Share

BAB 3

~ Malam itu selalu menyenangkan. Gelapnya mampu menyamarkan perbedaan sedangkan sunyinya mampu meredam caci maki.

______________________

Bagi Allsya malam selalu menyenangkan. Gelapnya mampu menyamarkan perbedaan sedangkan sunyinya mampu meredam caci maki.

Waktu itu jam menunjukan angka 11. Terlalu malam untuk seusia Allsya masih terjaga. Namun, apa daya kantuk tak jua menyerangnya. 

Dibukanya jendela kamar yang dihadapkan langsung dengan bangunan kosong. Namun, ada yang berbeda dari bangunan di depannya itu. Cahaya yang berpendar  dalam ruang menandakan lampu pijarnya menyala. Biasanya selalu padam menciptakan kegelapan total. 

Lalu, siapa di sana?

Beberapa detik Allsya mengamati, tapi tak didapati pergerakan di dalam sana sama sekali. Sunyi dan sepi seperti semula tak berpenghuni.

Tak ambil pusing, segera saja dipanjatnya jendela yang barusan terbuka itu. Tepat di bawahnya, terdapat kolam ikan memanjang. Biasanya dua sang kakak suka memancing di situ, maka tersedialah bangku panjang yang bisa memuat dua sampai tiga orang di atas kolamnya. 

Beruntungnya tempat itu tak pernah dibongkar, sehingga Allsya bisa menggunakannya dengan bebas keluar masuk melalui jendela kamar.

Jam tidur yang terganggu sejak tiga tahun lalu membuat Allsya terbiasa menghabiskan malam di sana dengan membaca, menulis, ataupun melukis.

"ASTAGAAA ...!" 

Jeritan yang menyerukan kekagetan itu sukses mengagetkan Allsya juga yang sedang asyik dengan lamunannya, hingga tak menyadari tanda-tanda akan ada yang memergokinya.

Baru pertama kali aktivitas malamnya diketahui orang. Allsya menelisik siapa orangnya. Sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas ... orang. Ternyata mahasiswa tadi siang yang menyelenggarakan acara di rumah Pak RT.

Ada apa kemari? Batinnya mulai bertanya kebingungan.

Mereka--para mahasiwa menelisik serta dengan takut-takut mendekat. Penasaran dan memastikan yang dilihatnya dalam remang dari cahaya ruang kamar yang jendelanya terbuka. 

"Siapa di sana?" Salah satu dari mereka mengajukan tanya. 

Allsya tahu tanya itu ditujukan untuknya. Namun, kecemasan yang rasanya seperti terpergok oleh yang patroli membuat ia takut mengeluarkan suara. Apalagi sampai tercipta keributan yang akan mengundang perhatian orang-orang rumah terbangun, sungguh itu menjadi momok yang menakutkan.

"Jangan-jangan itu bukan manusia," cicit mahasiswa perempuan seperti ketakutan.

"Hush! Jangan ngomong sembarangan." Temannya menimpali.

"Coba lihat kakinya, napak nggak?" Yang lain mencoba memberi solusi. Entah bodoh macam apa, karena pastinya kaki Allsya menggantung di atas permukaan air kolam.

Gerakan hati-hati mereka yang begitu pelan, tentu saja Allsya memperhatikan. Perbincangan mereka yang meragukan dirinya manusia, itu juga Allsya mendengar. Mereka sungguh tidak etis memang! Bergosip ria di depan orangnya. Namun, Allsya merasa lucu melihat itu semua. Seusia mahasiswa, masih penakut juga!

Diarahkannya senter yang dibawa mereka ke arah Allsya.

"Kamu ... anak yang tadi?!" Hampir serempak mereka menyuarakan yang sama. Antara terkejut sekaligus lega mendapati fakta bahwa yang dilihatnya tak semengerikan visual di film-film horor.

"Lagi ngapain Dek malam-malam masih di luar? Bukannya tidur."

"Iya, bikin orang kaget aja."

"Hampir copot nih jantung."

Kekesalan mereka sama sekali tak ditanggapi. Justru Allsya memalingkan muka, karena kesal dengan senter yang diarahkan pada dirinya membuat silau.

"Hush! Jangan diganggu." Untung saja salah satu dari mereka, menghentikan mulut-mulut berbusa yang mendumel dengan bebas. Menyeretnya dengan paksa untuk memasuki bangunan di depan sana, yang kemudian diikuti oleh yang lainnya.

Seketika Allsya tahu, ternyata bangunan di depan sana akan dihuni mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status