Share

BAB 2

Girgal meninggalkan desa, berpindah ke wilayah Mosvil yang merupakan pegunungan terjal tempat pusaka terhebat berada. Itu semua terjadi, karena Girgal mendapatkan buku harian ibunya.

Disana tertulis beberapa latihan dan benda pusaka yang mampu menjadikan seseorang tak terkalahkan, melihat sophia berusaha keras membuat Girgal belajar membaca itulah tujuan buku harian sophia ada, membantu dan mendukung Girgal meskipun tanpa sosok sophia lagi.

"Ibu, terima kasih-"

"Minggir!! Dasar rakyat jelata. Aku harus mengambil jalan itu," seru seorang wanita muda.

"Huh? Siapa kau sampai-sampai memerintah orang lain begitu,"

"Tsk, dasar manusia bodoh!! Dia adalah putri dari kepala wilayah," sahut seorang wanita lainnya.

"Aku tidak bertanya, kalian hanya membuang-buang waktu saja,"

Girgal melenggang pergi, menjauh dari kedua wanita itu. Menuju jalan ke kiri, agar tidak bertemu mereka.

"Ck ck, kau sangat dingin pada wanita cantik,"

"Hmm, apa lagi ini," ketus Girgal dengan wajah malasnya.

Pria itu memperlihatkan alat pengenalnya, sebuah lencana berwarna hitam dengan motif bunga. Girgal tidak paham dengan itu, hanya tersenyum sebentar lalu pergi.

"Kau tidak tahu ini? Benarkah kawan?!" seru pria itu.

"Kau pasti dari perguruan mosvil? Aku kenal dengan lencana itu," ujar Wanita itu bangga.

"Bisakah kalian menyingkir, dan bicara di tempat lain saja. Aku sedang terburu-buru," desis Girgal kesal.

Wanita itu memegang jari Girgal pelan, menautkan kedua tangannya. Lalu bersandar di bahu Girgal yang keras. Dengan cepat, Girgal menepisnya kasar, sambil menatap jijik ke arahnya.

"Tuan, bisakah kami ikut bersamamu. Setelah malam tiba nanti aku akan memberimu tempat menginap di kota," sahut wanita itu.

"Nona, apa yang kamu bicarakan? Bukankah dia pria dengan sifat yang sangat buruk. Ayo kita pergi saja dari sini," bisik pengawal wanita itu.

"Diamlah, aku sedang berusaha mendapatkan mangsaku," balasnya.

Girgal menatap malas ke arah mereka, dan pasrah harus berbagi jalan bersama orang-orang cerewet. Di tengah hutan menuju pegunungan, Kabut tebal tiba-tiba memenuhi pandangan mereka semua. Suara derap kaki kecil yang lumayan banyak membuat Girgal menatap tanah begitu intens.

"ARGHHHH, KELABANG OBI-OBIMUUU!!"

"Nona, tenanglah!! Ayo kita berlari ke arah belakang,"

Girgal tahu betul tentang kelabang Obimu yang beracun itu, tapi baru kali ini Girgal melihatnya secara langsung. Jika tersengat racun, maka korban akan demam selama sebulan penuh dan kehilangan nyawa karena dehidrasi berlebihan. Ini terlalu berbahaya, jalan juga dipenuhi kabut, pikir Girgal.

"Tuan- Tuann!! Jangan menyentuh ekor yang berbulu itu!!"

"Owh, kau terlambat bung. Aku sudah menyentuh-"

Girgal jatuh pingsan di tengah kabut, dia tertarik menguji kebenaran catatan ibunya dengan menyentuh ekor kelabang yang berbulu itu. Ternyata, racunnya begitu kuat persis yang dikatakan buku catatan sophia ibunya.

Beberapa jam kemudian, hujan turun dan menyapu kabut di pegunungan. Girgal terkulai lemas tak berdaya dengan mulut penuh darah dan beberapa kelabang yang terpotong menjadi dua. Wanita itu dan pengawalnya segera membantu pria dengan lencana pendekar mengangkat Girgal menuju kota.

"Ayah, sudah kukatakan pria itu terkena racun mematikan!! Kenapa kamu sangat keras kepala?"

"Anne putriku, pria itu mengalami gejala yang cukup aneh. Lihatlah tubuhnya sama sekali tidak membiru dan demam, padahal dia terkena racun," ungkap Pria berotot besar.

Girgal membuka matanya pelan, melihat siapa yang sedang berdebat di seberang tempat tidur. Ternyata wanita dengan sikap manja itu bernama Anne, dan pria berotot seperti pendekar kuat adalah ayahnya.

"Tuan, bisakah kau me-"

"Pria obi, cepat minumlah ramuan ini. Kamu akan segera sehat kembali setelahnya,"

"Ap-blurrbb glug,"

Anne memaksa Girgal meneguk satu gelas penuh ramuan hitam itu. Tatapan mengintimidasi dari ayahnya membuat Girgal terbebani. Girgal merebut gelas itu, dan meletakkan ke meja.

"Aku sangat berterima kasih atas pertolongan kalian, kalau begitu saya permisi,"

"Jangan pergi, kamu masih dalam kondisi pemulihan,"

Girgal tidak memperdulikan ucapan Anne sama sekali dan mengambil tas keluar dari rumah itu. Setelah berjalan cukup jauh, pria pendekar yang bertemu dengan Girgal di hutan tidak sengaja mengikutinya.

"Katakan apa yang kau inginkan sialan?!" teriak Girgal kesal.

"Woooh, tenang kawan. Aku jack dan kita akan segera menjadi rekan,"

"Mengapa aku harus memiliki rekan sepertimu?"

Belum lagi Jack menjawab, sebuah rombongan kereta kuda dengan jeruji besi hitam di sekelilingnya membuat suasana ramai. Ternyata, seorang tawanan perang telah di introgasi di wilayah Mosvil.

"Minggirr, kalian semua minggir!!"

Para penduduk berlarian, begitu juga dengan Girgal dan Jack yang menjauh dari tempat itu seketika. Beberapa petarung datang dengan pedang mereka, berusaha menyerang penjaga disekitar kereta itu. Terjadilah pertempuran kecil, dimana pihak petarung berusaha mengambil alih tawanan yang sedang dikurung itu.

"Wilayah yang ramai, hahahahaha sungguh meriah,"

"Dasar pria gila, ayo pergi dari tempat ini,"

"Tidak kawan, kita harus melihat pertunjukkan selanjutnya,"

Girgal mengernyitkan alisnya, lalu menatap dengan seksama penjaga yang mulai berdatangan dari arah yang sama sejak Girgal keluar dari rumah Anne. Pria berotot besar itu, datang dengan pedang besarnya. Menerkam mangsa begitu cepat dan tidak diberi ampun sama sekali.

"Lihat kan? Dialah tuan pemimpin wilayah ini, tuan Vladimir yang hebat,"

"Vladimir, dia salah satu pendekar terkuat pada masanya,"

"Benar sekali kawan, kau pasti sudah bertemu dengannya tadi. Bagaimana kesanmu pada pria itu??"

Girgal tidak peduli dengan kesan ataupun kehebatan orang lain, selama itu bisa menjadi batu loncatan untuknya mendapat pusaka terhebat yang hilang.

"Sudah cukup, aku terlalu banyak membuang waktu disini,"

Girgal pergi meninggalkan Jack di tengah perseteruan para petarung dan penjaga wilayah mosvil. Para petarung seakan tahu bahwa, penduduknya tidak akan ikut campur sedikitpun dan hanya melihat kedua pihak bertarung. Mereka sangat cerdik, pasti sudah sangat lama diketahui pihak lawan, pikir Girgal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status