Hari ini aku akan menjalankan rencanaku untuk memancing dokter Andi. Habisnya dokter Andi setelah memberiku buket mawar malah membuatku patah hati dengan pembicaraan di ruang tamu dengan Rania. Diperparah dengan kemarin tidak ada kabar sama sekali.Mau menghubungi dulu aku malu, tidak menghubungi hati rindu.Akhirnya pagi ini aku akan membuatnya menemuiku, itupun kalau dia mencintaiku.Rencana telah aku susun. Tinggal menunggu anaknya teman bapak datang. Tentu saja aku tidak mengatakan rencanaku bapak dan ibuku. Bisa dituduh memanfaatkan orang. Walaupun kenyataannya memang begitu.Jam 08.00 saat tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku dan mengucap salam.Bapak terlebih dahulu yang membukakan pintu dan memberitahukanku bahwa anak teman beliau telah datang.Aku segera menuju ruang tamu. Maaf kalau aku memanfaatkan kedatanganmu Mr. X, aku terpaksa. Toh, kita hanya kenalan dulu kan, bukan ingin menikah langsung.Setelah berbincang-bincang sejenak di ruang tamu, amu jadi mengetahui ident
Tiba-tiba langkahku dan langkah mas Andi terhenti."Mereka, kenapa mereka disini?" gumamku.Aku hendak bersembunyi di belakang punggung mas Andi saat mas Andi menarik lembut tanganku dan menggenggamnya menuju kepala ruangan dan beberapa perawat UGD tempatku bekerja."Mas, aku malu kalau disorakin atau dipandang aneh," tukasku sambil berusaha melepaskan tangan dari mas Andi."Ngapain malu honey, kita kan saling mencintai, ayo kita temui mereka. " Ajak mas Andi penuh percaya diri sambil mendekat ke arah para perawat UGD.Tampak mbak Ninik, Karu (sebutan untuk kepala ruangan) UGD dan beberapa perawat UGD berbisik satu sama lain saat mereka melihat kami mendekat.Mas Andi mengulas senyum. "Sedang apa disini mbak Ninik? " tanyanya."Ini saya dan teman-teman habis jalan-jalan ke pantai, pulangnya malah macet, akhirnya manggil mobil derek deh, lah dokter dan Adelia ngapain di sini? apa gosip yang beredar itu benar?" tanyanya memandang aku dan mas Andi bergantian."Memang gosip apa yang bered
Aku membuka mulutku, namun sebelum ayam itu sukses masuk ke dalam mulutku, gerakan mas Andi terhenti oleh sebuah tepukan."Andi? kamu disini sama siapa? " sapa seorang wanita yang menghentikan drama suap menyuap kami.Aku menoleh sambil tetap membuka mulutku ke arah wanita yang memanggil mas Andi tadi.Mas Andi pun menoleh ke arah wanita tersebut. Tampak ada seorang pria yang berdiri di belakangnya.Mas Andi dengan ekspresi kagetnya saat melihat wanita yang menepuk pundaknya sampai menjatuhkan potongan ayam yang hendak disuapkan ke mulutku.Mana potongan ayamnya jatuh di dalam mangkuk sup buahku lagi! Iyuh. Kek gimana rasanya entar. Aku bergegas menyendok potongan ayam tersebut dan meletakannya di diatas tisu."Mm-mbak Meyra disini?" tanya mas Andi terbata-bata pada wanita hamil itu."Iya Ndi, sama siapa kamu disini, sepertinya mesra banget," jawab wanita hamil tersebut."Aaah, aku tahu, dia yang namanya Adelia? " tanya wanita yang ternyata dipanggil Meyra itu sambil menunjuk padaku.
Mas Andi membunyikan klakson serta membuka kaca samping mobil dan satpam pun membukakan gerbang untuk kami. Mas Andi membimbingku keluar dari mobil dan memasuki teras rumahnya. Luar biasa rumah mas Andi. Seperti yang pernah aku lihat dalam film The Holiday.Tangan kanan memegang tas dari istri dokter Nugraha, sedangkan tangan kiri menggenggam tangan dokter Andi.Beberapa mobil yang aku tidak kenal merknya tampak terparkir rapi di halaman.Aku memang sangat terpesona. Berbeda dengan mas Andi yang terlihat biasa saja saat memandang rumah masa kecilnya tersebut.Berusaha menjaga image, aku mati-matian bertahan agar bersikap biasa saja terhadap rumah yang ada di depanku ini. Padahal kalau bukan rumah mas Andi, aku pasti berdecak kagum dan langsung berfoto selfie di depan rumah itu.Mas Andi terlihat santai saat semakin dekatdengan pintu depan rumahnya yang terbuka. Berbeda denganku yang merasa sangat berdebar.Akhirnya kami sampai di pintu masuk, aku semakin terpana dengan interior ruma
"Baik ma, Andi putar balik sekarang, " sahut mas Andi.Sementara mas Andi mencari lahan di pinggir jalan yang luas untuk putar balik, aku masih berbicara dengan mama mas Andi di telepon."Tante, ini Adelia, kalau ibu hamil jatuh dan perdarahan, seharusnya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat, takut terjadi kegawatdaruratan ibu hamil," saranku."Iya, ini sedang siap-siap ke rumah sakit Medica, kamu sama Andi segera kesini ya," instruksi mama mas Andi kemudian menutup sambungan telepon.Mas Andi sudah putar balik dan melajukan mobil untuk kembali ke rumahnya saat aku berkata, "Mas, mama siap-siap membawa mbak Meyra ke rumah sakit Medika. Langsung ke sana aja yuk." Mas Andi hanya mengangguk tanpa bersuara."Mas, " aku bersuara lagi sambil memegang pundak mas Andi."Bukannya berharap buruk, tapi entah kenapa aku takut kalau mbak Meyra mengalami solusio placenta (ari-ari yang terlepas sebelum proses persalinan karena benturan dari luar atau kecelakaan)," ucapku hati-hati."Iya, aku juga
"Sebenarnya kejadiannya aku juga gak begitu paham, yang aku tahu setelah kalian pulang dulu, kami masih mengobrol dengan Clara di meja makan, setelah setengah jam kemudian kami usai makan dan para ART membersihkan sisa makanan kami, saat itu piring Mayra yang masih ada sisa saus diangkat oleh bik Sumi, Mayra tanpa sengaja menyenggol lengan bik Sumi sehingga piring dan sausnya jatuh berceceran pada tangan dan baju Mayra. " Mas Erick menarik nafas panjang dan menjeda kalimatnya."Bik Sumi meminta maaf berulangkali, tapi Mayra tetap mengomel, kemudian dia pamit pada kami, katanya mau ganti baju sekaligus cuci tangan, akhirnya dia menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar tidur kami, lama kutunggu Mayra tidak kunjung kembali, maka akupun segera menyusulnya ke kamar, sesampai di kamar, aku mendengar suara rintihan perlahan dari kamar mandi, aku ketuk pintu kamar mandi tidak ada jawaban, aku berteriak memanggil papa dan mama, papa kemudian menggedor pintu kamar mandi dan mama meman
Kemudian saat kami menoleh ke arah papa, papa berkata lagi, " Papa restui kalian, asal Andi bisa membuktikan dia bisa mandiri, dan membuka tempat prakteknya dengan usaha sendiri." Sambung papa. Aku menarik nafas lega.Mas Andi berbalik dari pintu dan berjalan mendekat kearah papa kemudian menjabat tangan papa."Makasih Pa, Andi akan buktikan bahwa Andi sudah gede dan bisa diandalkan," ucap mas Andi tersenyum bahagia.Papa hanya tersenyum menanggapinya."Buktikan saja Ndi jangan cuma bisa berjanji," sahut papa mas Andi.Mas Andi mengangguk dan melepaskan genggaman tangan papa seraya berkata, " Pasti Pa," kemudian mengajakku keluar kamar. "Yess, papa dan mama sudah setuju, sekarang tinggal kamu bantuin aku nyari rumah yang ada di sekitar kontrakan kamu, " kata mas Andi."Ahsiyaaapppp bosque, " seruku sambil mengangkat tangan kanan di kepala seperti memberi hormat."Bisa aja kamu honey, " Ucap mas Andi seraya mengelus puncak kepalaku.Kami bercanda dan mengobrol sampai tak terasa samp
Roma kini tepat berdiri dihadapanku dan berkata, "Adelia, tolong dengarkan aku sebentar....,"Aku meletakkan lembar status pasien yang kupegang, kemudian memandang Roma."Baik, silahkan kalau mau bicara, aku dengarkan. Kuberi waktu 10 detik," sahutku sambil mengetuk-ngetuk arloji yang menempel di tangan kanan dengan telunjuk tangan kiri."Aku, aku..., cuma mau ngundang kamu untuk hadir di acara aqiqah anakku," Jawab Roma perlahan.'Duh, males sebenernya ketemu Rania dan Roma, ' batinku."Emang kapan acara aqiqahnya?" tanyaku."Malam nanti habis maghrib, " jawab Roma menatapku penuh harap.'Duh, mana mas Andi lagi piket UGD lagi, masak iya aku datang ke rumah Rania tanpa mas Andi, entar kalau si Roma aneh-aneh lagi nggak ada yang bakal membela aku nih, ' batinku.Melihatku terdiam dan berpikir serius sampai menautkan kedua alis, Roma menyahut seperti mendengar suara hatiku."Tenang aja, ini acara aqiqah biasa kok, gak akan ada peristiwa aneh-aneh yang kurencanakan,"Aku tersenyum, " In