Share

TAMPARAN DARI SUAMI!

last update Last Updated: 2025-01-01 11:59:37

Mendengar apa yang dikatakan oleh Anisa, telapak tangan Clara mengepal, tapi lagi-lagi, Clara berusaha untuk menahan diri untuk tidak marah meskipun sekarang ucapan Anisa benar-benar membuat emosinya terpancing.

"Bagaimana bisa kamu mengatakan aku tidak becus menjadi istri Bagas? Tidak becus darimana?" katanya dengan nada suara yang datar tapi dengan sorot mata yang tegas.

"Suami kamu sakit, kamu enggak urus dia, mertua kamu lapar kamu enggak berusaha untuk membuatkan beliau makanan yang dia sukai, apa aku harus membeberkan satu persatu agar Mbak Clara paham dengan kesalahan sendiri?"

"Siapa yang bicara seperti itu pada kamu? Mertuaku?"

"Enggak perlu bertanya aku tahu darimana, tapi itu benar, kan? Mbak, aku itu enggak salah, kalau Mbak Clara merasa keberatan dengan apa yang aku lakukan, Mbak ngomong sama mertua Mbak, jangan sama aku!"

Anisa benar-benar pergi setelah bicara seperti itu pada Clara. Meninggalkan Clara yang hanya bisa terduduk lemas di salah satu bangku taman, merasa shock dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari seorang Anisa.

Mengapa Anisa bisa bersikap di luar perkiraannya seperti itu? Tidak hanya bisa membantah, dan melancarkan aksi protes, Anisa yang anggun ternyata bisa mengatakan kata-kata sepedas itu padanya.

***

"Darimana saja kamu?"

Saat Clara baru masuk ke dalam kamar suara Bagas terdengar. Ternyata suaminya sudah berdiri di dekat pintu seolah ingin memergokinya yang lagi-lagi pulang terlambat.

Bukan sengaja pulang terlambat, Clara terpaksa lembur karena lokasi pemotretan cukup jauh dari studio hingga perlu waktu untuk pulang ketika pemotretan sudah selesai.

"Aku sudah bilang sama kamu lewat pesan, kalau hari ini akan pulang terlambat, kan?"

"Bukan itu yang aku maksud. Hari ini kamu dari mana? Kamu ke tempat kerja Anisa?"

Clara tergugu di tempatnya ketika Bagas mengucapkan kalimat itu dengan nada suara meninggi pertanda suaminya itu marah.

Perempuan itu merasa tidak mengatakan ia menemui Anisa, tapi kenapa Bagas tahu ia menemui Anisa?

"Aku cuma bicara sedikit sama Anisa-"

PLAKK!!

Clara terkejut ketika tiba-tiba saja telapak tangan Bagas sudah mendarat di salah satu pipinya.

Meskipun tidak dilakukan dengan sekuat tenaga, tapi Clara merasa pipinya berdenyut, namun, bukan pipinya yang terasa sakit karena perbuatan sang suami, hati Clara jauh lebih sakit lantaran suaminya justru menamparnya hanya karena wanita lain.

"Kamu nampar aku hanya karena Anisa?" protes Clara sambil memegangi pipinya.

"Aku bisa melakukan lebih dari itu kalau kamu menyakiti perasaan dia! Dia itu enggak salah apa-apa, Clara! Jangan lampiaskan kecemburuan kamu itu padanya!"

"Oooh, jadi kamu lebih peduli perasaan dia daripada perasaan istri kamu sendiri? Aku jadi semakin curiga, pertemanan kamu dengan dia itu benar-benar sehat atau jangan-jangan -"

"Jangan-jangan apa? Sok tahu kamu! Kalau kamu salah, ya mengaku salah, jangan lemparkan kesalahan kamu pada orang lain, paham tidak?!"

"Memangnya aku salah apa, Bagas? Aku kerja bantuin kamu buat memenuhi kebutuhan kita, kamu anggap salah, aku salah apa sampai kamu melakukan hal seperti ini sama aku?!"

Clara berusaha untuk mengatakan apa yang selama ini sulit untuk ia katakan karena selalu berusaha untuk menjaga perasaan Bagas, suaranya sampai bergetar.

Namun, Bagas sama sekali tidak merasa prihatin dengan apa yang terjadi pada istrinya tersebut.

"Salah kamu apa? Masih bertanya di mana salah kamu? Apa aku harus bicara ribuan kali baru kamu paham kesalahan kamu itu di mana?"

"Aku pikir ini semua sudah jelas saat kita belum menikah. Aku seorang model, aku berusaha untuk menghargai kamu, enggak nerima tawaran berpose sama pria lain, kurang apa lagi?!"

"Aku mau kamu seperti Anisa. Biar ibuku senang."

"Aku bukan Anisa!"

"Memang kamu bukan Anisa, tapi aku mau kamu bisa membuat ibuku bangga sudah punya menantu kamu, Clara!"

"Dengan cara apa? Aku sudah berusaha untuk membuat beliau bahagia sebisa aku, tapi ibu kamu selalu merasa aku itu enggak bisa apa-apa!"

"Faktanya seperti itu, kan? Kamu emang enggak bisa apa-apa, ibuku itu mau kamu se-religius Anisa, Clara! Supaya nanti kalau kita punya anak, kamu bisa mendidik anak kita menjadi anak yang soleh!"

"Aku bilang bukan aku enggak mau berubah menjadi lebih baik lagi, Bagas. Aku cuma perlu waktu, tolong berikan aku waktu."

"Sampai kapan? Yang ada dari hari ke hari, kamu itu semakin seksi di mata orang!"

"Aku seksi apa, sih? Aku cuma memakai pakaian seperti itu di depan kamera, enggak di luar kamera!"

Bagas berbalik dan melangkah ke arah nakas, lalu pria itu meraih sebuah majalah yang ada di sana lalu melemparkannya ke arah Clara dengan kasar hingga beberapa halamannya terbuka tepat di hadapan Clara.

"Hanya seksi di depan kamera? Kalau foto kamu dipajang di majalah, semua mata melihat, mau alasan apa lagi kamu?!"

Clara terduduk di lantai kamar mendengar apa yang diucapkan oleh Bagas padanya, sementara itu, Bagas terburu-buru mengganti pakaian seperti ingin pergi hingga beberapa saat kemudian, pria itu melangkah menuju pintu kamar di mana istrinya terduduk begitu saja di lantai.

"Kamu mau ke mana, Bagas? Ini sudah malam!" cegah Clara sambil berusaha berdiri meskipun ia merasa tidak sanggup berdiri dengan kokoh karena terlalu terpukul dengan apa yang dilakukan oleh suaminya padanya.

"Keluar, aku sumpek melihat muka kamu!" jawab Bagas dengan nada yang ketus.

"Jangan keluar malam-malam begini, apa kata ibu kamu? Kamu mau beliau tahu kita bertengkar?"

"Aku tidak peduli! Kalau kamu khawatir dia tahu kita bertengkar, kamu harusnya berusaha agar kita jangan sampai bertengkar!"

"Bagas! Tolong dengarkan aku dulu, kita belum selesai bicara!"

Nekat, Clara mencekal salah satu pergelangan tangan suaminya agar suaminya itu tidak jadi meraih handle pintu kamar untuk bergegas keluar.

Dan itu membuat Bagas semakin kesal hingga menyentakkan tangan Clara dengan kasar dan itu membuat Clara terhuyung ke belakang.

"Bicara apa lagi? Semua sudah jelas, kamu mempermalukan aku di depan Anisa, aku benar-benar marah sama kamu, Clara!"

"Kamu malu karena aku menemuinya? Aku enggak mempermalukan dia seperti seorang istri sah melabrak pelakor, kenapa kamu harus malu!?"

"Jaga mulut kamu! Anisa itu religius! Dia tidak mungkin menjadi seorang pelakor! Kalau kamu khawatir aku tertarik padanya, intropeksi diri makanya!"

Bagas masih saja menyudutkan Clara bahwa Clara yang bersalah dalam pertengkaran mereka, bukan dirinya.

"Baik! Aku turuti semua kemauan kamu! Aku bisa pake jilbab seperti dia, berpakaian tertutup seperti dia, tapi mungkin aku enggak bisa lagi bantuin kamu cari uang, gimana? Kamu mau?"

"Memangnya model pakaian muslim tidak ada? Kamu bisa menutup aurat sambil terus mencari uang, kan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    PELAKOR BERKEDOK SYAR'I (END)

    Situasi di tempat itu jadi kacau, Anisa yang tidak terima dengan apa yang sudah terjadi hanya bisa histeris seperti orang gila, hingga mau tidak mau Hasnah dan ibunya berusaha menenangkannya sementara Bagas setelah menalak cerai Anisa segera keluar dari ruangan itu tidak peduli Anisa berteriak untuk mencegahnya.Pria itu benar-benar marah besar hingga untuk memandang wajah Anisa saja ia merasa sangat muak.Perasaan marah Bagas berbaur dengan perasaan bersalah Bagas pada sang mantan istri, Clara. Berbagai macam penyesalan Bagas sepertinya tidak akan cukup untuk membuat ia menebus kesalahannya pada perempuan yang ternyata tidak bersalah sama sekali tersebut.Bagas benar-benar hancur, ia membuat Clara pergi darinya padahal perempuan itu yang sangat baik untuk menjadi istrinya. "Clara, kamu di mana Sayang. Maafkan aku. Aku sangat bersalah padamu."Bagas mengucapkan kalimat itu berkali-kali dalam rasa sakit dan hancur yang sekarang menguasai perasaan dan juga hatinya.***"Bagaimana Papi

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    DICERAIKAN BAGAS!

    Kayaknya, dia memang memprihatinkan sekarang, penampilannya biasa selalu gagah, tapi sekarang seperti tidak terurus, pelakor berkedok syar'i nya itu ternyata tidak bisa mengurus dia, beda sama Clara, saat Bagas bersama Clara, Bagas terlihat sangat terawat.Hati Nina bicara seperti itu ketika ia menatap penampilan Bagas yang terlihat lusuh. Membuat amarahnya yang tadinya meledak ledak terpaksa ditahannya."Aku benar-benar tidak tahu Clara sekarang di mana. Dia merasa Samarinda ini membuat hatinya tidak bisa untuk tidak hancur. Apa yang kamu lakukan itu sudah sangat keterlaluan, Bagas, kamu yang selingkuh tapi kamu juga yang menuduh Clara selingkuh."Nina bicara seperti itu dengan nada suara yang menurun tidak tinggi seperti tadi meskipun sebenarnya ia tetap marah pada Bagas, namun karena melihat keadaan Bagas yang sekarang, Nina jadi berusaha untuk menahan diri untuk tidak melampiaskan kemarahannya."Aku menyesal, Nina. Aku harap sebagai sahabatnya bantu aku untuk bertemu dengannya, k

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    BAGAS TERPURUK

    Ditatap seperti itu oleh Bagas, tidak membuat Anisa jadi khawatir. Menurut Anisa, ia sekarang harusnya diperlakukan seperti raja karena sudah banyak mengorbankan diri untuk membuat mereka tetap tinggal di rumah mewah."Kamu tidak seharusnya tidak shalat, kan? Apalagi kamu berpakaian syar'i, apa kata orang?" kata Bagas dan perkataannya itu membuat Anisa melangkah mendekatinya."Terus kamu sendiri? Apa pernah shalat? Kita semua itu munafik, enggak usah saling mengkritik!""Aku shalat! Kamu yang tidak pernah!" bentak Bagas kesal dengan sikap perlawanan Anisa."Oh, kamu shalat?""Clara selalu bilang, meskipun belum sepenuhnya menjadi orang yang taat, setidaknya shalat tetap dilakukan, masalah diterima atau tidak, itu urusan belakangan, yang penting dilakukan."Telapak tangan Anisa mengepal mendengar perkataan Bagas yang menyebut Clara segala."Kamu cari dia lagi di luar?" katanya, melupakan sejenak perdebatan mereka tentang shalat. "Aku cari dia atau tidak itu bukan urusan kamu!" jawab

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    ANISA MULAI DICURIGAI

    "Pi, perempuan yang Papi sukai sudah bercerai dari suaminya, Papi pasti berniat untuk mendapatkan dia, kan?" Telapak tangan Pak Christ mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh sang anak. Namun, ia tidak mau terpancing karena tidak mau bertengkar dengan anaknya. "Carli, Papi mengaku salah sudah khilaf berbuat itu, tapi Papi harap, jangan benci Papi, jangan rusak dirimu sendiri, kau masih punya adik yang harus diberikan contoh baik, Papi gagal, tapi aku harap kamu tidak." "Jadi, Papi mau mengaku salah di hadapan mami?" "Berikan Papi waktu, suatu saat, Papi akan berterus terang pada ibumu, tapi tidak sekarang, dan kamu jangan seperti ini, Papi mengandalkan kamu, Carli." "Aku mau bertanya, apa saja yang sudah Papi lakukan pada Anisa?" "Kenapa kamu bertanya seperti itu?" "Papi jawab saja, apa yang pernah Papi lakukan padanya selain memasuki dia dari belakang?" ulang Carli dengan nada suara meninggi pertanda emosinya berusaha untuk ditahan. "Sudahlah. Tidak perlu dibahas

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    SAMA-SAMA PERGI

    Namun, pria yang tidak lain adalah Sean itu tidak peduli dengan reaksi Bagas atas apa yang ia ucapkan tadi. Pria itu segera mengajak Clara beranjak dari tempat itu meninggalkan Bagas yang hanya bisa menggertakkan rahangnya karena sangat marah luar biasa.Sean membawa Clara masuk ke dalam mobilnya tanpa peduli Bagas masih tetap memperhatikannya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Sean melihat wajah Clara yang kelihatan pucat. "Enggak papa. Aku cuma ingin menjauh dari Bagas secepatnya."Sean mengangguk mendengar apa yang dikatakan oleh Clara. Ia segera menstater mobilnya dan mengendarai mobilnya meninggalkan tempat itu secepatnya.***Pasca perceraian yang sudah terjadi, Clara menolak ketika Sean mengajaknya untuk mengadakan jumpa pers di media agar nama baiknya kembali bersih setelah video tidak senonoh itu beredar akibat ulah Bagas. Namun, bantuan Sean yang bisa menghapus video itu di berbagai media yang sudah tersebar berkelanjutan diterima oleh Clara, dan sekarang video itu sudah tidak

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    ANISA KEGUGURAN?

    "Mas, apa yang kamu lakukan?!" teriak Anisa sekerasnya agar ia bisa menghentikan perbuatan Pak Christ yang brutal membuka kedua pahanya.Namun, teriakan Anisa tidak dihiraukan oleh Pak Christ. Pria itu membuka celananya dengan cepat sementara satu tangannya menahan pergerakan Anisa yang ingin menutup kembali kedua pahanya karena khawatir posisi itu akan membuat Pak Christ melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan. Namun, Pak Christ yang sudah sangat marah lantaran tidak terima Anisa menganggu sang anak semakin sulit untuk dilawan. Pria itu membabi buta tidak peduli dengan teriakan kesakitan Anisa, ia mengarahkan kejantanannya pada milik Anisa tanpa melakukan pemanasan sama sekali dan tidak peduli Anisa tidak mengizinkan ia memasukinya dari depan karena khawatir ia keguguran. "Mas! Sakit!!" teriak Anisa untuk yang kesekian ketika kejantanan Pak Christ melesak masuk ke dalam miliknya secara paksa dan itu sangat menyakitkan karena ia tidak terangsang sama sekali.Perempuan itu berusaha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status