Rating 21Cinta lahir bertepatan dengan cinta Adam pada Hawa. Lalu cinta mekar dan berbunga bersamaan dengan cinta Yusuf pada Zulaikha. Sayangnya cinta menjadi gila bertepatan dengan cintanya Majnun pada Laila. Namun sayangnya cinta menjadi mati bersamaan dengan matinya Romeo dan Juliet. Namun hari ini, cinta hidup dan mekar kembali bersamaan dengan hadirnya cintaku padamu.Aku melempar tatapan mendelik pada mas Andi. Sementara mas Andi tersenyum kecil. Hatiku sudah ser-seran rasanya saat mas Andi berbisik di telingaku tadi."Mas, perlu dibantu untuk berdoa setelah akad? " tawar pak penghulu pada mas Andi.Mas Andi menggeleng. "Saya sudah bisa pak, " katanya seraya memegang kepalaku dan berdoa tepat diatas ubun-ubun, "Allahumma inni as'aluka min khoiriha wa khoirimaa jabaltaha 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarimaa jabaltaha 'alaih."(Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepadaMu dari kej
PASIENKU ADALAH ISTRI MANTANSub bab judul : Menolong Persalinan Istri Mantan**"Halo ruang Melati, ini dari UGD, ada inpartu. Siapkan kamar ya." Terdengar suara dari seberang telepon saat aku sedang dinas siang."Siap dokter, pasien minta ruang berapa ?" tanyaku.Terdengar jeda sebentar. "Siapkan segera ruangan VIP. Setelah ini pasien langsung saya kirim kesana." Dari suaranya sepertinya yang sedang telepon adalah dokter Andi."Iya dokter," kataku sambil menutup telepon."Nur, tolong siapkan ruang kamar di VIP ya, ada inpartu. Aku mau nyiapin partus set di VK dulu, " pintaku pada Nur, teman yang satu shift denganku."Oke mbak," kata Nur langsung melesat ke ruang VIP.Aku beranjak ke VK dan mulai menata alat dan obat ke meja di dekat bed pasien.Ruangan bersalin di tempat ku bekerja disebut ruang Melati. Terdiri dari ruang Nifas dan kamar bersalin yang sering disebut kamar tindakan.Tidak lama kemudian terdengar suara brangkard berjalan di lorong ruangan."Kemana bidannya nih?" terd
"Karena...aku takut anakku kamu cubit dan istriku nanti kamu rapetin 'anu'nya jadi bikin aku gak bisa 'anu', " sahut sang mantan takut-takut.Aku mendelik ke arah mantan. Nur tertawa ngakak. "Hahaha, pak alasane loucuuuu," seru Nur."Maaf pak, alasan bapak tidak logis, dokter Wildan ada pasien operasi urgent. Saya sudah sering menolong persalinan normal, Insyallah saya profesional, " sahutku."Kalau gitu tolong carikan dokter lain saja," pinta mantan."Cari dokter lain buang waktu pak, ini kepala bayi kalau ditahan terlalu lama mbrojolnya bisa kecepit jalan lahir dan gagal nafas didalam perut. Bisa juga yang lebih fatal saat istri bapak mengejan dan tidak segera ditolong malah bisa jebol jalan lahirnya. Emang bapak mau kayak gitu?" tanyaku. Berusaha sabar dan tersenyum. Meminta pengertiannya."I-iya deh, saya terima," sahut mantan.Akhirnya mantan mingkem."Nur, tolong pasangkan apron (celemek penolong persalinan) padaku, " instruksiku. Tanganku masih berada di jalan lahir pasien. Nu
"Saya adalah anak gembala selalu riang serta gembira. Eh itu lagunya Tasya ding," batinku."Saya adalah...""Dia teman SMAku dulu Yang, " dengan cepat Roma menyahut."Iya bu Rania, saya teman SMA pak Roma." ujarku.Bu Rania manggut-manggut."Saya lanjut menjahit dulu ya, " sambungku lagi."Ibu, kalau sudah IMD, bayinya saya ambil dulu ya, mau saya bawa ke ruang bayi. Nanti malam bisa rawat gabung dengan ibu. Tapi kalau ibu ingin istirahat, bayinya biar tidur di ruang bayi." Celetuk Nur."Iya mbak, untuk nanti malam, saya tanya ibu saya dulu. Nanti saya kabari," jawab bu Rania.Nur lalu mengambil bayi dan membawanya berlalu dari kamar tindakan."Nah bu, selesaikan jahitnya, tenang saja jahitan saya rapi dan tentu saja saya sisakan lubang sebagai mana mestinya. " Kataku seraya tersenyum dibalik masker."Saya bersihkan dulu ya badannya bu Rania, pak Roma bisa minta tolong mintakan baju ganti dan pembalut untuk istrinya?" pintaku."O, boleh Del, eh mbak," sahutnya sambil berlalu keluar ru
"Saya menjadi langsing, karena ... termotivasi ibu dulu yang mengatakan saya gendut dan bakal sulit punya anak, ditambah kelakuan Roma yang minta ditimpuk sandal, dan tugas kuliah yang nggak ada habisnya ." Jawabku dalam hati."Saya menjadi langsing karena...." jawabanku terpotong dengan ucapan orang tua bu Riana."Lo jeng Siti kenal dengan mbak suster ini kah? " tanya beliau." Iya kenal, dulu temennya si Roma, dulu tapi gend..." ucapan jeng Siti terpotong oleh ucapan bu Rania." Mbak Adel, ini anting anakku. Tolong dipasangkan ya," pinta bu Rania sambil menyerahkan sepasang anting mungil nan cantik."Oh iya mbak, saya bawa ya antingnya sama adek bayinya," sahut ku sambil mendorong kereta bayi."Iya mbak, terimakasih banyak," sahut bu Rania.Kemudian aku mendorong kereta bayi tersebut menuju ruang perawat.Terlihat Nur sedang mempersiap injeksi obat jadwal jam 8 malam."Lo, kenapa bayinya dibawa ke sini mbak?" tanya Nur."Iya mau masangin anting-anting bayi nih, " jawabku."Waduh, ci
Pov PenulisKantong kresek hitam begitu menggoda. Harum baunya menggelitik perut Adelia dan Nurhayati. Bergegas mereka berdua membuka bungkusan tersebut.Seketika cacing-cacing di perut berontak minta jatah. Tergoda aroma nasi padang lengkap dengan ayam santan dan sambal ijonya."Ya Allah mbak Adel, nasi padang favoritmu mbak," ujar Nur sambil mencolek tangan Adelia.Adelia sendiri tercengang. Dia tidak mengira bahwa Roma masih begitu hafal dengan kesukaannya. Saat mereka jalan berdua dulu selalu mampir ke warung padang dengan sistem BDD alias Bayar Dewe-Dewe, karena porsi Adelia saat masih pacaran dengan Roma dulu bisa sampai 2-3 kali porsi makan Roma."Mbak, kok diem, ngelamun ? ayok iki dimakan, aku wes luwe iki," ujar Nur membuyarkan lamunan Adelia."Iya, ayo makan dulu, " Adelia berdiri dan beranjak mengambil piring di laci khusus karyawan.Adelia mengambil 2 piring dan meletakkan kedua bungkus nasi padang tersebut di atasnya.Saat akan menyuap nasi padang, Nur memegang tangan Ad
"Saya ..., heran deh dok, tadi saya ketemu pasien aneh, sekarang ketemu dokter aneh."Aku membuang muka.Dokter Andi tertawa, " Pasien aneh gimana?" tanyanya."Hhhh, ya aneh lah pokoknya, males bahas saya dok," sahutku sambil mengaduk es jeruk dengan sedotan."Mbak Adel, tinggal jawab aja loh tentang pertanyaan saya, sudah punya suami atau belum? gitu aja bingung," Dokter Andi belum juga puas bertanya." Hhhh, embuh lah dok, saya belum kepikiran soal jodoh, saya cuma pingin kerja nabung terus nyenengin orang tua," jawabku."Oh gitu, berarti belum punya ya kesimpulannya ?" tanya dokter Andi lagi ."Eh bwambankkkkk, kalah mbak Najwa shihab dari elo soal interogasi, " batinku."Iya dokter, saya belum punya calon, mungkin gak laku," sahutku ketus."Hush, jangan bilang gitu mbak, ucapan itu doa lo, mbak Adel ini cantik cuma..." dokter Andi menghentikan kalimatnya. "Cuma apa?!" mata auto melotot seketika."Cuma judes dan sering manyun. Itu yang bikin nggak kuat. Hahahaha." Dokter Andi tert
Semua mata memandang kearahku. Terutama Roma yang tersenyum-senyum. "Roma, kamu sungguh Ter-la-lu," batinku."Sebenarnya...., saya bisa, tapi saya waktunya pulang ke rumah kalau libur dinas 2 hari lagi," jawabku."Gak apa-apa mbak Adel, cuma seminggu kan biasanya bayi cuplak puser, lagipula mbak Adel kan sering mandiin bayi to." Tahu-tahu Nur ngejeplak begitu saja. Padahal aku berencana menolak secara tak kasat mata.'Aduh Marimar, gak bisa ngeles lagi nih,' gumamku."Hm, apa tidak dimandikan yangtinya mungkin bu? " tanyaku aku masih berusaha nego."Dulu yang memandikan saya waktu kecil mbah dukun mbak. Mama saya memandikan saya saat saya sudah cuplak puser," sahut bu Rania."Hm, baiklah bu, saya bantu dan saya ajari memandikan bayi ya," sahutku akhirnya.Perkara nanti ketemu Roma di rumah bu Rania itu urusan belakang deh, yang penting sekarang operan dulu."Kalau gitu kami lanjut operan dinas dulu," kami berlalu dari hadapan bu Rania.Selesai operan dinas, aku dan Nur segera menyiapk