Beranda / Rumah Tangga / PELAN PELAN SAYANG / 34 - RAKA DIPERGOKI IBUNYA SENDIRI SAAT SEDANG?

Share

34 - RAKA DIPERGOKI IBUNYA SENDIRI SAAT SEDANG?

last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-16 19:41:27

“Sayang, ayo! Udah siap nih!”

Suara Rain terdengar jelas saat baru saja memasuki ruang tengah dan hendak mendekati Gendis.

Gendis terkejut. Ia menoleh, tak bisa berkata-kata selain mematikan teleponnya. Namun justru yang terjadi…

“Who?” tanya Rain pelan, suaranya terdengar seperti tekanan yang menusuk dada Gendis.

“Mas…” ucap Gendis dengan wajah panik sambil memegang erat ponselnya.

“Gendis? Halo? Itu siapa? Raka, ya? Gendis?” suara ibu mertuanya tiba-tiba terdengar dari seberang.

Sementara Rain kembali mengulang pertanyaannya.

“Siapa, Sayang?” tanyanya, kali ini lebih menekan.

“Ini…” Gendis terbata-bata.

“Can I just talk to that person?” ucap Rain dengan senyum samar, tangannya perlahan meraih ponsel Gendis.

“Mas…” Gendis cepat-cepat menggeleng, matanya penuh ketakutan.

Rain menatap wajah Gendis yang pucat. Sekejap ia terdiam, lalu mengurungkan niatnya berbicara di telepon. Ia menyerahkan kembali ponsel itu kepada Gendis, tersenyum tipis, kemudian beralih mengha
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • PELAN PELAN SAYANG    34 - RAKA DIPERGOKI IBUNYA SENDIRI SAAT SEDANG?

    “Sayang, ayo! Udah siap nih!” Suara Rain terdengar jelas saat baru saja memasuki ruang tengah dan hendak mendekati Gendis. Gendis terkejut. Ia menoleh, tak bisa berkata-kata selain mematikan teleponnya. Namun justru yang terjadi… “Who?” tanya Rain pelan, suaranya terdengar seperti tekanan yang menusuk dada Gendis. “Mas…” ucap Gendis dengan wajah panik sambil memegang erat ponselnya. “Gendis? Halo? Itu siapa? Raka, ya? Gendis?” suara ibu mertuanya tiba-tiba terdengar dari seberang. Sementara Rain kembali mengulang pertanyaannya. “Siapa, Sayang?” tanyanya, kali ini lebih menekan. “Ini…” Gendis terbata-bata. “Can I just talk to that person?” ucap Rain dengan senyum samar, tangannya perlahan meraih ponsel Gendis. “Mas…” Gendis cepat-cepat menggeleng, matanya penuh ketakutan. Rain menatap wajah Gendis yang pucat. Sekejap ia terdiam, lalu mengurungkan niatnya berbicara di telepon. Ia menyerahkan kembali ponsel itu kepada Gendis, tersenyum tipis, kemudian beralih mengha

  • PELAN PELAN SAYANG    33 - DICECAR SOAL LATAR BELAKANG. DICARI MERTUA.

    Ibu Rain sontak terdiam. Pertanyaan Gendis barusan menusuk jantungnya. Ia menatap wajah menantunya itu lekat-lekat, lalu menggenggam tangan Gendis lebih erat. “Duh, Gendis… kamu ini bicara apa?” ucap ibu Rain yang tampak terkejut mendengar ucapan dari Gendis. “Maaf, Ma. Saya cuma takut akan ada penolakan,” ucap Gendis sambil menundukkan wajahnya. “Mama sama sekali nggak akan berubah! Keturunan itu urusan Allah. Yang penting kalian bahagia dulu. Cucu itu bonus, bukan syarat sayang Mama ke kamu,” ucap ibu Rain dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca. Gendis langsung menunduk, air matanya jatuh perlahan. Ada kelegaan, tapi juga rasa haru yang menyesakkan. Namun tiba-tiba, suara Wanda terdengar dari arah belakang. “Kalau nggak bisa kasih keturunan… terus gimana, Ma? Rain kan anak lelaki satu-satunya. Masa Mama sama Papa nggak pengen punya cucu dari darah daging mereka?” tanyanya dengan nada sinis, kedua tangannya terlipat di dada. Suasana langsung menegang. Gendis

  • PELAN PELAN SAYANG    32 - BUKTI PERSELINGKUHAN

    Putri menajamkan pandangannya, melihat seseorang di kejauhan. Matanya membesar, napasnya tercekat. “Sayang!” ucap Putri sambil menepuk lengan suaminya yang tengah memilih barang. “Sayang… itu Raka, kan?” tanya Putri, suaranya bergetar di antara keterkejutan dan rasa tak percaya, matanya tak lepas menatap sosok yang pernah jadi sumber luka bagi sahabatnya. “Um? Kenapa?” sahut suaminya, keningnya berkerut. “Raka? Raka suaminya…” ucap suami Putri, matanya mengerjap tak percaya. “Iya, Gendis!” sahut Putri, nadanya meninggi penuh emosi. “Dan itu bukan Gendis! Itu perempuan lain!” seru Putri sambil berbisik cepat, pandangannya tajam, sementara panggilan video dengan teman-temannya masih aktif. “Kok…?” ucap suami Putri, wajahnya memucat antara bingung dan kaget. “Aku harus foto! Kalau perlu aku rekam!” ujar Putri dengan nada mantap, lalu segera mematikan panggilan telepon dan mengangkat ponselnya, siap membidik Raka dan Suzan. “Sayang, hati-hati… nanti jadi masalah,” ucap

  • PELAN PELAN SAYANG    31 - KETAHUAN?

    “Aku takut nanti nama kamu jelek. Karier kamu sebagai Psykologi Reproduksi bisa rusak karena ini. Aku nggak mau,” ucap Gendis, menatap Rain dengan mata berkaca-kaca. “Terus, maunya kamu gimana?” tanya Rain, nada suaranya mulai meninggi, campuran frustrasi dan khawatir. “Aku mau… aku kembali ke rumah. Dan aku harus cari bukti lebih banyak lagi—lebih dari sekadar pesan dari wanita itu soal baju kemeja Mas Raka,” ucap Gendis, matanya kini dipenuhi tekad. “Saya nggak mau kamu balik ke sana,” potong Rain cepat, suaranya tajam penuh larangan. “Tapi harus, Mas… kalau nggak—” suara Gendis terhenti, seolah kata-kata selanjutnya terlalu berat untuk diucapkan. Udara di antara mereka pun mendadak terasa sesak. Rain menatapnya tajam, lalu dengan satu gerakan cepat memegang kedua pipi Gendis, memaksa perempuan itu menatap matanya. “Kamu pikir Saya bakal biarin kamu balik ke rumah itu?!” suaranya rendah tapi dinginnya menusuk, membuat jantung Gendis berdegup tak karuan. “Mas…” Gendis m

  • PELAN PELAN SAYANG    TERNYATA RAKA?

    “Ah! Mas! Lebih keras!” Sementara di waktu yang sama, Raka tengah asyik bercinta dengan seorang wanita di dalam kamar tidurnya. Lebih gilanya lagi, ia melakukannya di rumah yang selama ini ia tempati bersama Gendis. “Kamu tahu kan, aku suka banget kalau kamu… terus menjerit kayak gini,” ucap Raka sambil tersenyum, tatapannya panas dan tak melepaskan genggamannya. “Iya, Mas… aku juga. Aku nggak bisa sehari aja tanpa kamu… ah… jangan berhenti, Mas…” “Aku nggak akan berhenti… sampai…” ucap Raka dengan nafas memburu, membiarkan kalimatnya menggantung di udara bersama desahan mereka. Usai hasrat itu tersalurkan, Raka memeluk wanita itu erat, lalu berbaring di sisinya. “Mas… apa kamu yakin dia terima aku?” tanya wanita itu lembut, matanya mencari kepastian di wajah Raka. “Dia harus terima kamu… karena kamu bagian hidup aku,” jawab Raka tegas, meski suaranya masih tersengal. “Tapi… Mama sama Papa bisa kan terima aku lagi?” suara wanita itu terdengar ragu, hampir berbisik. “Aku yakin

  • PELAN PELAN SAYANG    29 - ARDI MENGETAHUI SIAPA SUAMI GENDIS

    “Aku tahu siapa suami Gendis,” ucap Ardi pelan namun mantap. “Hah? Mas tahu dari mana? Mas… serius?” suara Wanda meninggi, matanya membelalak penuh penasaran. “Nanti kita bahas lagi. Sekarang kita keluar dari kamar, gabung sama mereka seperti biasa. Kamu jangan terlalu tunjukkin kalau kamu nggak suka sama mereka… supaya Mama sama Papa nggak mengurangi nilai harta warisan buat kita nanti,” ucap Ardi, menatap Wanda tajam seolah menanamkan strategi ke dalam pikirannya. Wanda mengangguk pelan, napasnya teratur kembali. Namun di balik sorot matanya, amarah dan ambisi itu masih menyala—membakar lebih besar dari sebelumnya. Ardi membuka pintu kamar perlahan, memastikan tidak ada yang memperhatikan. Wanda merapikan rambutnya di depan cermin kecil, menarik napas panjang, lalu memaksakan senyum manis di wajahnya. Begitu keluar, langkah mereka terasa ringan, namun di balik tatapan lembut itu tersimpan maksud tersembunyi. Di ruang keluarga, Rain dan Gendis sedang menata gelas serta pi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status