"Ya, sebenarnya aku hanya ingin membenahi pernikahan kita. Aku enggak mau rumah tangga kita itu rusuh terus, kamu dan ibu selalu mempermasalahkan penampilan aku, tapi pekerjaan aku menuntut aku berpenampilan seperti itu, aku jadi bingung....""Perusahaanku belum bangkit, aku masih perlu bantuan kamu.""Jadi?""Seperti di awal, aku tidak mengizinkan kamu berpose dengan model pria, yang kemarin hanya satu kali, tidak ada selanjutnya. Kau harus menolaknya. Untuk penampilan, cobalah lebih giat mencari job dengan pakaian tertutup.""Jadi, aku tetap kerja?""Memangnya, kalau tidak jadi model, kamu bisa mengerjakan apa untuk dapat uang?""Mungkin, aku bisa jualan?"Bagas tertawa sumbang kembali mendengar ide yang disampaikan Clara. "Jualan apa? Gorengan? Sekarang apa-apa mahal, kamu harus bergelut dengan modal dan keuntungan yang tipis, sehari cuma dapat sepuluh ribu itu sih tidak cukup!""Kalau kita tinggal di rumah yang lebih kecil, mungkin -""Itu lagi, aku tidak mau pindah dari rumah in
"Apa? Ada Bagas?"Anisa terlihat sangat terkejut, hingga buru-buru ia kembali masuk ke dalam kamar yang ia biarkan terbuka, lalu mematikan musik yang tadi ia hanya kecilkan saja volume suaranya.Sang ibu yang melihat hal itu benar-benar hanya bisa geleng-geleng kepala. Merasa bingung bagaimana caranya agar ia bisa mengarahkan sang anak untuk bisa berprilaku seperti penampilannya ketika keluar dari rumah. "Bu! Suruh Bagas tunggu sebentar, bilangin aku lagi ngaji! Ya!"Suara Anisa membuyarkan lamunan prihatin yang ada di otak ibunya. "Ibu tidak mau berbohong!" tolak sang ibu yang langsung membuat mata Anisa seketika melotot mendengarnya."Jadi, Ibu mau bilang, kalau aku joget-joget, gitu?""Ibu akan cari alasan lain.""Kenapa sih, Ibu itu selalu ngeyel kalo aku minta tolong? Aku anak Ibu satu-satunya, kenapa Ibu-""Masih ada Hasnah anak Ibu, meskipun dia di pesantren, tapi Ibu tidak pernah melupakan dia, Anisa!""Hasnah? Dia cuma anak pungut, Ibu! Anak kandung Ibu itu aku! Aku satu-s
Tanpa disadari oleh Bagas, Anisa mencengkram tempat duduknya ketika mendengar apa yang diucapkannya.Apa, sih, kelebihan Clara itu? Dicintai banget sama Bagas? Dibandingkan aku yang disukai ibunya, masih sempurna aku daripada wanita itu, kalo saja ibu Bagas suka perempuan seksi, aku pasti akan berpenampilan lebih seksi dibandingkan Clara, sayang aja perempuan tua itu suka menantu alim, aku harus berjuang berat untuk berakting menjadi perempuan alim!Anisa menggerutu di dalam hati, sampai akhirnya...."Apa kamu lebih memilih aku untuk melakukan hal itu? Membujuk Pak Gunawan mungkin, biar kamu juga enggak pusing dengan kondisi perusahaan kamu?" katanya pada Bagas, dan Bagas buru-buru menolak. "Jangan. Kamu wanita syar'i, aku akan berdosa melibatkan kamu untuk hal ini, mana ada perempuan seperti kamu ditugaskan untuk mengajak pria bicara, tidak. Aku akan dimarahi ibuku kalau itu aku lakukan!" "Tapi, Bagas. Kalau itu bisa buat kamu jadi lebih baik, kenapa enggak? Kamu juga khawatir Clar
Untuk sesaat, Hasnah terdiam mendengar apa yang diceritakan oleh sang ibu angkat. Ia prihatin mendengarnya tapi tentu saja permasalahan yang sekarang membelit ibu angkatnya itu bukan permasalahan yang sederhana. Anisa adalah wanita yang keras kepala, itu yang diketahui Hasnah hingga ia sendiri memilih tinggal di pesantren daripada membuat situasi rumah menjadi ribut terus menerus karena Anisa selalu mempermasalahkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. "Aku akan coba bicara dengan Anisa nanti di rumah, tapi, aku tidak menjamin aku berhasil, ya, Bu. Cuma aku akan berusaha." Akhirnya, Hasnah bicara demikian untuk mencoba menenangkan hati ibunya. Ibu Siti mengucapkan terima kasih pada sang anak mendengar apa yang diucapkan oleh Hasnah. Ia tahu, belum tentu Anisa akan menerima baik nasihat yang diberikan oleh Hasnah. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk mencoba karena setiap saat hati manusia itu akan berubah. Ibu Siti berharap, ketika Hasnah bicara dengan san
"Apa kamu bilang? Aku mau jual kamu?" tanya Bagas tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang istri padanya. "Ya, kesannya kayak gitu, kamu kayak jual aku ke pebisnis lain.""Aku tidak menjual kamu! Aku hanya minta bantuan sama kamu, apa itu salah? Kamu suka melihat aku mati-matian bertahan seperti sekarang? Kalau perusahaan aku bisa bangkit lagi, aku tidak akan lagi meminta kamu buat bantu cari uang, kan?"Nada suara Bagas mulai meninggi ketika pria itu mengucapkan kalimat tersebut di hadapan Clara, membuat Clara menghela napas panjang dan akhirnya wanita itu tidak bisa menolak apa yang diinginkan oleh suaminya.***Clara sudah duduk di sebuah cafe di mana Bagas memintanya datang untuk melakukan pertemuan dengan salah satu target yang dibicarakannya.Menurut Bagas, orang yang akan ditemuinya kali ini adalah orang yang sangat berpengaruh di dunia bisnis hingga banyak sekali yang ingin bekerjasama dengan perusahaan orang tersebut.Meskipun setengah hati melakukan apa yang diingi
"Kamu tidak mau membantu suami kamu sendiri?"Kemarahan Bagas yang tadi sempat menurun kini terpancing kembali hingga pria itu meninggikan suaranya lagi pada Clara.Membuat Clara mau tidak mau berusaha menahan diri untuk melanjutkan aksi protesnya karena mereka diperhatikan oleh beberapa orang yang keluar dan ingin masuk ke dalam cafe. "Baiklah, aku bantu, tapi aku enggak mau hal kayak gini terulang lagi! Kamu harus profesional! Jangan campur adukkan perasaan cemburu kamu dengan pekerjaan!""Aku cuma tidak suka dengan model pria itu daripada yang lain, jadi kau tidak perlu khawatir. Hal ini tidak akan terulang lagi."Clara hanya menghela napas mendengar janji Bagas. Ia segera beranjak ketika Bagas mengajaknya untuk naik ke atas motor. Bagas mengeluarkan motornya dari parkiran, sebelum naik ke atas motor, ia lagi-lagi mengingatkan Clara bahwa kali ini ia tidak akan bersikap seperti sekarang karena pria yang tidak ia sukai hanya satu, yaitu Sean.Bagas menegaskan pada Clara, bahwa kej
Perasaan Clara semakin tidak nyaman mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Christ padanya, tapi perempuan itu berusaha untuk menahan perasaan itu karena ia tidak ingin apa yang dilakukannya sekarang sia-sia."Baiklah, Mas. Sekarang, bagaimana menurut Mas, tentang tawaran kerjasama yang diberikan oleh suami saya? Apakah -""Jangan pakai saya, pakai aku!" potong Pak Christ membuat Clara lagi-lagi menghela napas karena semakin lama, ia semakin tertekan dengan apa yang diperintahkan oleh pria itu padanya.Namun, seperti tadi, Clara tetap tidak bisa berbuat banyak karena ia tidak mau apa yang dilakukannya sekarang lagi-lagi tidak membuahkan hasil."Baik, Mas. Jadi, bagaimana? Apakah-""Kita makan bersama dulu baru membahas pekerjaan, bisa?" Kembali Pak Christ memotong perkataan Clara, hingga lama kelamaan, Clara jadi semakin menumpuk perasaan kesalnya.Pria ini, benar-benar membuat aku kesal, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah aku tetap bertahan agar pembicaraan ini mendapatkan ha
Pertanyaan Anisa kembali membuat perasaan Bagas berkecamuk. Rasanya, setiap kali Anisa menyinggung soal itu, Bagas menjadi sulit untuk mengendalikan diri. Masih ada dua perasaan yang bergolak menyerbu Bagas setiap kali hal itu dibahas Anisa. Perasaan menikmati karena membayangkan Anisa yang religius itu menjadi istrinya, pasti ibunya sangat senang. Namun, di sisi yang lain, Bagas juga khawatir kehilangan Clara karena ia masih sangat mencintai wanita tersebut. "Gas, aku itu enggak bakal banyak nuntut kamu kok, kalau aku jadi istri kamu, mau gimanapun kondisi kamu, aku bakal terima, enggak akan banyak nuntut, karena dalam agama, bersyukur itu penting, kan?"Suara Anisa terdengar, sembari menekankan pada Bagas, bahwa ia wanita religius yang tidak akan banyak menuntut karena ia akan selalu bersyukur. "Maaf. Aku tidak bisa, Anisa."Akhirnya, dengan berat hati, Bagas mengucapkan kalimat yang sama atas tawaran yang diberikan oleh Anisa. "Karena kamu terlalu mencintai Clara?" tanya Anisa
Dia ini ayah macam apa? Kenapa dia seperti menawarkan anaknya sendiri padaku? Tapi, kalau memang lebih tampan dari Bagas, boleh juga sepertinya, apalagi aku juga harus punya cadangan, anak Pak Christ kalau benar-benar tampan dia juga kaya, boleh juga untuk cadangan kalau Bagas tidak bisa sepenuhnya membuang Clara, enak saja aku hanya tetap jadi yang kedua....Otak perhitungan Anisa bekerja ketika ia mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Christ padanya. Hatinya bicara panjang lebar dan ia yang tadinya kesal karena Pak Christ seolah tidak mau menepati janji, akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran dari Pak Christ. Yang penting, aku bisa membuat keluarga Bagas berutang budi padaku, tidak masalah, kan aku melakukan sedikit penyimpangan? Siapa suruh Clara itu tetap saja menjadi yang spesial di hati Bagas.Anisa kembali bicara di dalam hati, dan ia semakin yakin keputusan menerima tawaran dari Pak Christ itu adalah sebuah keputusan yang tepat.Pak Christ tersenyum penuh arti mendengar
"Terserah, sekarang aku pergi dulu."Anisa yang tidak tahan untuk bicara dengan Pak Christ mengabaikan ucapan sinis yang dikatakan oleh Bagas.Meskipun ia kesal mendengarnya, tapi Anisa menepis dahulu perasaan kesal itu karena ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga Pak Christ bisa membatalkan semuanya padahal mereka sudah menyepakati.Sebenarnya, Bagas penasaran apa yang akan dilakukan oleh Anisa untuk mencegah Carli yang meminta mereka mengosongkan rumah, tapi karena Bagas hanya fokus memikirkan Clara di mana, pria itu membiarkan Anisa pergi dan Berlina kesal melihat Bagas tidak mendampingi."Kamu itu bagaimana, Gas! Anisa itu sedang hamil, kamu tidak mendampingi dia pula bertemu dengan pria itu, kalau terjadi apa-apa pada dia bagaimana?" Berlina bicara seperti itu hingga Bagas mengusap wajahnya dengan kasar. "Susul sana! Dampingi istri kamu, dia sedang berjuang untuk kita, Bagas!"Tanpa peduli dengan rasa enggan Bagas, Berlina bicara seperti itu pada sang anak hingga Bag
"Aku tidak pernah bisa menerima kembali orang yang sudah mengkhianati aku, Sean. Aku bisa memaafkan, tapi untuk menerima lagi, aku tidak bisa."Sean menarik napas lega mendengar jawaban Clara yang melegakan hatinya."Ya. Seseorang yang sudah pernah berselingkuh memang tidak bisa diterima lagi karena akan mengulang apa yang ia lakukan, karena selingkuh itu bisa membuat pelakunya akan kembali berbuat atas nama khilaf.""Aku hanya ingin lepas dari Bagas, mungkin dengan begitu, aku bisa memulai hidup baru.""Aku akan membantu.""Sean, tidak perlu. Selama ini juga kamu sudah terlalu banyak membantuku, jangan melakukan sesuatu yang membahayakan reputasi mu apalagi kamu juga akan menikah, kamu-""Aku tidak akan menikah! Tidak akan menikah dengan perempuan yang tidak aku sukai, kamu tidak perlu memikirkan masalah itu!"Sean tidak suka Clara membahas tentang perjodohan yang diatur oleh orang tuanya hingga Clara terpaksa tidak meneruskan ucapannya khawatir membuat Sean semakin tidak enak hati m
"Pi, kapan Papi pulang?" Sean tidak tahan untuk melontarkan pertanyaan, dan pertanyaan itu mampu membuat ayahnya dan Clara mengarahkan pandangan padanya."Oh, kamu sudah pulang? Darimana saja kamu?" tanya Pak Steven pada sang anak.Sean segera ikut bergabung dengan keduanya dengan duduk di dekat Clara yang saat itu terlihat tegang raut wajahnya."Aku sedang mengurus sesuatu, Pi.""Banyak wartawan di luar, ini karena kamu bertindak sembarangan, jika mereka menulis berita yang tidak-tidak, saham perusahaan kita akan anjlok, Sean!" ucap Pak Steven pada sang anak dengan raut wajah yang serius."Aku pastikan, mereka tidak akan melakukan hal itu, Pi.""Clara istri orang, kamu tidak bisa menyembunyikan dia terus menerus di sini."Pak Steven langsung bicara seperti itu dan Clara langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam seolah tidak tahu akan bicara seperti apa menanggapi ucapan ayah Sean."Hanya sementara, Pi. Tidak lama. Sampai masalah dia selesai, itu saja.""Kamu bisa menyewakan tempat
"Aku mencintai Clara, Fauzi! Aku tidak akan pernah membiarkan dia dengan pria lain, titik!""Bagaimana dengan Clara terhadapmu? Dia dulu juga mencintaimu, dia pasti juga tidak mau kamu bersama dengan wanita lain, tapi nyatanya apa? Kamu sekarang poligami!""Diam! Kau ini temanku atau bukan? Aku itu minta dukungan, Fauzi, bukan ingin disudutkan!""Sudahlah. Tenangkan dirimu. Sekarang, apa yang akan kau lakukan? Istrimu tidak kembali, bagaimana caranya kamu mengatasi itu semua?""Clara pasti dengan Sean! Aku yakin itu!""Tapi kamu ada buktinya tidak?""Bukti apa lagi? Jika Clara tidak bersama dengan Nina, pasti dia dengan Sean, hanya pria itu yang selalu ikut campur masalahku dengan Clara, karena dia menyukai Clara!""Bagas. Jika kamu memang curiga Sean ingin merusak hubunganmu dengan Clara, kau harus punya bukti, Sean anak Pak Steven, kalau Pak Steven tidak terima dengan apa yang kamu tuduhkan, maka dia bisa membuat mu berada dalam kesulitan sekejap mata."Bagas hanya bisa mengepalkan
"Aku datang menemui Anda di sini bukan ingin mengatakan istri Anda ada di mana, itu bukan urusanku, bukankah dia sudah pulang? Jika dia pergi lagi memangnya ada kaitannya dengan ku?" jawab Carli yang tahu tentang Sean yang mengantarkan Clara pulang tapi Clara melarikan diri lagi dari rumah karena Sean yang bercerita.Kalo emang Clara menjadi pelakor dalam pernikahan orang tua lu, gue kagak mungkin menyembunyikan Clara di rumah gue, Carli. Dia hanya korban, dan ini perlu diselidiki!Begitu kata Sean pada waktu itu saat Carli melancarkan aksi protes padanya, mengapa Sean mau menyembunyikan Clara di rumahnya padahal ada resiko besar jika wartawan tahu apa yang sudah dilakukannya.Karena tahu kepribadian Sean seperti apa, Carli percaya, Sean tidak mungkin berbuat sembarangan jika tidak ada tujuan yang jelas dan benar itu sebabnya meskipun kesal dengan Clara yang dianggapnya sebagai selingkuhan ayahnya, Carli berusaha untuk menahan diri untuk tidak ikut campur dengan apa yang sudah diputu
"Mungkin kalian salah lihat, tidak ada perempuan di rumah ini kecuali para pelayan dan ibuku, sesekali ada tapi keluarga di Jakarta yang datang, selebihnya tidak ada, mungkin saat itu yang kalian lihat adalah sepupuku."Sean terpaksa berbohong untuk menjawab pertanyaan para wartawan. Lalu ia menutup kaca mobilnya setelah itu segera memberikan isyarat pada para wartawan itu untuk menyingkir karena gerbang rumahnya sudah terbuka.Meski para wartawan itu tidak puas dengan jawaban Sean, tapi mereka terpaksa membiarkan mobil Sean masuk ke dalam pekarangan rumah besar tersebut dan akhirnya setelah itu pintu gerbang ditutup.Mereka kembali tidak bisa melihat situasi di dalam dengan bebas padahal mereka penasaran dengan perempuan yang perawakannya mirip Clara itu di dalam sana. Sean segera masuk ke dalam dan bergegas menutup pintunya, tidak mau sedikitpun para wartawan itu tahu bahwa ia menyembunyikan Clara di dalam."Clara. Jangan keluar. Ada banyak wartawan di luar, mereka melihat kamu ent
"Itu juga tidak bisa dipastikan sebenarnya.""Dengan kata lain, kemungkinan kalau dia punya itu memang benar, kan?""Bisa jadi, tapi Clara, meskipun demikian apakah kamu yakin akan selalu di bawah kuasanya hanya karena kamu khawatir video itu tersebar?""Apa yang harus aku lakukan, Sean? Selain patuh padanya apa yang bisa aku lakukan? Kamu kerja di dunia entertainment, kamu pasti sangat tahu perasaanku tentang itu.""Clara. Jika dia melakukan hal itu, kamu bisa melaporkan dia balik karena pencemaran nama baik."Clara menutup wajahnya dengan telapak tangannya mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Perempuan itu seolah tidak sanggup jika video itu terpublikasi dan semua orang bisa melihat apa yang dilakukannya. Ia benar-benar tidak punya mental untuk menerima situasi seperti itu."Kamu yang berhak menentukan apa yang akan kamu lakukan, hidup cuma sekali, Clara. Jangan sampai kamu hidup hanya untuk memuaskan orang lain saja yang sudah sangat jelas tidak pernah menghargai kamu."Suara S
Clara berusaha untuk melakukan perlawanan, dan itu semakin membuat Bagas kalap hingga ia juga semakin memperlakukan Clara dengan kasar. Apa yang dilakukan oleh Bagas benar-benar membuat Clara ikut membabi buta untuk mempertahankan dirinya agar tidak disentuh secara brutal oleh Bagas.Segala cara dilakukan oleh Clara tapi Bagas justru semakin merajalela untuk melakukan apa yang ia inginkan pada Clara. Bagas melakukan hal itu dengan kasar dan Clara tambah merasa keberatan hingga perempuan itu menendang bagian bawah perut sang suami dan Bagas seketika tersungkur menerima itu semua. Kesempatan itu digunakan oleh Clara untuk keluar dari kamar setelah menyambar tasnya yang berisi dompet dan ponselnya.Tanpa peduli Berlina yang berteriak ke arahnya, Clara terus keluar sebelum Bagas berhasil bangun dan mengejarnya. Clara juga tidak sempat membenahi pakaiannya hingga dua tangannya merapatkan pakaian itu sembari terus berlari ke arah jalan untuk pergi sejauh mungkin dari rumah. Saat itulah