Share

PEDANG PUSAKA TERHEBAT
PEDANG PUSAKA TERHEBAT
Penulis: Yuexi

BAB 1

"Matilah bersama ibumu, Matilah!!" teriak Sang Kaisar di hadapan putranya.

Girgal menatap nanar pria itu, sambil mendekap ibunya yang terkulai lemah bersimbah darah. Girgal tidak pernah tahu, bahwa hubungan keluarga yang dimilikinya dengan sosok kaisar merupakan kemalangan untuknya.

Beberapa jam sebelum kejadian.

"Siall, aku masih memiliki uang untuk taruhan kali ini"

"Hahaha, lihat wajah Girgal yang bodoh itu. Dia sudah sangat bangkrut tapi masih saja sombong,"

Girgal melemparkan dua keping emas di hadapan mereka semua, lalu memasang taruhannya penuh percaya diri.

"Cepat lakukan putaran penuh!!"

Girgal pulang dengan wajah muram, tak ada satupun koin yang kembali dari permainannya. Sophia Ibu Girgal, membuka pintu rumahnya sambil tertawa melihat Girgal bermuram durja di tepi jalan.

"Putraku, ayo kita masuk. Sebelum kamu menghabiskan seluruh pakaian sendiri demi permainan itu,"

Girgal mendengus kesal, dia menyentakkan kakinya seperti anak kecil lalu masuk ke dalam rumah. Sophia menghidangkan makanan sederhana, memberikan beberapa pelajaran baca tulis pada Girgal karena mereka tidak memiliki biaya untuk masuk ke akademi pelatihan kota.

"Ibu, mengapa kita harus belajar dan belajar? Aku ini cukup kuat dalam fisik, jadi tidak butuh kekuatan otak,"

"Girgal, tidak semua pekerjaan membutuhkan fisik, kadangkala ilmu pelajaran penting sayang. Keduanya harus seimbang, jadi cepat perhatikan pelajaranmu," terang Sophia.

Girgal cekikikan mendengar sophia memarahinya, baginya omelan yang keluar dari ibunya adalah hiburan saja. Girgal memutar penanya, pelajaran mengeja dan menghitung sangat sulit untuknya. Namun, Girgal mengingat besok harus bermain lagi, tapi koin emas pemberian ibunya sudah habis dalam sehari.

"Ibu!! Ayo kita pergi ke tempat ayah, meminta beberapa kotak emas padanya," teriak Girgal.

"Apa?! Ibu ti-tidak bisa datang bertemu dengannya,"

"Mengapa ibu? Ayo cepat kirim pesan padanya dan meminta koin yang lebih banyak,"

Melihat wajah Girgal memohon, Sophia pun mengiyakan untuk bertemu ayah Girgal. Tibalah mereka berdua di sebuah gubuk di ujung bukit, Girgal awalnya bertanya pada sophia mengapa mereka harus ke bukit.

"Ibu akan masuk lebih dulu, kamu bisa masuk setelah ibu memanggilmu,"

"Baik ibu, jangan terlalu lama,"

Girgal pun menunggu sophia, sambil menatap langit malam yang sangat gelap tanpa bintang. Tapi, setelah beberapa jam tanpa ada kabar, Girgal mulai gelisah mengapa begitu lama. Akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam gubuk itu, namun tubuh sophia tergeletak kaku di lantai. Membuat Girgal segera berlari memeluknya, lalu melihat sosok pria tinggi besar di hadapannya.

"Putra haram ini, sangat peduli padamu sophia,"

"Siapa kau?! Apa yang telah kau lakukan pada ibuku bajingan!!"

"Berkatmu, sophia pergi dari wilayahnya dan sekarang karenamu sophia merelakan hidupnya. Entah apa yang dipikirkan perempuan bodoh ini,"

"Ap- Diamm kau bajingan brengsek!!"

Girgal menangis, tangannya penuh dengan darah yang terus mengalir dari perut sophia yang tertusuk belati itu. Rahang Girgal mengeras, dia begitu emosi sampai tak bisa mengucapkan sepatah katapun lagi.

"Matilah bersama ibumu, Matilah!!" teriak pria itu.

Girgal menatap nanar pria itu, sambil mendekap ibunya yang terkulai lemah bersimbah darah. Girgal tidak pernah tahu, bahwa hubungan keluarga yang dimilikinya dengan sosok kaisar merupakan kemalangan untuknya.

"Ibu... bukalah, kumohon bukalah matamu ibu," Girgal menepuk pelan pipi sophia.

Air matanya sudah tak bisa berhenti mengalir, sosok pria besar itu keluar sambil menendang kaki sophia yang terjulur di lantai. Girgal meraung sedih, malam itu begitu gelap dan suram untuknya.

"Aku akan membalas pria itu ibu, hidupku semata-mata untuk memenggal pria itu di hadapanmu,"

Isak Girgal, keheningan itu mulai merambah masuk dalam gelapnya malam. Suara tanah yang terus ditimbun dan air siraman itu, membuat hati Girgal tercabik lebih dalam. Malam penuh luka, tak akan pernah terlupakan.

Keadaan desa Redush tetap tenang, seperti tidak ada suatu kejadian pun yang terjadi. Girgal melangkah begitu lemah, sayup-sayup terdengar panggilan teman-temanya di depan pertokoan.

"Setelah ini aku harus apa ibu? Haruskah aku membuang kenangan bersamamu?" gumam Girgal.

Akhirnya Girgal memutuskan membereskan rumah milik ibunya, banyak buku dan beberapa benda yang jarang Girgal lihat. Apalagi, gudang bawah tanah yang cukup penuh dengan barang-barang.

"Ibu menyimpan ini semua? Hmm... aku pasti akan menyerah jika harus mempelajari lusinan buku ini bu," lirih Girgal sedih.

Mengingat kembali, betapa gigihnya sophia memberikan Girgal pelajaran meskipun dia tetap malas dan tidak mengerti banyak hal. Saat Girgal ingin mengangkat kotak besar keluar, sebuah surat jatuh ke lantai.

Girgal menatapnya bingung, stempel kerajaan itu tampak tidak asing baginya. Benar, surat itu berasal dari kerajaan Jinxi, rasa penasaran Girgal semakin menjadi-jadi. Akhirnya dia merobek lem kertas, dan membaca suratnya dengan seksama.

"Ibu... ibu maafkan akuu!! Maafkan aku ibu!!" teriak Girgal.

Pria itu meraung kesakitan, bukan luka yang tampak tapi sebuah luka hati sangat dalam harus Girgal tahan. Surat itu berisi ancaman untuk sophia, tidak hanya satu surat tapi puluhan surat dalam kotak berjatuhan dipenuhi ancaman.

"Huhu... ibu.. hatiku begitu sakit,"

Seperti ada batu yang mengganjal di tenggorokan Girgal, isak tangisnya memenuhi ruangan gelap itu. Sophia telah menyembunyikan lukanya begitu lama, berbalut senyuman dan ketulusannya menjaga Girgal sampai dewasa. Padahal, kaki dan tangan sophia sudah terbelenggu karena lahirnya Girgal sebagai anak raja yang tidak diakuinya.

"Bajingannn!! Aku tidak akan memaafkanmu sialan!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status