnya, kami punya situasi yang sama saat ini–sama sama menghawatirkan seseorang.

"Saya juga kurang tau bu apa yang sedang terjadi disini, tapi yang pasti kita di sini saja dulu untuk sementara waktu sampai situasi agak aman lalu kita keluar untuk melihat situasi," ucapku penuh percaya diri sembari mencoba menenangkan ibu tersebut.

Aku sendiri pun sebenarnya agak panik, namun dikarenakan hari ini kebetulan Aku shift sendirian jadi mau tak mau aku harus berusaha terlihat kuat supaya tidak terjadi kepanikan di antara kami. Yah beginilah yang harusnya dilakukan seorang pria hahaha.

Beberapa saat kemudian, pukul 08.20 AM.

Aku melihat jam di handphoneku. 'Uhh sepi sekali diluar, tidak ada suara apapun. Sepertinya situasi sudah agak aman, lebih baik sekarang aku keluar untuk melihat situasi,' pikirku.

"Ayo Bu, mari kita keluar. Sepertinya situasi sudah agak aman." Aku berdiri sambil menepuk-nepuk an tanganku ke bagian celanaku yang kotor.

"Umm... Baiklah nak, kamu yang pimpin jalannya." Aku mengangguk sembari mencoba menyingkirkan puing puing atap yang sudah rubuh setengahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status