Share

HMT 2 - Putra Mahkota

25 Year Later..

Seorang pemuda tampak sedang berbaring di tengah ranjang yang sudah usang dimakan waktu. Tubuhnya dibasahi peluh dingin dengan bibirnya yang gemetaran, mengigau. Matanya masih tertutup rapat, namun bibirnya tak henti bersuara.

"Ibu ... ibu ..."

Kata itu terus keluar dari mulutnya dengan suara yang gemetaran. Sepertinya dia sedang bermimpi buruk. Bisa dilihat dari posisi tidurnya yang tampak tidak tenang.

"Ibu!!"

Dia berteriak kali ini. Sepasang netranya terbuka seketika. Tubuhnya bangkit mengambil posisi duduk di tengah ranjang dengan napasnya yang terengah-engah seperti habis berlari kencang.

"Astaga, mimpi itu lagi," gumannya pelan masih dengan napasnya yang terengah. Dia pun mengusap wajahnya. Mimpi itu. Kenapa ia selalu mengalami mimpi buruk itu?

Tak tahu sejak kapan. Seingatnya mimpi buruk itu selalu menghantui beberapa malam dalam satu pekan di tiap tidurnya. Apa arti mimpi itu? Kenapa dia sangat gelisah setiap kali terjaga dari mimpi itu?

"Lu Sicheng, kau bermimpi buruk lagi, hah?" tanya seorang pria paruh baya sembari memasuki kamarnya. Rambut dan janggutnya tampak sudah memutih, namun wajahnya masih terlihat segar dan lumayan tampan.

"Benar, Guru Li. Aku tak mengerti, kenapa mimpi itu selalu mengganggu tidurku," jawab pemuda bernama Lu Sicheng itu dengan wajah tampak cemas.

Pria yang dipanggilnya Guru Li itu pun tersenyum tipis, lantas ia mengayunkan sepasang tungkainya menghampiri pemuda dengan hanbok putih yang masih duduk di tengah ranjang.

"Lu Sicheng, apa yang kau lihat dalam mimpimu itu? Ceritakanlah," tukas Guru Li dengan tangan kanannya yang meremas satu bahu Lu Sicheng.

"Sudahlah, itu hanya mimpi. Aku tak ingin memikirkannya." Lu Sicheng tampak tak mau bercerita pada gurunya itu.

Meski dia sendiri memang sangat penasaran akan mimpinya, namun Lu Sicheng memang bukan tipikal pria yang mudah menceritakan sesuatu pada orang lain. Termasuk pria yang ia panggil dengan sebutan Guru Li itu.

Guru Li tersenyum tipis. Dia menurunkan tangannya dari bahu Lu Sicheng. Ya, dia tahu persis bagaimana sipat anak muda di sampingnya itu. Dingin dan sedikit ketus.

Lu Sicheng ini orangnya bisa dibilang seperti batu es. Itu julukkan yang diberikan oleh penduduk desa Lan Hua, desa dimana mereka tinggal. Bagaimana tidak? Lu Sicheng sedari kecil tak mudah membuka hatinya untuk berteman dengan anak sebayanya.

Dia lebih suka menyendiri. Bahkan sampai sekarang pun tetap demikian. Meski sipatnya terkesan arogan, namun tetap saja dia terlihat sangat menawan.

Apalagi para gadis di desa Lan Hua ini, mereka selalu berusaha mendekati pria batu es itu. Bagi mereka, sipat Lu Sicheng yang terkesan misterius itu membuat mereka penasaran.

Terlebih wajah Lu Sicheng yang teramat tampan dengan postur tubuh tinggi kekar, berkulit putih, rambutnya hitam panjang hampir ke pinggang. Dia terlihat berkharisma dan memukau seperti para dewa.

Sedangkan sikapnya yang dingin membuat pria berusia dua puluh enam tahun itu tampak sangat berkelas layaknya para bangsawan. Meski kadang bicaranya ketus, namun hal itu justru membuat para gadis semakin gemas padanya.

Mengagumkan!

"Lu Sicheng, aku sudah semakin tua. Sepertinya kau harus mengetahui sebuah rahasia yang selama ini aku simpan." Guru Li berkata sembari menoleh pada pemuda di sampingnya itu.

"Rahasia apa? Jangan bilang jika Guru akan menjodohkanku dengan Han Siah. Hh, gadis menor itu. Aku sama sekali tidak tertarik padanya," cela Lu Sicheng dengan nada sinisnya dan rasa percaya dirinya yang meninggi.

Guru Li terkekeh mendengar ucapan konyol muridnya itu.

"Kau ini. Siapa juga yang akan menjodohkanmu dengan gadis itu? Kau terlalu percaya diri, anak muda," ledek Guru Li masih enggan memadamkan tawanya.

Sedangkan Lu Sicheng hanya terdiam tampak mulai bosan.

"Lu Sicheng, kau tahu? Dulu aku adalah seorang Perdana Menteri di istana Dong Taiyang. Namun karena suatu pemberontakkan, aku harus meninggalkan istana dan hidup di desa terpencil ini," lanjut Guru Li kemudian.

Lu Sicheng tampak tidak tertarik dengan cerita masa lalunya itu. Pemuda itu tak bereaksi sedikit pun dari diamnya. Ekor mata Guru Li melirik pada Lu Sicheng. Sial! Bocah tengik ini tak mau mendengarkan ceritanya. Namun dia tetap melanjutkan.

"Malam itu aku dan Permaisuri Fang Yin berlarian di hutan Taiyang. Permaisuri menggendong puteranya yang baru berusia satu tahun. Setelah menjauh dari istana, sang Permaisuri menyerah karena kelelahan dan tak kuat lagi untuk melanjutkan langkahnya. Dia pun menyerahkan puteranya itu kepadaku."

Ucapan Guru Li kali ini membuat Lu Sicheng sedikit terkesiap. Pemuda itu menoleh ke arahnya seketika.

"Apa? Kenapa ceritamu itu sangat mirip dengan apa yang ada di dalam mimpiku; seorang wanita menggendong bayinya dan berlarian di tengah hutan," ucapnya dengan wajah heran.

Guru Li tersenyum tipis lantas berkata,"Apa yang ada dalam mimpimu itu adalah bayangan masa lalumu, Lu Sicheng. Rupanya Dewa Agung sudah memberimu sebuah 'titah'," ucapnya tampak bersungguh menatap dalam pada jendela hati Lu Sicheng.

"Titah Dewa? Maksudmu?" tanya Lu Sicheng masih belum bisa mencerna ucapan Guru Li padanya.

Sejenak Guru Li menarik napas. Pendar matanya kian meredup. Sesaat kemudian ia berkata lagi, "Lu Sicheng, kau adalah Putra Mahkota dari Dong Taiyang. Kau adalah putera Raja Lu Cia-Hao dan Permaisuri Fang Yin. Mimpi yang terus menghantuimu itu adalah suatu pertanda, bahwa sudah tiba saatnya bagimu membalas kematian ayahmu dan penderitaan ibumu," ringkas Guru Li.

"Apa? Aku seorang Putra Mahkota? Apa kau tidak sedang bergurau, Guru?" Lu Sicheng tersenyum sembari menggelengkan kepalanya kemudian. Apa-apaan ini? Apakah si tua bangka itu sedang mabuk? Kenapa bicaranya meracau begitu? Celotehnya hanya dalam hati.

"Dasar anak bodoh! Kau pikir aku sedang bergurau, hah? Aku bicara serius, Lu Sicheng!" Guru Li tampak marah kali ini.

Lu Sicheng segera memadamkan senyumnya. Bagaimanapun si tua bangka di hadapannya itu adalah gurunya. Orang yang sudah mengajari banyak hal padanya selama ini, termasuk jurus dan tehnik pedang yang sudah ia kuasai sekarang.

"Maaf, Guru. Aku hanya tak habis pikir saja. Jika aku seorang Putra Mahkota, lantas kenapa aku harus berada di desa terpencil ini?"

"Ceritanya panjang," jawab Guru Li. Dia menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Dahulu kerajaan Dong Taiyang dipimpin oleh ayahmu, Raja Lu Cia-Hao. Beliau adalah seorang raja yang sangat baik. Rakyat Dong Taiyang sangat makmur di bawah pemerintahannya. Namun, dua saudara tirinya yaitu, Pangeran Dilun dan Pangeran Disung telah berkhianat. Mereka mengatur sebuah pemberontakkan untuk menggulingkan sang Raja." Guru Li menoleh pada Lu Sicheng.

Pemuda itu tampak menyimak ucapannya kali ini.

"Lantas?" tanyanya dengan wajah antusias.

Guru Li mengusap jangkutnya ke bawah lantas melanjutkan ceritanya lagi,"Dua pangeran itu mengajak Jenderal Yang Jingmi untuk turut serta membantu mereka menggulingkan raja. Namun siapa sangka, ternyata Jenderal Yang juga menginginkan tahta Dong Taiyang. Setelah berhasil membunuh Raja di depan semua petinggi istana, dia pun membunuh dua pangeran serakah itu dengan sadis." Guru Li mengakhiri ceritanya.

"Lantas apa yang terjadi pada ibuku?" tanya Lu Sicheng lagi.

Guru Li menghela napas lantas berkata, "Setelah Permaisuri Fang Yin menyerahkan dirimu padaku di hutan, aku tak tahu lagi apa yang terjadi padanya. Yang aku dengar, kini Yang Jingmi telah menjadi Raja Dong Taiyang. Bisa saja Yang Jingmi menahan ibumu di istana Dong Taiyang atau membunuhnya pada malam itu juga." Guru Li meremas bahu Lu Sicheng.

Pemuda itu tampak menunduk sembari memejamkan matanya menahan emosi.

"Lu Sicheng, esok pagi berangkatlah ke Timur. Bunuh Yang Jingmi dan rebut kembali tahta kerajaan Dong Taiyang," perintah Guru Li sembari menatapnya tegas.

Lu Sicheng mengepalkan buku-buku tangannya. Amarahnya terasa mendidih seketika. Membayangkan bagaimana pria bernama Yang Jingmi itu membunuh ayahnya dan membuatnya terpisah dari ibunya.

Ya, dia harus membunuh pria itu.

Harus!

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yeni Eria
balas dendam di mulai
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
bagusutk di bacaa.. crita dendam ygtam Kan habisĀ² nya... dalamsetiap masa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status