Home / Romansa / PAWANG HATI SANG TUAN MUDA / BAB. 3 Gejolak Kenangan Bersama Rebecca

Share

BAB. 3 Gejolak Kenangan Bersama Rebecca

last update Last Updated: 2025-07-30 22:26:31

Setelah meninggalkan meja makan yang penuh dengan ketegangan, Raynard melangkah keluar menuju teras rumahnya. Pria tampan itu memilih untuk menunggu keluarganya di sana, menghindari lebih banyak interaksi dengan Rayner, adik kembarnya yang semakin memanas.

Udara pagi yang segar menerpa wajahnya, memberikan sedikit ketenangan meski pikirannya masih kalut. Raynard berdiri tegak di tepi teras, sambil memandang ke arah langit San Francisco yang cerah dan biru. Burung-burung terbang melintas, menciptakan siluet di tengah langit yang mulai semakin terang. Tak lama lagi, dia dan keluarganya akan meninggalkan kota ini, kota yang penuh kenangan baginya.

Raynard menyilangkan lengannya di dada, matanya menyapu pemandangan kota yang mulai hidup. Mobil-mobil mulai bergerak, dan suara bising perlahan mengisi suasana saat itu. Namun, pikirannya bukan pada hiruk-pikuk kota tersebut, melainkan pada satu sosok yang selalu menghantui hatinya, yaitu Rebecca. Gadis cantik yang telah lama menghilang, tanpa jejak, dan tidak ada pesan apapun darinya. Tidak ada seorang pun yang tahu di mana dia berada, termasuk Raynard. Tapi sang pria tahu satu hal, jika hatinya masih terikat erat pada gadis itu.

“Rebecca ….” gumamnya pelan, suara Raynard hampir tertelan angin pagi saat menyebut nama gadis itu.

“Kamu sebenarnya ada di mana? Aku sangat merindukanmu. Kenapa tidak ada satu petunjuk pun tentangmu?” tuturnya lagi.

Pikirannya mulai berputar kembali ke saat-saat terakhir mereka bersama. Malam itu masih terpatri jelas di ingatannya malam di mana Raynard dan Rebecca bersama, di mana cinta mereka yang tak sempat terucapkan menjadi terlalu dalam untuk disangkal. Akan tetapi kemudian, Rebecca menghilang begitu saja, meninggalkan Raynard dalam kegelapan dan keraguan.

“Sebentar lagi aku akan meninggalkan kota ini,” lanjut Raynard dalam hati.

Pemuda gagah itu dapat merasakan desakan emosional yang sulit dijelaskan olehnya.

“Bagaimana dengan cinta kita yang belum sempat bersemi? Apakah aku harus melupakannya begitu saja? Rebecca, tolong beri aku petunjuk untuk menghadapi semua ini!” ujarnya frustasi sambil memegang kepalanya.

Kegalauan itu mulai membungkusnya dengan erat, seolah-olah menekannya di setiap napas yang dia tarik. Raynard mendesah panjang, menundukkan kepala, mencoba menahan rasa sedih yang mulai menyelimuti.

Hampir lima tahun lamanya Rebecca telah menghilang. Dan selama itulah, cinta Raynard tidak pernah pudar sedikitpun kepada gadis itu. Sang pria masih ingat bercak darah di atas sprei, saat sang gadis menyerahkan Kesuciannya kepada Raynard. Sejujurnya pria tampan itu sangat berat untuk meninggalkan Kota San Francisco, tapi apa daya, dia tak dapat berbuat apa-apa.

Hatinya terbelah. Di satu sisi, Raynard tahu keluarganya menantinya untuk kembali ke Jakarta, untuk melanjutkan hidupnya di sana. Tapi di sisi lain, dia merasa masih ada yang belum selesai di sini, di Kota San Francisco. Rebecca, gadis yang sejak dulu sangat dicintai olehnya, selalu ada di dalam pikirannya dan masih tak tergantikan oleh perempuan manapun.

Mata Raynard mengerjap menahan perih. Pikirannya terus berputar. Apakah sudah saatnya dia harus melupakan Rebecca? Apa mungkin sang pria dapat melanjutkan hidup tanpa kejelasan tentang gadis itu? Namun, di dalam hatinya, ada satu sisi yang berkeras untuk terus mencari, untuk tidak menyerah menemukan gadis itu. Rebecca bukan hanya kenangan masa lalu bagi Raynard. Gadis itu adalah seseorang yang membawa arti dalam hidupnya.

“Aku ... aku tidak bisa melupakanmu begitu saja, Rebecca,” bisik Raynard, suaranya nyaris tak terdengar di antara deru angin pagi itu.

“Aku yang telah merenggut kesucianmu, aku yang seharusnya bertanggung jawab atasmu. Bagaimana aku bisa meninggalkan semua ini tanpa kepastian?”

Tangannya mengepal, menggenggam tepi pagar teras dengan erat. Keputusannya mulai mengeras. Meskipun akan meninggalkan Kota San Francisco, Raynard tahu jika dia tidak akan pernah benar-benar meninggalkan kenangan akan Rebecca. Di dalam hatinya, sang pria masih akan mencari gadis itu, di mana pun dirinya berada.

Tak lama kemudian, Rayner muncul dari dalam rumah, diikuti oleh Deborah, istrinya . Koper-koper sudah disiapkan, diangkat satu per satu ke dalam mobil. Daddy Zay yang memimpin, mulai memastikan semuanya berjalan lancar, sementara Mommy Olivia terus mengingatkan agar mereka tak lupa dengan barang-barang penting.

“Raynard,” panggil Mommy Olivia dari pintu, suaranya lembut namun terdengar tegas.

“Kita sudah siap. Ayo, jangan berlama-lama lagi. Kita harus segera berangkat ke bandara.”

Raynard menghela napas panjang.

“Iya, Mom, aku datang.” Dia lalu melepaskan genggamannya dari pagar teras dan melangkah masuk ke dalam rumah, menyiapkan dirinya sebentar untuk perjalanan panjang kembali ke Jakarta.

Beberapa menit kemudian, seluruh koper telah dimasukkan ke dalam mobil. Raynard dan keluarganya naik satu per satu, menempati tempat duduk mereka. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya suara mesin yang terdengar saat mobil mulai melaju meninggalkan rumah mereka.

Raynard duduk di kursi belakang, matanya menatap keluar jendela. Dia melihat jalan-jalan yang pernah dilewati olehnya bersama Rebecca, kafe tempat keduanya pernah bertemu, taman di mana pernah mereka berbicara tentang mimpi-mimpi di masa depan. Namun semua itu terasa begitu jauh, seolah-olah hanya tinggal bayangan saja.

Di dalam hatinya, rasa sedih semakin membesar. Raynard pun memejamkan matanya, berharap bisa menenangkan dirinya, akan tetapi bayangan Rebecca terus menghantui. San Francisco telah menjadi tempat penuh kenangan baginya, kenangan yang sekarang terasa semakin pahit.

Deborah, yang duduk di depan bersama Rayner, melirik ke belakang.

“Ray, kamu nggak apa-apa?” tanyanya dengan lembut.

Raynard membuka matanya dan memaksakan senyum tipis. “Aku nggak apa-apa, Deb,” jawabnya pelan.

“Cuma ... sedikit berat meninggalkan kota ini.”

Rayner, yang mendengar percakapan itu, melirik ke arah kakak kembarannya melalui kaca spion.

“Kamu pasti bakal baik-baik aja, Raynard,” ucapnya dengan nada tenang.

“Kamu cuma butuh waktu untuk melupakan semuanya dan memulai hidup baru di Jakarta nantinya.”

Raynard hanya mengangguk pelan, meski dalam hatinya dia sadar jika waktu bukanlah satu-satunya yang dibutuhkan olehnya. Ada hal-hal yang lebih dalam dari itu, sesuatu yang tidak akan bisa dirinya temukan dengan hanya menunggu.

Perjalanan menuju bandara berlangsung dalam keheningan. Daddy Zay sibuk berbicara dengan Mommy Olivia tentang jadwal penerbangan, sementara Rayner dan Deborah berbincang ringan tentang rencana mereka setibanya di Jakarta. Namun, bagi Raynard, waktu seolah berjalan sangat lambat. Setiap detik yang berlalu membuatnya semakin menyadari bahwa dia akan segera meninggalkan San Francisco, dan bersama dengan itu, mungkin juga akan meninggalkan harapannya pada Rebecca, wanita impiannya.

Ketika mobil mereka mendekati bandara, Raynard kembali memejamkan matanya. Udara di dalam mobil terasa berat, menciptakan perasaan kosong di dalam hatinya.

Namun dia yakin meskipun dirinya akan pergi meninggalkan kota ini, bayangan Rebecca akan selalu mengikutinya. Dengan sebuah cinta yang belum sempat bersemi, satu katan yang masih terjalin di dalam hatinya.

"Apakah aku harus benar-benar melupakanmu, Rebecca?" pikir Raynard dalam hati.

"Atau haruskah aku terus mencarimu, meskipun semua ini terasa sia-sia?"

Namun, jawaban atas pertanyaan itu masih belum ditemukan olehnya. Yang Raynard tahu hanyalah satu hal, yaitu hatinya masih terikat erat pada kenangan di Kota San Francisco, pada sosok Rebecca yang tak pernah bisa dia lupakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 10 Kemesraan Rayner dan Deborah di dalam kamar

    Di tengah gemerlap malam di Kota Dubai, cahaya kota yang megah menerangi kamar President Suite yang mewah di sebuah hotel bintang lima di tengah-tengah gemerlapnya kota. Rayner dan Deborah baru saja tiba di kamar mereka yang megah setelah acara makan malam mewah bersama semua anggota Keluarga Brett. Seharian tadi, pasangan suami istri tersebut juga menghabiskan hari dengan kemesraan di kota metropolis yang penuh dengan kemewahan ini, sambil berjalan-jalan ke berbagai destinasi tempat wisata Kota Dubai. Kamar president suite mereka berada di lantai paling atas, dengan pemandangan indah Burj Khalifa yang menjulang tinggi. Ruangan itu dihiasi dengan furnitur elegan, dinding marmer, dan sebuah tempat tidur king-size yang tampak menggoda di tengah-tengah ruangan. Rayner menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, lalu menatap Deborah dengan senyum penuh cinta.Deborah, yang mengenakan gaun satin berwarna merah anggur, berjalan mendekat dengan langkah gemulai. Tatapan mata mereka saling berte

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 9 Masih Edisi Jalan-jalan

    Perjalanan masih terus berlanjut,Sore itu, langit Dubai mulai berwarna keemasan menjelang malam. Keluarga Besar Brett berkumpul di area Dubai Fountain, salah satu atraksi paling menakjubkan di Dubai yang terletak di dekat Burj Khalifa. Angin hangat gurun pasir menyapu wajah mereka ketika sinar matahari terakhir perlahan mulai menghilang di ufuk barat, yang menandai jika akan dimulainya pertunjukan air mancur yang begitu terkenal.“Amazing, ya?” gumam Deborah, kagum melihat lampu-lampu di sekitar Burj Khalifa yang mulai menyala seiring datangnya malam. Di depannya, kolam besar yang menjadi latar pertunjukan Dubai Fountain terlihat berkilauan.Rayner tersenyum dan menatap Deborah di sampingnya. “Nggak cuma amazing, ini sih spektakuler.” Rayner kemudian menoleh pada kedua orang tuanya, Tuan Zay dan Nyonya Olivia, yang tampak mengobrol sambil menunggu pertunjukan dimulai.Ketika musik mulai dimainkan, air mancur mulai menari-nari mengikuti irama lagu yang energik. Tiba-tiba, Rayner meng

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 8 Jalan-jalan Keliling Dubai

    Setelah selesai sarapan pagi di restoran hotel tempat mereka menginap, Keluarga Besar Brett bersiap untuk memulai hari pertama mereka mengelilingi Dubai. Mommy Olivia tampak anggun dengan kacamata hitam dan scarf di leher, sementara Daddy Zay berdiri gagah di sampingnya dengan kemeja linen putih. Si sulung Raynard mengenakan kaos polo dan celana pendek santai, sedangkan adiknya, Rayner, tampil kasual namun rapi bersama istrinya, Deborah, yang selalu tersenyum manis.“Siap semua?” Daddy Zay memastikan setiap anggota keluarganya.“Siap, Dad!” Rayner menjawab semangat sambil merangkul pinggul Deborah, yang tersipu. Sementara Raynard hanya mengangguk santai.“Heboh banget sih, Lo! Kayak baru pertama saja ke sini!” kesal Raynard kepada adik kembarnya.“Jelas dong, Ray. Karena ini kali pertama aku jalan-jalan bersama Deborah, istriku! Memangnya kayak Lo? Betah menjomlo terus?” ejek Rayner kepada sang kakak.“Lo?” Raynard segera mengepalkan tangannya dan ingin menghajar adik kembarnya.Namu

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 7 Bincang Santai Keluarga

    Tiga hari liburan Keluarga Besar Brett di Dubai dimulai dengan kedatangan mereka di hotel mewah The Ritz-Carlton, Dubai. Hotel ini menawarkan suasana eksklusif dengan pantai pribadi yang bersih, lima kolam renang outdoor, dan kamar-kamar elegan yang langsung menghadap ke perairan biru Dubai Marina. Keluarga ini tiba dengan penuh semangat, bersiap untuk menikmati liburan singkat mereka sebelum kembali ke Jakarta.“Yei! Sayang akhirnya keinginan kita terwujud untuk liburan di Dubai!” tutur Rayner sambil merangkul erat pinggang istrinya.“Iya, Rey. Aku juga ikut senang,” ucap Deborah kepada suaminya.“Dan kita bisa lebih banyak punya waktu untuk bermain kuda-kudaan, Sayang!” tukas Rayner sambil menatap penuh rasa lapar ke arah istrinya yang sungguh memikat hatinya itu. Sementara Deborah hanya bisa tersenyum malu-malu saat ini. Apalagi Rayner sengaja membesarkan suaranya sehingga Raynard, saudara kembarnya juga ikut mendengar.“Cih! Dasar pasangan mesum! Ini masih pagi-pagi, Rey!” sindir

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 6 Keinginan Terselubung Rayner

    Jet pribadi milik Tuan Zay Brett akhirnya perlahan menuruni langit Dubai, mendarat dengan mulus di salah satu landasan di bandara internasional yang megah. Cahaya lampu yang gemerlap di Kota Dubai terlihat berkilauan dari jendela pesawat, menandakan kedatangan mereka di pusat salah satu kota termaju di dunia. Di dalam kabin yang mewah, Rayner yang duduk di samping istrinya, Deborah, yang tampak tak sabar.“Yeah, akhirnya kita sudah sampai di Dubai!” seru Rayner dengan antusias.Raynard, saudara kembarnya, yang duduk tak jauh darinya hanya bisa tersenyum tipis dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Rayner yang tak pernah berubah sejak kecil.“Kita cuma transit, Rayner,” ucap Raynard, mencoba mengingatkan adiknya.“What? Hanya sekedar untuk transit? Tentu saja itu tidak boleh terjadi!” seru Rayner sambil tersenyum penuh misteri.Rayner pun pura-pura tak mendengarkan apa sedang dikatakan oleh kakak kembarnya, Raynard. Karena dia sudah punya rencana sendiri di kepalanya. “Mommy,

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 5 Memanjakan Suami Di Atas Pesawat

    Pesawat jet pribadi milik keluarga Brett semakin melesat tinggi di udara, membelah langit biru di atas berbagai negara dan benua. Interior mewah pesawat itu didominasi oleh warna krem dan emas yang elegan, memberikan kesan kemewahan dan kenyamanan yang tak tertandingi.Di dalam pesawat, suasana relatif tenang, hanya terdengar deru halus mesin dan suara peralatan makan yang beradu pelan. Anggota Keluarga Brett tengah menikmati perjalanan panjang menuju Jakarta, sementara kru pesawat terlihat sibuk mempersiapkan makanan di bagian pantry.Di bagian depan, Tuan Zay dan Nyonya Olivia duduk dengan nyaman di kursi berlapis kulit yang empuk. Meja kecil di depan mereka dihiasi dengan hidangan makan siang ala western yang menggugah selera. Antara lain steak medium-rare dengan saus lada hitam, kentang tumbuk halus, dan sayuran kukus. Tuan Zay yang mengenakan kemeja putih dengan dasi longgar tampak rileks sambil menyesap anggur merah dari gelas kristal di tangannya.“Steaknya enak, kan, Darling?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status