Mendengar suara ledakan keras dari arah goa, kedua orang itu langsung berlari mendatangi goa itu.
Namun baru saja mereka sampai di sana keduanya merasakan kaki mereka di pantek di tanah.
Badan keduanya gemetar dan tidak bisa mengeluarkan kata, selain itu mereka sama sekali tidak bisa bergerak dari tempat itu.
Di bekas ledakan goa itu kedua karyawan melihat satu sosok makhluk yang sangat menyeramkan.
Setelah itu tubuh keduanya menjadi limbung dan jatuh pingsan secara bersamaan di tempat mereka berada.
Sementara makhluk yang ada di bekas ledakan goa mengeluarkan seringai menyeramkan.
"Aku akan membalas dendam kepada kalian semua atas perbuatan yang kalian lakukan kepadaku," suara menggelegar keluar dari mulut makhluk itu.
Kemudian makhluk itu melesat pergi meninggalkan tempat itu dengan sangat cepat.
*******
&nbs
Kening Alena berkerut memperhatikan silsilah keluarga yang di bawa oleh Amor dan Riki."Ternyata mereka semua ada kaitan silsilah keluarga di masa lalu, di lihat dari silsilah ini mereka mempunyai satu garis keturunan," Bagus berkata tak percaya dengan apa yang dia baca."Ketiga korban yang meninggal merupakan kepala keluarga masing-masing, yang masih satu garis keturunan, aku yakin ini merupakan efek dari dendam masa lalu," jawab Alena."Maksudnya dendam masa lalu, apakah keluarga mereka pada masa lalu pernah ada perselisihan?" tanya Amor bingung."Iya, dilihat dari silsilah sampai ke atas garis keluarga mereka di dirikan oleh satu orang yang kemudian menelurkan beberapa keturunan yang lain, tapi dalam keturunan mereka terdapat persaingan yang menyebabkan terjadi pembantaian. Mungkinkah dendam ini masih bertahan sampai sekarang?" Alena yang menjelaskan terlihat ada keraguan dengan apa yang dia ingat
Baru saja Alena menyalurkan kekuatan untuk memasuki pikiran kedua orang itu tiba-tiba hawa panas menerpa bagian dadanya.Dengan cepat Alena menarik tangannya dari kepala kedua orang itu. Setelah sejenak menarik nafas, baru Alena kembali memegang kembali kepala kedua orang itu.Alena merasakan satu aura yang sangat panas yang menerpa tubuhnya namun sedapat mungkin Alena bertahan menyusuri pikiran kedua orang itu.Perlahan-lahan Alena dapat melihat satu makhluk yang seluruh tubuhnya di lapisi oleh api yang berwarna biru panas.Lambat laun Alena yang berusaha bertahan dari hawa panas yang dia rasakan kemudian makin mendekati makhluk api di depannya.Makhluk itu perlahan berbalik menghadap Alena, sekarang Alena melihat muka makhluk itu yang membuat dia menjadi tersentak dan melepaskan pegangannya pada kepala kedua orang yang melihat kejadian ledakan."Apa yang No
Benturan kedua kekuatan itu menyebabkan suara ledakan yang sangat kencang, membuat penduduk yang ada di sekitar tempat itu segera mengunci pintu rumah masing-masing.Sandro dan Alena yang sama-sama terbanting langsung melompat berdiri mengirimkan serangan kembali."Sebaiknya kamu hentikan semua ini Sandro!" bentak Alena."Kau yang harusnya jangan mencampuri urusanku Anak Dewa Keabadian!" bentak Sandro tak kalah sengit.Kedua orang itu kemudian saling menyerang masing-masing, mereka sama sekali tidak mengendorkan serangan masing-masing.Dalam sekejap kedua tubuh itu hanya kelihatan bayangan berwarna biru dan bayangan berwarna merah.Di suatu kesempatan keduanya sama-sama mengepos tenaga masing-masing kemudian Alena melepas serangan cahaya merah yang besar, yang langsung di balas Sandro dengan serangan api biru yang besar.Blaaarrr!
Suara bantingan pintu membuat Amor dan Alena tersentak kaget, Amor yang awalnya duduk dengan spontan meloncat berdiri.Dari pintu dia melihat sosok orang tua masuk dengan santai menuju ke tempat mereka berada."Dewa Muara...." teriak Alena yang masih terbaring."Hehehe..." Dewa Muara yang baru datang hanya terkekeh.Dia berjalan menuju tempat Alena berbaring, kemudian mengelilingi tubuh Alena berapa kali, sementara Amor yang sudah pernah bertemu dengan Dewa Muara hanya berdiri bengong melihat apa yang di lakukan orang tua itu."Kau beruntung pukulan api ini tidak merenggut nyawa kamu, bersukurlah untuk itu kalau orang lain yang terkena pukulan ini aku tidak tahu mungkin akan langsung modar," Dewa Muara berkata setelah memandang tubuh Alena."Iya kek," jawab Alena."Kau sungguh gegabah melawan orang yang membawa api dendam ini tanpa memaka
Malam yang menyelimuti Kota Palembang berlangsung dengan sunyi dan senyap semua orang nampaknya lebih suka berlindung di dalam rumah.Selain itu malam yang biasanya dingin sekarang berganti dengan cuaca yang panas membuat penduduk yang mendekam di dalam rumah menyalakan kipas angin atau AC yang mereka punya.Walaupun suasana keseluruhan Kota Palembang sangat sepi namun hal itu tidak berlaku rumah Herman Armanda.Dari sore terlihat kesibukan di rumah itu, setelah hari berjalan malam ternyata rumah orang yang cukup berpengaruh di Kota itu di jaga sangat banyak penjaga.Orang-orang yang berjaga begitu memasuki malam berubah menjadi tegang, walaupun suasana panas tak ayal pemandangan yang menegangkan tersaji dengan jelas di sana.Malam menunjukkan pukul sebelas malam namun semua penjaga masih bersiaga di tempatnya berjaga.Dalam keremangan malam di sebuah sudut g
Semua orang yang ada di sana kaget mendengar ledakan yang terjadi di dalam ruangan itu.Dari ledakan yang terjadi keluar satu sosok tubuh tua yang duduk bersila sambil tersenyum-senyum melihat kekagetan orang yang ada di sana."Kakek....." teriak Alena dengan mata melotot menahan rasa geram."Hehehe... apakah kedatanganku mengagetkan kalian?" tanya Dewa Muara dengan santai."Iya...." teriak Bagus sewot."Hehehe...." Dewa Muara hanya tertawa terkekeh mendengar teriakan sewot dari Bagus."Ada apa kek tiba-tiba muncul di sini?" tanya Alena dengan sopan."Orang yang terbaring di sana kalau tidak segera di bawa ke suatu tempat akan mampu bangun lagi, salju yang mengelilingi tubuhnya hanya bisa membekukan dia secara sementara," jelas Dewa Muara."Lantas sekarang harus bagaimana kek?" tanya Alena kepada Dewa Muara.&n
"Suara apa itu?" Teriak Riki panik dia berusaha menstarter mobilnya berkali-kali namun tetap tak mau hidup."Kalian tenang saja di mobil, ingat jangan ada yang keluar dari mobil apapun yang terjadi kalian harus tetap bertahan di mobil, Bagus bagaimanapun ke adaanmu aku minta kalau suasana sangat genting kamu lindungi Amor dan Riki," Alena menenangkan mereka semua sebelum dengan tegas dia berkata kepada Bagus."Ba...ba...ik non," Bagus tak bisa menyembunyikan ketakutannya.Alena dengan santai keluar dari dalam mobil, dia dengan seksama memperhatika keadaan yang ada di dalam hutan tempat mereka berada.Alena melihat di belakang mobil ada dua sosok tinggi besar yang menahan mobil yang mereka kendarai sehingga mobil tidak mau menyala.Alena memperhatikan makhluk yang menahan belakang mobil itu, kemudian dia melangkah dengan santai menuju makhluk besar-besar yang menahan mobil mereka.
Mendengar suara dari belakang mereka dengan cepat Bagus meloncat ke arah sumber suara.Begitu kembali ke tempat Alena tangan Bagus sudah mencekal satu sosok tubh tua yang dia seret ketempat Alena."Penasihat...." Teriak Bagus begitu mengenal sosok orang tua di hadapannya."Raden Bagus, ternyata kamu yang kembali ke sini, ternyata keyakinan Raja tidak salah, dia selalu berkata kalau kamu akan pulang ke sini membantu kerajaan sembari menebus kesalahan," Jawab orang tua yang di panggil Bagus dengan Penasehat itu."Dimana raja sekarang berada?" Tanya Bagus kepada sosok tua itu."Kami bersembunyi di sebuah tempat rahasia, mari kita pergi dari sini sebab apa yang di lakukan oleh nona kawan kamu akan memancing pasukan raja sekarang ke sini, apa lagi kedua pasukan yang dia tahan sudah bisa kabur," Jelas penasihat itu lagi.Mendengar apa yang di katakan oleh penasihat