Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 96 - Bentrokan dengan Klan Rahasia

Share

Bab 96 - Bentrokan dengan Klan Rahasia

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2025-04-17 08:30:34

Salju masih turun deras, menutupi jejak kaki yang memanjang di antara tebing-tebing tajam Pegunungan Salju Utara. Nafas Li Feng mengepul di udara dingin, matanya menyipit menatap gerbang batu raksasa yang berdiri sunyi di tengah kabut.

"Huh... jadi ini tempatnya," gumamnya pelan, menggenggam erat peta lusuh di tangannya. Garis-garis kasar di peta itu mengarah tepat ke gerbang batu yang tertutup ukiran naga bersisik perak. Tak salah lagi—di balik gerbang itu tersembunyi senjata legendaris yang selama ini dicarinya. Tapi... ada yang aneh.

"Kenapa... terasa seperti sedang diawasi?" bisiknya, tengkuknya meremang.

Tiba-tiba—

"WUSHH!"

Anak panah melesat, nyaris menghantam pundaknya! Li Feng berguling ke samping, lalu mencabut pedangnya.

"Siapa di sana?! Tunjukkan dirimu!"

Tak ada jawaban. Tapi dari balik kabut, siluet-siluet muncul perlahan—tubuh-tubuh berjubah hitam dengan simbol naga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 97 – Duel Melawan Pewaris Klan

    Hawa dingin menusuk tulang. Salju berjatuhan seperti abu kematian dari langit kelabu. Di hadapan Li Feng terbentang altar batu kuno dengan pahatan naga yang seakan bernapas. Di atasnya, tergeletak sebuah peti kayu gelap, ditutup segel emas yang berkilau samar. Namun, di antara Li Feng dan peti itu, berdiri seorang pemuda berjubah ungu, rambutnya diikat tinggi, dan matanya menyorot tajam bak pedang yang terhunus. "Kau tak berhak menyentuh senjata suci klan kami," suara pemuda itu dingin, nyaris tanpa emosi, tapi justru itulah yang membuatnya terasa berbahaya. Li Feng menggenggam gagang pedangnya. Hatinya masih diguncang peristiwa sebelumnya—bentrokan dengan para tetua klan yang mencoba menghalangi langkahnya. Banyak darah tertumpah. Tapi bukan itu yang mengusik pikirannya, melainkan kenyataan bahwa orang-orang ini bersumpah menjaga senjata itu demi melindungi dunia... dan sekarang ia akan merebutnya. "Aku tidak datang untuk merampas," ujar

    Last Updated : 2025-04-18
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 98 – Kutukan Baru Dimulai

    “Tidak…” Li Feng menatap pedang di tangannya. Ia menggigil—bukan karena hawa dingin Pegunungan Salju, tapi karena aura mengerikan yang perlahan merayap dari permukaan pedang menuju pembuluh nadinya. “Ahh!” Seketika tubuhnya menegang. Suara jeritan keluar dari tenggorokannya seperti lolongan binatang yang kesakitan. Darahnya seolah mendidih. Matanya melebar, menyiratkan antara keterkejutan dan ketakutan. Pedang itu... bukan pedang biasa. Tidak hanya tajam, tidak hanya memancarkan cahaya biru keperakan yang misterius, tapi ada sesuatu yang bersemayam di dalamnya—sesuatu yang hidup... dan lapar. “Li Feng!” Teriakan Putri Ling’er menggema. Ia berlari dari balik salju, menghambur ke arah Li Feng yang kini bersimpuh, tubuhnya bergetar hebat. “Jangan sentuh—!” Terlambat. Tangan Ling’er menyentuh pundaknya. “UGH!” Keduanya terlempar seketika!

    Last Updated : 2025-04-18
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 99: Kembali ke Ibu Kota dengan Rahasia Besar

    Angin musim gugur menerpa wajah Li Feng saat ia memandang dari punggung kudanya ke arah gerbang ibu kota Kekaisaran. Tembok batu yang menjulang tinggi, bendera-bendera yang berkibar angkuh, dan siluet istana yang menjulang di kejauhan—semuanya masih sama seperti terakhir kali ia tinggalkan. Namun, kali ini, segalanya terasa berbeda. Jauh di dalam dadanya, sebuah rahasia besar bergemuruh, seolah hendak meledak dari dada. Ia menggenggam erat gagang senjata yang baru saja ia dapatkan—Pedang Langit Kedua, yang terselubung dalam kutukan yang mengerikan. "Huh... akhirnya kembali juga," gumamnya pelan, lirih, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. Putri Ling’er yang menunggangi kuda di sampingnya menatapnya dengan tatapan khawatir. “Li Feng... apa kau yakin ingin membawa pedang itu ke dalam istana?” Li Feng menoleh, matanya gelap, penuh beban. “Bukan soal ingin atau tidak, Ling’er. Ini perintah Kaisar. Dan... ini takdirku.” “Tak

    Last Updated : 2025-04-19
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 100 - Perang yang Tidak Bisa Dihindari

    Langit di atas ibu kota tampak suram. Awan gelap menggantung berat, seolah tahu bahwa tanah di bawahnya akan segera dibasahi bukan oleh hujan, tapi oleh darah. Suara dentang lonceng dari menara pengawas menggema—tanda bahaya. Orang-orang berlarian. Pintu-pintu rumah ditutup rapat. Anak-anak dipeluk erat, dan doa-doa terucap dalam bisik yang hampir tenggelam oleh langkah-langkah sepatu prajurit yang mengguncang jalanan berbatu. "Tuan! Mereka sudah mencapai Gerbang Barat!" Suara panik seorang penjaga membuat Li Feng menoleh tajam. Ia berdiri di puncak Menara Angin, mengenakan zirah perak kekaisaran yang telah ternoda oleh lumpur dan darah dari pertempuran sebelumnya. Matanya merah. Tapi bukan karena kutukan pedang. Bukan. Itu karena... kemarahan. Kebingungan. Dan rasa sakit yang tak kunjung reda. "Berapa jumlah mereka?" "Lebih dari dua puluh ribu, Tuanku. Jenderal Zhao... dia memimpin langsung."

    Last Updated : 2025-04-19
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 101 - Bayangan Kudeta di Ibukota

    Hujan rintik membasahi atap-atap istana kekaisaran saat Li Feng berdiri di depan gerbang utama. Matanya menatap tajam ke arah aula besar di kejauhan—tempat segala intrik dan keputusan besar ditentukan. Ia baru kembali dari medan perang, tubuhnya masih dibalut luka dan lelah, tapi firasatnya jauh lebih mengkhawatirkan daripada rasa sakit yang ia derita. "Hmm… mengapa suasananya terasa berbeda?" gumamnya pelan. Langkah kakinya mantap menyusuri pelataran istana, namun tiap langkah seakan bergema aneh di dalam hati. Seolah-olah tanah di bawahnya menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Ia tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa tak semua orang menyambut kepulangannya dengan hangat. Beberapa bangsawan yang dahulu menyambutnya dengan senyum palsu kini bahkan tak menoleh. Beberapa prajurit justru berbisik-bisik saat melihatnya lewat. "Ada apa ini…?" Li Feng tak perlu bertanya lama. Begitu sampai di kediama

    Last Updated : 2025-04-20
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 102 – Mata-Mata dalam Istana

    Angin malam berdesir lembut melewati jendela-jendela istana, membawa bisikan rahasia yang tak bisa didengar oleh telinga biasa. Di balik tirai megah yang membalut istana utama, Putri Ling’er duduk diam di dalam ruang pribadinya, matanya tertuju pada sebuah lencana besi yang tampak asing di telapak tangannya. “Ini... ini bukan milik pasukan kekaisaran,” bisiknya, nyaris tak terdengar. Lencana itu bersimbol kepala naga terbelah dua—lambang militer dari negara bagian sebelah barat, Bai Yue. Tapi, bagaimana bisa benda seperti ini ditemukan di kamar salah satu pengawal pribadi Kaisar? Hatinya bergemuruh. Dadanya sesak oleh kekhawatiran yang belum punya bentuk. “Tidak mungkin... tidak mungkin ini hanya kebetulan,” gumamnya sembari berdiri dan menyembunyikan lencana itu dalam lengan bajunya. Beberapa jam sebelumnya... Ling’er, dengan langkah hati-hati dan penuh curiga, menyusuri koridor sempit yang hanya digunakan o

    Last Updated : 2025-04-20
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 103 – Pengkhianatan Sang Guru

    "Hah...?!" Li Feng membeku. Suara itu. Suara yang begitu akrab namun kini terdengar asing, seperti sebilah pisau yang menembus langsung ke dalam hatinya. Ia perlahan menoleh ke arah suara tersebut, dan matanya membelalak saat melihat sosok berjubah putih dengan rambut panjang yang sebagian telah memutih. Cahaya remang dari obor yang tergantung di lorong bawah tanah istana memperlihatkan wajah yang pernah ia hormati lebih dari siapa pun di dunia ini. "Master Bai...?!" Sosok itu tersenyum samar, namun bukan senyum kebijaksanaan yang biasa Li Feng lihat dulu. Senyum itu penuh rahasia, dingin, dan... getir. Sejenak, tak ada suara lain kecuali bunyi tetesan air dari langit-langit lorong tua itu. "Kau tumbuh lebih cepat dari yang kuduga, Feng'er," ucap Master Bai pelan, nadanya seperti angin musim gugur yang melintasi padang kematian. "Sayangnya, kau tumbuh untuk menentang takdirmu." "Takdir...?!" Li Feng menggeram

    Last Updated : 2025-04-21
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 104 - Rencana Kaisar yang Terlambat

    “Hah… terlalu banyak darah di tanah ini,” desah Kaisar perlahan, memandang keluar jendela ruang strateginya. Mata tuanya, yang dulu tajam dan penuh wibawa, kini suram dan bergetar. Di luar, langit kelabu seperti ikut meratap. Asap tipis mengepul dari kejauhan — sisa-sisa serangan malam yang telah merenggut ratusan nyawa. Tanah kekaisaran, dulu damai, kini nyaris tak bisa dibedakan dari medan perang. “Ampun, Paduka…” suara Perdana Menteri Han bergetar. “Jika kita tak bertindak segera, gerbang selatan bisa jatuh dalam dua hari.” “Dua hari?” Kaisar memalingkan pandangan. “Tidak. Mereka akan menyerang malam ini.” Seketika ruangan itu hening. Bahkan para jenderal yang berdiri di sisi kanan dan kiri ruangan saling pandang, kaget. “Mal—malam ini, Yang Mulia?” tanya Jenderal Mo sambil menahan napas. Kaisar mengangguk. “Aku bisa merasakannya. Mereka sudah menyusup terlalu dalam. Bahkan dalam mimpiku, ak

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 134 – Surat Wasiat yang Tertinggal

    Angin malam berdesir di antara pilar-pilar Istana Selatan, membawa aroma darah yang masih hangat. Li Feng berdiri mematung. Di hadapannya, tubuh Perdana Menteri Gao tergeletak tak bernyawa, darah mengalir perlahan dari luka di lehernya — merah pekat di atas lantai batu putih yang bersih. "Guru..." gumamnya lirih, hampir seperti bisikan yang hilang tertiup angin. Ia mengepalkan tinjunya, gemetar. "Mengapa harus begini...?!" Di tangan Gao yang membeku, sebuah gulungan kecil tampak tersembunyi, hampir terlewatkan jika Li Feng tidak memperhatikannya dengan saksama. Dengan langkah berat, seolah setiap gerakan menambah beban di pundaknya, ia berlutut dan mengambil gulungan itu. Kulitnya sudah rapuh, nyaris retak di setiap sudutnya, seperti usianya yang sudah terlalu tua untuk membawa rahasia besar. Li Feng menarik napas dalam-dalam. Srek! Ia membuka gulungan itu perlahan, takut bahwa sedikit saja kecerobohan akan m

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 133 – Kesetiaan yang Palsu

    Langkah-langkah itu terdengar menggema di lorong panjang Istana Timur, seirama dengan detak jantung Li Feng yang berdentam di telinganya. “Hah... hah...” Napasnya berat, tapi matanya tetap tajam, menusuk kegelapan seperti pedang yang terhunus. Bayangan Perdana Menteri Gao sudah tampak di depan. Tubuh tua itu berdiri tenang, seolah-olah telah menunggunya sejak lama. Sebuah senyum getir melintas di wajah keriput itu, penuh kelelahan... dan penyesalan. "Li Feng..." Gao mengangguk pelan, suaranya serak. "Akhirnya kau datang." Li Feng berhenti beberapa langkah di depannya. Tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya. "Mengapa, Guru...?" suaranya pecah, setengah berteriak, setengah memohon. "Mengapa Anda... Anda yang dulu mengajarkan saya tentang kehormatan, tentang kesetiaan pada negeri ini... malah berkhianat?!" Perdana Menteri Gao menghela napas panjang. "Kesetiaan?" Ia terkekeh pahit. "Apa itu kesetiaan, anak muda? Pada siapa ka

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 132 – Jejak Pengkhianat di Istana

    Malam itu, langit di atas ibu kota menggantung berat, seolah menahan ribuan jeritan yang tak pernah diucapkan. Kabut tipis menyelimuti jalan-jalan batu, membuat istana megah di kejauhan tampak seperti bayangan raksasa yang menyamar di balik dunia nyata. Li Feng menarik napas dalam-dalam. Sial… pikirnya. Setiap langkah yang ia ambil di atas tanah kekaisaran kini terasa seperti berjalan di atas pecahan kaca. Tidak ada lagi tempat yang aman. Tidak ada lagi wajah yang bisa dipercayai. "Kau yakin mau melakukan ini?" suara Mei Yue, pelan seperti desir angin, membelah kebisuan malam. Li Feng menoleh. Mata perempuan itu bersinar dalam temaram lentera jauh di belakang mereka. Ada ketegangan, ada keraguan. Tapi yang paling kuat… ada ketakutan. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuknya — untuk Li Feng. "Huh," Li Feng mendengus, setengah tersenyum getir. "Kalau bukan aku, siapa lagi?" Tanpa menunggu jawaban, ia melangka

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 131 – Negeri yang Telah Lama Hilang

    Langit abu-abu menggantung berat di atas reruntuhan Tianxiang, seakan langit sendiri menangisi kota yang pernah bersinar seperti permata di tengah kekaisaran. Angin membawa debu dan bau darah, menusuk ke dalam lubuk jiwa mereka yang masih bertahan. Li Feng berdiri diam, memegang gulungan kuno erat-erat di tangannya, seolah-olah kertas tua itu adalah satu-satunya jangkar yang mengikatnya pada kenyataan. "Sumpah Kaisar Pertama..." gumamnya lirih, matanya yang merah menatap kosong ke depan. "Shen Lu... negeri yang sudah lama dikabarkan lenyap... ternyata belum pernah benar-benar hilang..." Di sampingnya, Mei Yue memandang dengan tatapan gelap, seakan hatinya tahu lebih banyak daripada apa yang berani ia katakan. Akhirnya, ia menarik napas dalam-dalam, lalu berbisik, “Li Feng, kita harus berbicara. Sekarang.” Li Feng mengangguk tanpa suara. Keduanya bergegas ke sebuah bangunan setengah roboh — bekas rumah seorang saudagar, kini hanya kerangka

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 130 – Sumpah Kaisar Pertama

    Angin malam menusuk kulit, bagai jarum-jarum halus yang menari di sepanjang reruntuhan Kota Tianxiang. Asap membubung ke langit gelap, dan di antara puing-puing, Li Feng berlutut dengan tubuh menggigil, memeluk tubuh rapuh Putri Ling’er. “Ling’er…” suaranya serak, hampir tak terdengar. Putri itu menggenggam tangan Li Feng, lalu — dengan napas tersengal — menyerahkan sebuah gulungan tua, warnanya pudar, talinya nyaris rapuh. "Ini... rahasia... takdir kita," bisiknya. "Bawa... gulungan ini... ke tempat yang aman, Li Feng... Demi kita semua..." Dan kemudian—duk!—kepalanya terkulai di pelukan Li Feng. Li Feng menahan napas. “T-tidak… Tidak! Jangan tinggalkan aku!” Ia mengguncang tubuh Ling’er, matanya memanas, suara di dadanya bergemuruh seperti badai. "Aaaaaargh!" pekiknya, membebaskan kemarahan, kepedihan, dan penyesalan dalam satu teriakan panjang yang menggetarkan udara. Namun, t

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 129 – Air Mata Pendekar

    Api masih membara di mana-mana. Langit di atas Kota Tianxiang bukan lagi biru — melainkan merah darah, seperti dewa-dewa marah menumpahkan kemarahan mereka ke bumi. Debu dan asap membuat napas terasa berat. Setiap langkah terasa seolah melangkah ke dalam dunia yang baru saja dilahirkan kembali… lewat penderitaan. "Li... Feng..." Suara itu... lemah, serak. Hampir tak terdengar di tengah gemuruh bangunan yang runtuh. Tapi bagi Li Feng, suara itu lebih nyaring daripada semua guntur di dunia ini. "Aku di sini!" teriak Li Feng dengan panik, berlutut di sisi tubuh rapuh Putri Ling'er yang tergeletak di atas reruntuhan bata dan kayu. "Ya Tian... ya Langit..." gumamnya. Luka di tubuh Ling’er begitu parah—darah mengalir di sudut bibirnya, dan kulitnya lebih pucat dari salju. Tapi matanya... mata itu masih mencari-cari dirinya. Masih hidup. Li Feng meraih tangan Ling’er yang gemetar, mengangkat tubuhnya

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 128 – Api yang Tak Bisa Dipadamkan

    Angin malam menerpa keras, membawa bau logam darah dan asap terbakar ke setiap sudut kota. "Sialan... Apa ini?!" Li Feng terhuyung beberapa langkah ke belakang, matanya membelalak saat melihat lautan api melalap jalanan utama Kota Tianxiang. Gedung-gedung kayu runtuh satu demi satu, jeritan manusia, ringkik kuda, dan dentang senjata saling bertubrukan di udara, menciptakan kekacauan yang mencekik. "Tidak mungkin..." bisiknya. Hanya dalam semalam, kota megah itu — yang dulunya penuh hingar-bingar pedagang dan rakyat yang bercanda riang — berubah menjadi neraka di bumi. "Li Feng!" Teriakan Mei Yue mengembalikannya ke dunia nyata. Wanita itu berlari mendekat, wajahnya dipenuhi abu dan darah — entah darah siapa. "Pasukan asing! Mereka menyerang!" serunya, napas memburu. "Kita harus segera keluar dari sini sebelum—" BOOM! Ledakan keras mengguncang tanah. Dari kejauhan, sebuah menara pengawas runtuh, meng

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 127 – Kepingan Takdir

    "Tidak mungkin..." bisik Li Feng, suaranya nyaris tak terdengar di tengah kesunyian Hutan Terlarang. Bayangan-bayangan makhluk hitam yang tadinya mengepung mereka telah lenyap, sirna bersama alunan nyanyian kuno Mei Yue. Namun, yang tersisa bukanlah ketenangan—melainkan kekacauan yang menggerogoti batin mereka. Mei Yue berdiri terpaku, matanya membelalak, bibirnya bergetar. "Aku..." katanya dengan suara serak. "Aku tak pernah tahu... bahwa ibuku..." Li Feng mengatupkan kedua tangan, mencoba menahan getaran di dadanya. Sial! Dunia terasa seakan terbalik. Seluruh perjalanan mereka, seluruh pertarungan mereka, semuanya—ternyata terikat pada sesuatu yang lebih besar, lebih kelam daripada yang pernah ia bayangkan. "Aku harus tahu lebih banyak," katanya tegas, langkahnya tertatih mendekati Mei Yue. "Kau... kau harus memberitahuku semua!" Mei Yue menggeleng perlahan. "Aku... aku hanya i

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 126 – Nyanyian Kematian

    Kabut hitam itu... astaga, seperti lautan tak berujung, bergulung dari segala penjuru. Li Feng menggenggam erat Pedang Naga Langit di tangannya yang gemetar. Tubuhnya penuh luka gores, nafasnya memburu. "Li Feng!" seru Mei Yue, matanya membelalak ngeri. "Kita harus menyanyikan lagu itu... atau kita mati di sini!" Li Feng mengayunkan pedangnya, membelah satu makhluk hitam. Namun, sialan, tubuh itu tak hancur — malah membentuk diri kembali seperti asap pekat! "T-tidak mungkin...," desah Li Feng, mundur selangkah, lalu dua langkah. Makhluk-makhluk itu mendekat dengan gerakan aneh, seperti boneka-boneka yang digerakkan oleh tali tak kasatmata. "Apa maksudmu lagu? Lagu apa?!" raung Li Feng, kebingungan di tengah kekacauan. Mei Yue menggigit bibirnya, wajahnya pucat. Lalu, dengan suara yang bergetar, ia mulai bersenandung. Nada itu... oh! Nada itu seperti desir angin di padang gurun, sedih, mera

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status