Accueil / Romansa / PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI / BAB 13 TOPENG PESTA DAN SENYUM DINGIN

Share

BAB 13 TOPENG PESTA DAN SENYUM DINGIN

Auteur: Seri E Gulo
last update Dernière mise à jour: 2025-11-05 09:47:47

Dua hari sebelum tanggal serangan yang diperkirakan, istana mengadakan pesta dansa mewah untuk menghormati kedatangan Pangeran Varen dan merayakan pertunangan mereka yang akan datang. Aula dansa berkilauan dengan kristal dan emas, namun bagi Elara, suasana terasa tebal dan menyesakkan. Setiap senyum adalah topeng, setiap sapaan adalah jebakan.

​Elara mengenakan gaun sutra berwarna biru tua, warnanya sama gelapnya dengan rahasia yang ia sembunyikan. Di tengah hiruk pikuk musik dan tawa, ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kecemasan di matanya.

​Pangeran Varen, di sisi lain, tampak terlalu ceria. Keyakinan dirinya terpancar kuat. Ia percaya bahwa Raja Astaria masih sibuk dengan menu katering, sementara Jenderal Lycia sedang menggerakkan pasukannya.

​"Kau terlihat mempesona malam ini, Elara," bisik Varen saat memimpinnya dalam sebuah waltz. Jari-jarinya menggenggam pinggang Elara dengan rasa memiliki yang terlalu kuat.

​"Kau juga, Varen," jawab Elara, memaksa senyum kecil. "Semangatmu benar-benar menular."

​"Aku memang merasa bersemangat," katanya, matanya berkilat licik. "Aku merasa takdir sedang berpihak padaku. Semuanya berjalan sesuai rencana, dan sebentar lagi, kita akan mengamankan masa depan Astaria."

​Kata-kata Varen—"mengamankan masa depan Astaria"—yang diucapkannya dengan niat khianat, membuat Elara merasa mual.

​"Masa depan yang seperti apa yang kau bayangkan?" tanya Elara dengan nada pura-pura tertarik.

​"Masa depan yang tertata, Tuan Putri. Tanpa kerentanan di perbatasan, tanpa ketergantungan pada bijih Utara yang rapuh itu," jawab Varen. Dia hampir membocorkan segalanya, terlalu mabuk oleh kesombongan.

​Elara tahu bahwa Varen mengira dialah yang memegang kartu tertinggi. Itu adalah kelemahan yang bisa dieksploitasi.

​Saat mereka berdansa, mata Elara bertemu dengan Dayang Clara. Clara berdiri di sudut, matanya mengawasi setiap interaksi. Dia tahu Clara telah memperhatikan Ariel tidak lagi berada di Sayap Raja, dan Clara pasti bertanya-tanya mengapa Elara sama sekali tidak peduli.

​Elara sengaja bertindak dingin terhadap Ariel. Dalam beberapa hari terakhir, dia bahkan mengabaikan Dayang Clara tentang penugasan Ariel di Sayap Barat. Perintahnya yang berupa sandi kepada Ariel untuk 'menambahkan satu simpul' telah berhasil menjaga pelayan itu tetap aman dan jauh dari mata Clara.

​Namun, di Sayap Barat, Ariel juga merasakan ketegangan yang mencekik.

​Dia tidak bisa tidur. Dia tahu persis jam berapa Jenderal Lycia berencana bergerak, dan ia sendirian, jauh dari Tuan Putri, tanpa mengetahui apakah pesannya telah diterima dan ditindaklanjuti.

​Malam itu, saat pesta dansa mencapai puncaknya di Sayap Raja, Ariel memutuskan untuk mengambil risiko kecil. Dia tidak bisa pergi ke Sayap Raja, tetapi dia bisa pergi ke rumah kaca.

​Menyelinap ke sana, ia mencari sisa-sisa Anggrek Merah yang dipetik hari itu. Jika pesannya berhasil, seharusnya ada tanda.

​Ariel menemukan tukang kebun malam yang sedang tertidur di bangku. Dia dengan cepat memeriksa area pemotongan bunga.

​Dia melihat vas di mana Anggrek Merah dipotong. Vas itu kosong, tapi di sampingnya ada secarik kain sutra. Diikat dengan simpul yang mereka sepakati, tetapi kali ini, ditambahkan satu simpul tambahan di sebelahnya.

​Itu adalah jawaban Elara: Pesan diterima, aku sedang bertindak, tunggu.

​Rasa lega membanjiri Ariel, namun ia juga merasa takut. Jika Elara bertindak, itu berarti Elara mempertaruhkan segalanya, dan risiko yang ditanggung Ariel di Sayap Barat kini berlipat ganda.

​Saat Ariel kembali ke Sayap Barat, ia melihat pengawal Varen, Jaro, mondar-mandir di dekat pintu Sayap. Jaro bukan sedang menjaga pintu, melainkan tampak mencari sesuatu.

​Ariel menyadari apa yang Jaro cari: bros naga perak yang jatuh di gudang anggur. Mereka pasti menyadari bros itu hilang dan sekarang mencarinya di area terpencil istana.

​Jaro mendekati Ariel dan menatapnya dengan tajam. "Kau pelayan Sayap Raja yang baru dipindahkan, bukan?"

​"Ya, Tuan," jawab Ariel, menjaga suaranya tetap datar.

​"Apakah kau melihat benda kecil, mungkin perak, dengan ukiran naga, di sekitar sini?" tanya Jaro, suaranya mengancam.

​"Tidak, Tuan. Saya hanya bekerja dengan permadani," jawab Ariel. Ia berdiri diam, jantungnya berdebar kencang, takut Jaro akan menggeledah pakaiannya.

​Jaro mendengus, frustrasi, dan berbalik. Ariel menyadari: Bros itu adalah bukti nyata. Jika bros itu ditemukan, Varen bisa menyangkal apa pun. Tetapi jika bros itu jatuh ke tangan yang salah sekarang, itu bisa menjadi bencana bagi Ariel dan Elara.

​Dia harus mengambil bros itu dan memastikannya tidak pernah kembali ke Varen, tetapi bagaimana caranya tanpa ketahuan?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 15 KONSEKUENSI FAJAR DAN PENAHAN VAREN

    Fajar menyingsing membawa kabar buruk bagi Pangeran Varen dan kabar baik yang samar-samar bagi Astaria. Jenderal Kavaleri Cassian kembali ke istana bukan dengan kemenangan perang yang riuh, melainkan dengan laporan tenang tentang ‘pengamanan’ Penyeberangan Sungai Feralis dari pasukan asing yang mencoba menyusup.​Meskipun Cassian menahan diri untuk tidak menyebut nama Varen di depan umum, ia segera meminta audiensi darurat dengan Raja.​Di Sayap Raja, Elara sedang menunggu dengan hati-hati. Ia telah menyerahkan bros naga perak yang diamankan Ariel kepada Cassian, menjelaskan bahwa bros itu adalah petunjuk, dan membiarkan Ksatria tua itu menyusun narasinya.​Tidak lama kemudian, istana diselimuti suasana tegang. Pengawal kerajaan, dipimpin oleh Cassian, diam-diam memasuki kamar Pangeran Varen, menyita barang-barangnya, dan menahannya atas tuduhan yang belum diumumkan.​Raja Astaria, yang biasanya tenang, tampak pucat dan terguncang. Pengkhianatan di istananya sendiri,

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 14 UJIAN API DI BAWAH TANAH

    Malam menjelang serangan yang dijadwalkan. Istana sunyi. Pesta dansa telah berakhir, dan semua orang, termasuk Pangeran Varen yang puas diri, telah pensiun ke kamar mereka. Hanya Dayang Clara yang masih berpatroli, bayangannya melayang di koridor seperti hantu yang bersemangat.​Ariel tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jaro, pengawal Varen, telah mencari bros naga perak itu dengan putus asa, yang berarti bukti itu sangat penting. Ariel harus memastikan Jaro tidak menemukannya di Sayap Barat.​Ariel tahu bahwa Jaro tidak akan mencari di lokasi tempat bros itu jatuh: gudang anggur tua, tempat yang dianggap terlalu jauh dan terpencil dari urusan istana.​Berbekal senter minyak kecil, Ariel menyelinap keluar dari Sayap Barat, bergerak cepat melalui lorong-lorong pelayanan yang gelap, menuju ke Sayap Anggur, tempat yang ia masuki beberapa hari lalu untuk menemukan dokumen pemalsuan.​Saat ia mencapai gudang anggur, ia mencium bau lumut dan kelembapan, namun juga bau tan

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 13 TOPENG PESTA DAN SENYUM DINGIN

    Dua hari sebelum tanggal serangan yang diperkirakan, istana mengadakan pesta dansa mewah untuk menghormati kedatangan Pangeran Varen dan merayakan pertunangan mereka yang akan datang. Aula dansa berkilauan dengan kristal dan emas, namun bagi Elara, suasana terasa tebal dan menyesakkan. Setiap senyum adalah topeng, setiap sapaan adalah jebakan.​Elara mengenakan gaun sutra berwarna biru tua, warnanya sama gelapnya dengan rahasia yang ia sembunyikan. Di tengah hiruk pikuk musik dan tawa, ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kecemasan di matanya.​Pangeran Varen, di sisi lain, tampak terlalu ceria. Keyakinan dirinya terpancar kuat. Ia percaya bahwa Raja Astaria masih sibuk dengan menu katering, sementara Jenderal Lycia sedang menggerakkan pasukannya.​"Kau terlihat mempesona malam ini, Elara," bisik Varen saat memimpinnya dalam sebuah waltz. Jari-jarinya menggenggam pinggang Elara dengan rasa memiliki yang terlalu kuat.​"Kau juga, Varen," jawab Elara, memaksa seny

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 12 ANGGREK BERACUN DAN KEHENINGAN YANG MEMATIKAN

    Sinar matahari pertama menembus jendela kamar tidur Elara, dan Dayang Clara sudah berdiri di sampingnya, memegang nampan perak yang berisi teh pagi dan, di dalam vas kristal kecil, satu tangkai Anggrek Merah.​“Anggrek dari rumah kaca, Tuan Putri. Saya pikir warnanya sangat cocok dengan suasana hati Anda pagi ini,” kata Clara dengan senyum yang terlalu lebar, nadanya penuh makna tersembunyi. Clara menempatkan vas itu tepat di samping tempat tidur Elara, di mana matanya bisa mengawasi.​Elara merasa tegang. Dia tahu Ariel pasti sudah mencoba menghubunginya, dan bunga ini adalah satu-satunya kesempatan. Dia harus bertindak secara alami.​"Anggrek yang indah, Clara. Terima kasih," jawab Elara, mengambil bunga itu.​Saat ia memuji warna kelopak bunga, jarinya perlahan-lahan menyentuh batang Anggrek. Dia merasakan ada tonjolan kecil yang tidak wajar, sekecil serpihan. Elara tahu itu. Itu adalah pesan Ariel.​"Bisakah Anda mengambilkan buku puisi saya, Clara? Saya merasa ingin membaca beber

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 11 PERANG DINGIN DAN PERANGKAP CERMIN

    Dayang Clara adalah seorang musuh yang licik. Keesokan paginya, Clara bertindak bukan dengan tuduhan langsung, melainkan dengan memisahkan Elara dari satu-satunya sekutunya, Ariel. ​Saat sarapan, Clara mengumumkan, "Tuan Putri, saya telah membuat penyesuaian pada jadwal harian. Pelayan Ariel akan dipindahkan sementara ke Sayap Barat untuk membantu dengan inventarisasi permadani yang rusak. Pekerjaan ini memerlukan tangan yang kuat dan perhatian pada detail, dan saya yakin ia akan berguna di sana." ​Elara merasakan darahnya mendidih, tetapi ia harus menjaga ketenangan. Memprotes akan menegaskan kecurigaan Clara. ​"Oh, Sayap Barat? Betapa membosankan," kata Elara, pura-pura cemberut. "Tetapi saya kira permadani yang sobek adalah prioritas. Anda benar, Clara. Biarkan Ariel pergi." ​Clara tersenyum puas. Itu adalah kemenangan kecil yang memisahkan sepasang sekutu tanpa menimbulkan kecurigaan. ​Setelah Clara pergi, Elara segera mengirimka

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 10 BUKTI DAN PENGAKUAN TANPA KATA

    Ariel menunggu sampai larut malam, jauh setelah seluruh istana terlelap, untuk bertemu Elara. Ia tidak berani menggunakan kode lilin di ambang jendela lagi karena takut Dayang Clara mengawasi. Sebagai gantinya, ia pergi ke tempat teraman—pertemuan mereka di observatorium, dengan asumsi bahwa jika ia ditangkap, setidaknya ia akan ditangkap di dekat Elara. ​Elara sudah ada di sana, menunggu dengan gelisah di bawah teleskop yang diam. Dia tidak memakai jubah tidur mewah malam ini, melainkan gaun yang sederhana, seolah-olah dia siap untuk melarikan diri kapan saja. ​"Anda datang," bisik Elara, lega yang luar biasa memancar dari matanya. ​"Saya berhasil, Tuan Putri," jawab Ariel. Ia mengeluarkan gulungan perkamen yang kusut dan bros naga perak dari balik jubahnya. "Ini adalah surat pemalsuan. Ditandatangani oleh 'Kapten R. Volstov'—nama samaran Varen. Dan ini…" ​Ariel meletakkan bros naga perak di atas meja observatorium. Cahaya bulan memantul dari permukaannya yang mengkilap. ​"Ini j

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status