Share

Dari Sosok Yang Mungkin Misterius

"Ahhhh, Kayraaaaaa!!!" Aul menepuk bahuku dengan sangat keras. "Kenapa kau tak tanya siapa dia?" ucapnya lagi.

"Diamlah Aul," jawabku. 

Benar juga. Memang bukan hal sulit bagiku jika aku mau bertanya siapa dia, namanya, alamat, dan kenapa dia bisa tahu alasanku dan... nama panggilanku, Kayra. Tapi tidak semudah itu. Auranya benar-benar misterius sehingga akupun tak mampu berkata apa-apa saat melihatnya.

"Tapi aneh juga ya, kok dia bisa tahu?" ucap Sabil.

Aku mengangkat bahuku. "Entahlah, lagi pula aku tidak terlalu peduli padanya. Aku hanya ingin tahu darimana dia tahu tentangku," jawabku.

Aul masih berdiri terpaku dengan tangan di dagu. Dia sepertinya akan mati penasaran jika tetap tidak tahu tentang pria itu. Kurang lebih namanya saja. Aku tersenyum melihat sahabatku yang satu ini. Menarik tangannya dan memaksanya duduk.

"Hei, sudahlah. Mending kau ceritakan padaku, bagaimana hari pertama kalian masuk sekolah? Ah sudah pasti seru sih, walau tanpaku," ucapku seraya menunduk.

Sabil memukulku. "Nggak ada yang seru kalau nggak ada tuan putri Azkayra Laila!" 

"Hahahaha, kau bohong, bil" ucapku.

"Yah, nggak ada yang seru memang, kami beda kelas. Dan di kelasku nggak ada cowo ganteng sama sekali. Membosankan!" ujar Aul.

"Kau sendiri, gimana?" lanjutnya.

"Hm, aku punya temen baru. Namanya Alin. Orangnya manis tapi aku belum terlalu kenal dan belum bisa mendalami sifatnya. Aku harap dia orang baik," jawabku.

"Alin? Nama yang bagus." Ujar Sabil.

"Setidaknya semoga attitude-nya bagus. Tak seperti kau!" ucap Aul sambil memukul jidat Sabil.

Kami tertawa keras di tengah taman kota malam itu. Sepinya taman tersamarkan oleh riuh suara kami. Ya, mereka bedua sahabatku. Dua orang yang selalu ada untukku. Kami sudah bersama sejak sekolah dasar. Sudah seperti saudara. Kami berbagi apapun dan melakukan semua bersama. Entah apa jadinya aku bila tanpa mereka. Tapi bunda selalu berpesan. Semua orang sama baiknya, jika kita mau membuka diri. Seperti aku yang terbuka pada Aul dan Sabil, aku harus terbuka juga pada Alin, teman baruku. Juga yang lainnya di kelas.

'ding dong!'

Sebuah pesan w******p masuk ke handphone-ku. Satu pesan baru dari... Angin.

[Halo Kayra, jangan lupa makan!]

Aku menatap layar handphone-ku. Tak berkutik apapun. Siapa dia? Aku ingin membalas pesannya, tapi aku takut. Aku takut itu hanyalah orang iseng atau orang jahat yang berusaha mencelakaiku. Kedengarannya memang aneh, tapi aku benar-benar takut.

"Hey, gimana reaksi kalian kalau ada kontak asing yang mengirimi kalian pesan?" tanyaku pada Sabil dan Aul.

"Kau bertanya padaku? Kalau aku, sih.. Aku bakal respon. Siapa tahu penting," ujar Sabil.

"Kalau kau?"

"Kalau orang yang jelas, aku respon. Tapi kalau sekedar nomor anonymous, ogah deh!" jawab Aul.

"Ah, begitu," jawabku seraya menangguk-anggukkan kepala. Respon atau tidak? Ah, tidak usahlah. Aku membaca pesan aneh tersebut lalu kembali mematikan handphone-ku. 

Aku melangkahkan kakiku kembali kerumah. Tidak jauh. Hanya sekitar 15 menit agar aku bisa sampai kerumah dari taman kota. Sabil dan Aul sudah sampai duluan sejak tadi. Rumah mereka memang lebih dekat ke taman kota daripada rumahku. 

"Assalamualaikum bunda," ucapku sambil membuka pintu. 

Sepertinya bunda sudah tidur. Aku melangkahkan kakiku menuju kamar. Menutup jendela yang ternyata sejak tadi lupa kututup. Aku merebahkan badanku dengan jaket yang masih melekat di badan. Aku tidak mengantuk malam ini, jadi kuputuskan untuk membuka sosmed-ku.

[1 pengikut baru]

Ah, ada pengikut baru. Siapa ini? Kubuka pemberitahuan.

[p__1a mulai mengikuti anda]

P1? siapa dia? Kreatif juga dia membuat username. Aku tidak mengikutinya balik. Aku hanya melihat profilnya. 700 pengikut dengan tanpa postingan sama sekali. Foto profilnya juga kosong. Aneh sekali. Akhir-akhir ini banyak sekali orang asing misterius yang mencoba menghubungiku. Tak banyak sih, hanya ini dan... Angin.

Mood-ku langsung turun seketika. Aku menutup handphone dan mencoba untuk tidur. Saat tiba-tiba bunda datang.

"Kayra udah pulang?" 

"Ah, sudah bunda. Kay pikir bunda udah tidur," jawabku.

Bunda duduk di sebelahku, "tadi ada yang nyariin kamu, dia bilang sih, temen sekolahmu," 

Hah? temen sekolah? "temen SMP maksud bunda?" jawabku.

"Bukan, temen SMA."

Lah, siapa? Aku hanya kenal dengan Alin dan aku juga belum memberitahunya alamat rumahku. 

"Ah iya, dia laki-laki Kay," ucap bunda lagi.

Hah? laki-laki? Siapa? "Kay nggak ada kenalan sama temen cowok, Bun di sekolah," jawabku. Dalam hati aku merenung. Mungkinkah dia? Orang itu? Orang yang tahu segalanya? Tapi darimana dia tahu alamatku? Ah, benar juga. Dia tau segalanya.  

"Kayra, kau hanya perlu singgah ke tempat lain. Memahami bagaimana orang-orang memandang tentangmu. Tak perlu risau. Kehidupanmu yang baru, dimulai saat ini." Bunda memandangku lembut. Ia lalu berjalan keluar kamar seraya mengucapkan selamat malam. Aku tahu maksud bunda. Ia tak suka jika aku harus terjebak dengan pergaulan bersama 2 sahabatku. Hanya 2 sahabatku. Ia ingin aku mulai terbuka dengan orang baru. Ah bunda.. 

Tapi, lagi-lagi orang misterius. Tahu alamatku? Menyeramkan bukan? Aku ingin menceritakan ini pada Aul dan Sabil. Tapi aku menahan diri. Bukan karena aku tak ingin berbagi cerita. Aku hanya ini untuk kali ini mencoba menyelesaikan ini sendirian. Benar-benar sendirian. 

Ah ya, aku juga sudah bertekad. Aku akan bertanya siapa namanya dan kenapa dia tahu tentangku. Aku sudah janji pada diriku sendiri. Aku harus membunuh rasa penasaran ini. Sekarang waktunya tidur.

--

Sepertinya baru semenit aku tidur, dan kini matahari sudah membangunkanku saja. Tak bisakah dia membiarkanku tidur pulas malam ini saja?

Waktu menunjukkan pukul 05.13, masih ada waktu untuk sholat subuh. Rutinitas, aku membuka handphone terlebih dahulu. 1 pesan w******p dari.. Angin

[Hai Kayra, selamat pagi! Semoga harimu menyenangkan. Jangan lupa sarapan ya!]

Lagi-lagi dia. Apa aku blok saja, ya, gumamku. Tinggal 1 sentuhan lagi maka nomor itu akan terblokir dari w******p-ku. Namun aku mengurungkan niatku. Bagaimana bisa aku tahu dia siapa jika aku memblokir kontaknya? Aku berusaha bersikap tak acuh dan mulai bersiap ke sekolah.

Pagi ini lagi-lagi aku melihat Satpam dengan senyum cerianya menyambut para siswa dengan tawa. Ah, bapak ini benar-benar orang yang periang. Aku mencoba menyapanya. "Pagi, pak!" ucapku. Beliau melihatku dengan senyum sambil menjawab "Selamat pagi.... Azkaaaayyyraaa! Belajar yang baik ya!" jawabnya seraya membaca namaku yang terpampang jelas di papan nama seragamku. 

Di kelas, aku melihat Alin sedang duduk memandangi handphone-nya.

"Lin!" sapaku.

"Ah, Kayra. Lama sekali kau datang," jawabnya.

Aku duduk di sebelahnya.

"Lin, kau tahu anak yang kemarin? Yang kau katakan mungkin akan menjadi favorit BK tahun ini," ujarku.

"Ah, dia. Kenapa?"

"Aku ingin bertanya padanya, siapa dia. Soalnya nih, aneh banget. Dia bisa tahu alasanku masuk ke SMA ini, dan.... nama panggilanku juga dia tahu," jawabku dengan antusias.

"Hahahah, Kay. Wajar kali. Beberapa orang disini juga masuk SMA ini karena tidak lolos SMA favorit dan soal nama panggilanmu, sudah jelas di nama awalmu, Azkayra." Aku diam. Masuk akal, sih. Atau mungkin aku yang terlalu ambil pusing soal dia?

Sosok laki-laki masuk dan, itu dia. Dengan penampilan yang sama, dia duduk dengan tak melihay sekeliling. Aku memandangnya. Jika yang dikatakan Alin itu benar, lalu bagaimana dengan Angin, p__1a, dan.. pria yang mendatangi rumahku malam tadi. Apakah dia orang yang sama?

Sesaat kemudian dia melihatku. Beradu pandang denganku, lalu tersenyum seolah lagi-lagi dia tahu apa yang ada di pikiranku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status