Home / Rumah Tangga / PELAN PELAN SAYANG / 66 - TERNYATA RAIN ADALAH LELAKI YANG?

Share

66 - TERNYATA RAIN ADALAH LELAKI YANG?

last update Last Updated: 2025-08-27 20:29:53

“Mas... kayaknya itu Angga!” bisik Gendis dari dalam kamar mandi.

“Berani-beraninya dia panggil kamu begitu!” sahut Rain geram. Ia segera meraih handuk, menutupi sebagian tubuhnya dengan cepat.

“Dita cintaku...” ucap Angga sekali lagi, lebih keras.

“Mas Angga bawa ice cream, nih...” tambahnya menggoda.

“Bangsat, lu!” pekik Rain yang tiba-tiba muncul di hadapan Angga.

“Woi! Astaga, kaget! Pamer badan terus sama saya, ya?” seru Angga yang terperanjat melihat Rain dengan tubuh basah dan rambut meneteskan air.

“Kamu kurang aj—”

“Pak, pak, pak... calm, pak! Es krim!” potong Angga panik, lalu buru-buru menyodorkan es krim rasa buah ke mulut Rain.

Rain melotot, terkejut, tak sempat berkata-kata. Angga justru kabur kocar-kacir, melewati lorong kosan dengan tawa cekikikan.

“Buat Dita, tuh! Jangan dimakan, pak!” teriak Angga sebelum menutup pintu kosannya dengan cepat.

“SP5, lu!” teriak Rain dari kejauhan, suaranya penuh amarah.

“Nggak takut!” sahut Angga sambil tertawa pu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PELAN PELAN SAYANG    87 - RAKA MENGAKUI KESALAHANNYA DIHADAPAN ORANG TUA GENDIS. RAIN MENUNGGU.

    Akhirnya, dengan wajah penuh sesal, ia menunduk. “Saya selingkuh dengan mantan istri saya, Pa.” Ruangan seketika hening. Ayah dan ibu Gendis terperanjat, saling berpandangan dengan wajah terkejut. “Kamu… selingkuh?” suara ibu Gendis meninggi, nadanya penuh amarah bercampur tidak percaya. “Iya. Saya akui… saya salah dan—” suara Raka bergetar, tapi belum sempat ia melanjutkan, Gendis menyela. “Dan selama menjalani rumah tangga… di tahun terakhir, aku nggak bahagia,” ucap Gendis lirih sambil menunduk, suaranya pecah menahan tangis. Raka menoleh padanya, matanya memerah. “Aku minta maaf, Gendis,” ucapnya penuh penyesalan. Namun tatapan ibunya justru semakin tajam. “Apa alasan kamu selingkuh, Raka?” tanyanya, suaranya dingin tapi penuh tekanan, menusuk ke jantung. Suasana pun semakin tegang. Gendis menggenggam erat ujung rok yang dipakainya, sementara Raka hanya bisa terdiam, wajahnya pucat, seolah seluruh kesalahannya baru saja diseret ke hadapan meja pengadilan keluarga.

  • PELAN PELAN SAYANG    86 - AKHIRNYA GENDIS DIPERTEMUKAN DENGAN RAKA. RAIN?

    “Coba telepon dulu, siapa tahu dia nggak di apartemennya,” ucap ayah Rain dengan nada tenang namun ada kekhawatiran terselip. “Mama udah kirim pesan sama dia dari tadi kok, belum dibaca sama dia,” ucap ibu Rain sambil tetap berusaha menikmati sarapan, meski matanya terlihat gelisah. “Mungkin sibuk,” balas ayah Rain sambil menahan napas. “Sama Gendis?” tanya ibu Rain, matanya menyipit penuh curiga. “Ya bisa jadi, sama siapa lagi? Orang Rain maunya Gendis,” ucap ayah Rain, suaranya bergetar menahan resah. “Kalau nanti ada yang tahu, gimana, Pa? Malu banget keluarga kita,” ucap ibu Rain, hampir kehilangan selera makannya. “Yang tahu cuma Ardi dan Wanda. Selebihnya nggak ada. Jadi kalau ada yang tahu di luar ini, kita bisa tebak salah satunya, Ma. Beres toh,” ucap ayah Rain, mencoba menenangkan istrinya meski hatinya sendiri diliputi kecemasan.••• Kembali ke kontrakan, Rain dan Gendis tengah menikmati sarapan pagi yang sempat tertunda. “Mas, aku boleh nggak ambil barang-b

  • PELAN PELAN SAYANG    85 - SARAPAN PAGI RAIN YANG TAK BIASA. KELUARGA RAKA MEMBENCI SUZAN?

    “Suzan itu wanita nggak benar!” ucap ibu Raka dengan suara meninggi, wajahnya penuh amarah. “Mama, dasar apa Mama bilang kalau Suzan nggak benar?” tanya Raka dengan nada ragu, seolah mencari pembelaan. “Raka, buka mata kamu! Kalau dia wanita benar, nggak akan dia rayu kamu lagi supaya balik ke dia padahal kamu sudah punya Gendis! Paham sampai di sini?” ucap ibu Raka, tatapannya tajam menusuk hati. “Coba pikir! Dia aja setuju sama keputusan orang tuanya buat nggak kasih kesempatan Mama sama Papa untuk ketemu Dandi. Mikir dong!” lanjut ibunya, kini suaranya gemetar menahan sakit hati lama. “Walaupun kamu yang merayu dia, tetap aja harusnya dia tahu batasan! Dan sekarang, Mama minta kamu jauhi dia. Cukup dekati anak kamu, nafkahi anak kamu. Ingat, itu anak kandung kamu!” ucap ayah Raka dengan suara tegas, penuh penekanan. Raka terdiam. Ia menunduk, menatap tangannya sendiri. Bahunya turun naik menahan gejolak penyesalan. Perlahan ia mengangguk, seakan menerima kenyataan pahit y

  • PELAN PELAN SAYANG    84 - DENDAM LAMA

    “Orang tua aku minta aku datang ke sana, Mas,” ucap Gendis dengan nada hati-hati. “Kapan?” tanya Rain cepat, tatapannya serius. “Secepatnya…” jawab Gendis pelan. “Dan mereka juga minta Raka datang ke sana,” lanjut Gendis lirih. “Datang aja, saya temenin,” ucap Rain mantap. “Tapi, Mas… mereka maunya aku sendirian,” ucap Gendis, menunduk resah. “Um…” Rain terdiam sejenak lalu tersenyum tipis. “Ya udah, saya anterin aja. Saya tunggu di mobil. Saya nggak mau terjadi apa-apa sama kamu,” ucapnya tegas. “Iya, Mas. Terima kasih udah ngerti kondisi aku saat ini,” ucap Gendis, matanya berkaca-kaca. “Saya mau nikah sama kamu secepatnya,” ucap Rain tiba-tiba, dengan tatapan penuh kesungguhan. “Apa nggak terlalu cepat, Sayang?” tanya Gendis ragu, bibirnya bergetar. “Kenapa harus diperlambat? Kamu free, nggak ada yang memiliki kamu selain saya,” ucap Rain, suaranya mantap. “Tapi… bagaimana dengan restu orang tua kita? Kamu dan keluarga lagi nggak baik karena aku. Sementara keluarga aku

  • PELAN PELAN SAYANG    83 - HUKUM KARMA

    “Katanya Mas Raka juga diminta datang,” ucap pembantu itu akhirnya. “Raka?” Gendis terbelalak, seakan tak percaya. “Iya, kayaknya ada pembahasan penting antara Ibu, Bapak, Mas Raka, dan Mbak Gendis,” jelas pembantu itu. ••• Rain baru saja tiba di tempat kebugaran. Ia segera melakukan pemanasan sebelum berlatih. “Pak Rain!” seseorang menyapa sambil berjalan mendekat. “Oh, iya,” sahut Rain, menoleh dengan sedikit senyum. “Sudah jarang lihat latihan di sini. Gimana kabarnya?” tanya lelaki itu, Aldi. “Saya sibuk banget minggu ini. Kabar saya baik. Gimana Pak Aldi, ada perkembangan?” balas Rain sopan. “Akhirnya Suzan hamil juga, berkat konsultasi sama Pak Rain,” ucap Aldi sambil duduk di atas bangku dan mengambil sebuah dumbel. “Suzan… mmm,” ucap Rain, seolah mengingat nama itu dengan serius. “Sudah jalan berapa minggu?” tanya Rain, menahan nada suaranya tetap datar. “Baru masuk minggu ke-6, Pak Rain. Ini anak kedua buat Suzan, dan anak pertama buat saya,” ucap Aldi

  • PELAN PELAN SAYANG    83 - DIMINTA DATANG TANPA RAIN

    “Sebenarnya itu buah kiriman dari Mbak Gendis, Bu,” ucap pembantu rumah tangga dengan suara lirih. “Gendis?” Ibu Gendis terperanjat, wajahnya mengeras. “I-iya, Bu.” “Kenapa kamu nggak kasih tahu saya? Ini inisiatif kamu atau inisiatif Bapak?” nada suara Ibu Gendis meninggi, penuh kecurigaan. “Ini…” Pembantu itu tampak kebingungan, suaranya tercekat. “Kalau inisiatif kamu, saya pecat kamu!” bentak Ibu Gendis dengan mata berapi. “Bukan, Bu… Tapi Bapak,” jawab pembantu itu terbata, tubuhnya bergetar. “Bawa keluar semuanya! Saya nggak mau lihat buah ini ada di dalam rumah. Terserah kamu mau buang atau apa kek! Saya nggak peduli! Bawa semua sama dusnya!” hardik Ibu Gendis, lalu bergegas meninggalkan ruang makan dengan langkah cepat penuh amarah. Pembantu segera menunduk dalam-dalam, lalu dengan cekatan mengambil dus dan memasukkan buah-buah segar itu ke dalamnya. “Semua yang di dalam lemari es! Saya nggak mau lagi lihat buah itu!” teriak Ibu Gendis dari ruang TV, suaranya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status