Tadinya, Sean ingin menanggapi apa yang diucapkan oleh Bagas pada Clara di seberang sana, namun, karena khawatir Clara keberatan ia melakukan hal itu, Sean mengurungkan niatnya.Ia hanya mengeratkan genggaman tangannya pada ponsel Clara setelah itu ia mematikan sambungan hingga Bagas kesal mengira Clara yang melakukan hal itu.Pria itu kembali memanggil Clara tapi Sean tidak menggubris panggilan tersebut dan meletakan begitu saja ponsel Clara di atas meja lampu tidur yang ada di samping tempat tidur.Usai melakukan hal tersebut, Sean ingin beranjak ke toilet untuk membilas wajahnya agar emosinya bisa stabil karena perbuatan Bagas, tapi ia mengurungkan niatnya ketika mendengar suara Clara. Sean membalikkan tubuhnya dan mendekati sisi tempat tidur ketika melihat Clara sudah siuman."Clara, bagaimana? Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Sean bertubi-tubi dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir."Kamu enggak pulang karena menunggu aku?" tanya Clara di antara raut wajahnya yang
Berpikir sampai ke sana, Sean terpaksa menepis perasaan tidak enaknya. Tangannya membuka pakaian Clara di bagian atas untuk mengetahui darah itu berasal dari luka apa agar ia bisa melakukan tindakan pertolongan pertama. Namun, rasa tidak enak Sean semakin nyata ketika ia sudah membuka pakaian Clara ternyata darah itu benar-benar berasal dari bagian dada Clara yang tidak tertutup bra dengan baik hingga darah itu merembes keluar mengenai pakaian Clara. Bagaimana pun, Clara berlari terlalu terburu-buru sampai berpakaian saja tidak terlalu detail apakah sudah benar atau belum. Sebab itulah, bra pun tidak terpasang dengan baik hingga kondisinya jadi demikian dan ini membuat telapak tangan Sean mengepal menyadari betapa Clara usai melewati hal yang sulit hingga kondisinya sampai sedemikian rupa."Bagas brengsek! Kamu akan bertanggung jawab jika semua yang dialami Clara adalah buah dari perbuatanmu!" geram Sean.Ia beranjak bangkit untuk membuka pintu kamar setelah bel di pintu berbunyi. T
Clara yang mendengar pesan dari Nina hanya mengiyakan. Ia berusaha untuk mencari tempat yang tidak terlalu mencolok agar Bagas tidak bisa menemukan dirinya.Sampai kemudian...."Clara."Sebuah suara membuat Clara tersentak. Ketika ia berbalik, Clara terkejut ternyata pemilik suara itu adalah Sean!Kenapa Sean yang datang? Apakah orang yang dimaksud Nina menjemput ku itu Sean?Hati Clara bicara demikian, sehingga Sean melepaskan jas yang ia pakai lalu memakaikan jas itu pada Clara. Clara tidak bisa menolak. Sejak tadi, dua tangannya merapatkan pakaiannya karena kancingnya sudah tidak ada gara-gara ulah Bagas. Perempuan itu tertunduk dalam, sehingga ia tidak tahu apakah ia harus senang atau tidak ditemukan oleh Sean disaat situasi kondisinya seperti sekarang."Aku antar ke tempat Nina."Tanpa peduli Clara menolak atau tidak, Sean segera membimbing Clara untuk beranjak dari tempat itu ke arah mobilnya yang terparkir di bahu jalan.Karena khawatir Bagas menemukannya, Clara hanya menurut
"Apa yang bisa kau lakukan selama tiga hari agar aku bisa puas, Clara?" tantang Bagas seraya tetap mencoba untuk menahan diri agar tidak meluapkan emosinya pada sang istri."Aku akan berusaha untuk melakukan apa yang kau inginkan."Clara berusaha untuk menjawab dengan tenang meskipun perasaannya sekarang bergejolak."Melakukan apapun, ya? Menarik juga. Tapi, karena hanya tiga hari, aku mau syarat tambahan.""Apalagi?" kata Clara dengan kening yang bertaut."Hubungi Sean sekarang dan minta dia untuk menjauhi kamu, setelah itu blokir nomornya."Telapak tangan Clara mengerat mendengar apa yang diucapkan oleh Bagas. "Kamu keterlaluan! Aku sudah bilang, aku dan Sean itu tidak punya hubungan sama sekali, kenapa kamu selalu berpikir aku dan dia berhubungan? Berteman apa salahnya? Kamu keterlaluan, Bagas!"Clara mengucapkan kalimat itu nyaris menjerit pertanda ia mulai kehabisan kesabaran menghadapi sikap Bagas yang menurutnya sudah sangat keterlaluan.Namun, melihat Clara yang demikian, Bag
Clara yang mendengar bisikan itu semakin mendapatkan kekuatan untuk memberikan perlawanan. Namun semakin ditolak, Bagas semakin bernafsu untuk menyentuh sang istri hingga sekarang Clara berada di bawah kungkungan tubuhnya dan Clara yang kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Bagas tidak bisa lagi bergerak karena hal itu.Melihat sang istri tidak bisa lagi melakukan perlawanan, Bagas menyeringai, tangannya mengelus rahang sang istri seolah meminta perempuan itu untuk tetap diam saja seperti itu. "Kau ini cuma seorang perempuan, Clara. Orang tuamu sudah meninggal, keluarga yang kau miliki cuma aku, jadi sudah sepantasnya kamu patuh bukannya minta cerai, aku ulangi sekali lagi, kau bisa bercerai dariku, tapi kau harus melayaniku malam ini sampai pagi, kita ke hotel sekarang, bagaimana?"Bagas masih menawarkan sebuah pilihan untuk Clara, hingga Clara semakin kesal pada pria yang masih berstatus suaminya tersebut."Lepaskan aku dulu, Bagas! Bisakah kita bicara tanpa melakukan hal sep
"Aku tidak mau menceraikan kamu, Clara!" bentak Bagas dan itu membuat Clara terkejut seketika.Namun, Clara sudah menduga akan membuat Bagas marah jika ia membicarakan soal perceraian meskipun pria itu berjanji akan membahas hal itu saat mereka bertemu seperti sekarang, akan tetapi karena tahu sifat Bagas, Clara sudah mempersiapkan diri.Hanya saja, ia tidak menyangka, Bagas akan langsung membentaknya seperti itu seolah-olah sang suami lupa dengan apa yang diucapkannya sendiri saat mereka bicara di ponsel."Kamu sudah berjanji untuk mengabulkan permohonan cerai aku, Gas, kamu akan mengingkari?" ucap Clara dengan nada suara yang terdengar datar. "Tidak. Jika kamu mau melakukan syarat yang aku ajukan."Bagas yang emosi berusaha untuk menahan amarahnya meskipun itu sulit. Namun, ada rencana yang ia susun di otak, jika Clara benar-benar memaksanya untuk bercerai. Meskipun di hadapan Anisa ia mengatakan akan menceraikan Clara, tapi entah kenapa, ketika Bagas melihat sang isteri, keingina