Share

008

Author: Novisi
last update Last Updated: 2022-09-08 13:30:43

Sesekali Xabier melirik ke arah Batari sembari melihat kaca spion sebelah kiri. Setelah acara makan siang mereka, perempuan itu lebih banyak diam.

Mual dan muntahnya juga berkurang. Rasa kantuk menyerang Batari, kepalanya kesana kemari terayun.

Xabier menepuk punggung tangan Batari. Perempuan itu mendadak terbangun.

"Pakai bantal leher, ada di belakang," ujar Xabier menunjuk ke arah belakang.

Mendengar itu Batari menurut, ia memiringkan tubuhnya menghadap ke belakang dengan susah payah.

"Turunkan saja bangkunya, jangan seperti itu." tegur pria itu sambil melayangkan tangannya menyilang di depan Batari.

Batari sontak mendorong tangan Xabier hingga mengenai dasbor mobil. Akibatnya, mobil oleng di jalan yang lengang.

Xabier mengambil ancang-ancang untuk menstabilkan kendaraannya. Ia segera menepi lalu membuka sabuk pengamannya.

"Apa yang kamu lakukan? Kita bisa celaka!" sembur Xabier.

"Ma... maaf... saya...,"

"Selalu membuat repot," hardiknya lagi.

Batari hanya terdiam mendengar ucapan keras Xabier tadi. Perempuan itu tidak suka disentuh oleh Xabier. Ingatan akan kekerasan seksual yang ia alami, begitu cepat membuat sinyal waspadanya aktif.

"Saya... tidak suka disentuh Bapak," ujarnya berani setelah diam beberapa waktu.

Xabier menoleh, ditatapnya perempuan yang kini jadi istrinya itu dari bagian samping. Batari menyampaikannya tanpa bersedia melihat teman bicaranya. Ia hanya menunduk.

Perempuan ini terlihat lemah, tetapi berani, nilai Xabier.

Ia tidak menanggapi perkataan Batari, cukup dalam hatinya saja merespon permintaan itu.

Kendaraan mewah milik Xabier memasuki perkampungan yang masih didominasi areal persawahan. Mereka harus parkir sedikit jaih dari lokasi rumah Batari sebab jalan setapak yang akan dilalui.

"Tas kamu biar saya saja yang --."

Belum Xabier selesai berbicara, Batari telah lebih dulu membuka pintu dan keluar. Ia melangkah dengan tergesa menuju ke arah rumahnya.

Xabier menyeimbangkan langkah sembari memanggil barang-barang milik Batari.

"Hei, kamu jangan berlari. Kamu itu lagi hamil," ujar Xabier dengan tatapan kesal pada istrinya. Pria itu tidak mau saja terjadi insiden lagi, rumah sakit sangat jauh dari Desa Adiluhur.

Batari tersadar seketika, ia memperlambat langkahnya. Hari sudah sore, tetapi matahari masih cukup menerangi jalan menuju rumah Batari.

Sesampainya di halaman rumah, Batari melangkah perlahan. Ia bisa melihat para tegangganya yang perempuan masih berada di dalam rumah.

"Bude...," lirih Batari memanggil Suyati. Beberapa perempuan melihat kedatangan Batari yang langsung terisak. Seseorang gegas menghampiri dan memeluk Batari saat perempuan itu tiba di depan pintu.

Ia dipapah masuk ke rumah. Batari merasa tubuhnya lunglai begitu menginjak rumah masa kecilnya itu.

"Budemu sudah dimakamkan, Nduk," ujar seorang perempuan paruh baya yang merangkul Batari. Ia mengelus pundaknya yang menangis tersedu-sedu.

"Bude... mengapa tinggalkan Tari secepat ini? Tari akan tinggal sama siapa, Bude?" tangisnya lagi.

Xabier hanya menatap dari pintu percakapan Batari dengan perempuan lain yang dirinya sendiri tidak kenal.

Ia berempati pada apa yang dialami Batari.

Sebatang kara bukanlah hal yang mudah. Namun, bukankah dirinya adalah suami Batari? benaknya. Perempuan itu tidak sendiri.

"Yang kuat ya, Nduk. Kamu sekarang sudah punya suami juga, tidak tinggal sendiri lagi," ujar perempuan paruh baya itu lagi.

Batari masih saja menangis. Ia belum bisa diajak ke makam untuk ziarah. Hatinya masih begitu sedih.

"Nak Xabier... tolong dibawa Tari ke dalam kamar. Istirahat dulu sudah jelang malam. Ke makam besok saja," tambah ibu itu.

Xabier menegang, bagaimana ia bisa menyentuh Batari dengan memapah atau membopong perempuan yang jelas-jelas menolaknya tadi di jalan hanya untuk memasang sabuk pengaman.

Pria itu tergagap dan bingung merespon. Ia menaruh perlahan tas Batari di dekat dinding ruang tamu. Ia berjalan perlahan, ia khawatir kalau Batari akan menjerit seperti tadi. Pasti ia akan sangat dipermalukan oleh perempuan itu.

"Bu, tolong antarkan Tari ke kamar. Pak Xabier juga lelah menyetir di perjalanan panjang," ujarnya tatkala tangan Xabier terulur di udara.

Mendadak Xabier mengangguk dan mengatupkan kedua tangannya seolah-olah bermohon untuk dibantu.

Perempuan itu ditolong juga oleh seseorang lainnya yang masuk membawa barang-barang ke dalam kamar. Xabier hanya berdiam sambil berdiri, bingung mau kemana.

Ia melangkah keluar untuk menghirup udara sore di Desa Adiluhur yang nyaman.

"Nak Xabier, Tari sudah lebih tenang. Kami pamit dulu. Besok kami datang lagi membawa sarapan. Besok Nak Xabier dan Tari bisa ziarah," ucap ibu itu.

Xabier mengangguk dan kembali mengatupkan tangannya di depan dada. Warga desa sangatlah sopan, kecuali Batari yang senang melawannya.

"Terima kasih Ibu-ibu untuk perhatian pada keluarga saya," ucap Xabier tulus dari hatinya sembari tersenyum.

Xabier masuk ke dalam rumah. Ia menutup pintu depan karena melihat nyamuk berseliweran dari luar ke dalam.

Memandang kesekeliling, ia menatap ornamen khas zaman dulu yang masih dipakai warga desa ini.

Pria itu ingin menuntaskan hasrat buang air kecil sedari tadi. Ia masuk semakin ke dalam sampai mendapati kamar kecil yang apa adanya.

Ditutupi tirai, tetapi airnya sangat jernih ditambah bebatuan alami. Ia terpaksa menunduk untuk masuk. Tubuh lebih tinggi dari bilik kecil itu.

Kepalanya terjeduk, masih kurang menunduk.

Akan seperti apa buang air disini? Sambil menunduk atau duduk? Xabier mengumpati kondisi kemiskinan Batari yang menyusahkan diriya.

Saat ia sedang asyik buang air kecil dengan posisi tunduk dan menekuk lututnya, seseorang menyibak tirai.

Jeritan kencang terdengar di sore menjelang malam dari rumah Batari. Perempuan itu gegas meninggalkan kamar kecil berlari ke rumah. Mungkin saja jeritan itu tidak terdengar dari tetangga yang jarak rumahnya agak berjauhan.

Ia menangis tersedu di kamarnya. Tiba-tiba bayangan Xabier memaksanya pada malam penganugerahan karyawan terbaik kembali melayang di pikirannya. Bayangan itu menyerang otaknya hingga menimbulkan rasa takut berlebihan.

"Batari... Batari....," panggil Xabier sembari mengetuk pintu kayu kamar.

Batari menggeleng-geleng, menekuk kakinya, dan memeluk ke sudut ranjang.

Pintu yang tidak ada kuncinya itu terbuka, menjulang sosok Xabier di hadapan Batari. Perempuan itu menangis kembali sambil menjerit-jerit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
jess
batari lebay
goodnovel comment avatar
Asep Sutrisno
mantaap...saya sampe penasaran bacanya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 081 - Pesta Pernikahan [SELESAI]

    Kesehatan Ayasya membaik, suhu tubuh telah kembali normal dan muntah tidak lagi menghantui keseharian di rumah sakit. "Moga tidak sakit lagi menjelang pernikahan nanti," ucap Ayasya berjalan menuju lobi rumah sakit.Hari ini, Ayasya diizinkan pulang ke rumah oleh pihak rumah sakit. Betapa senang Ayasya karena ia pun merasa jauh lebih sehat dibanding beberapa hari lalu.Ayasya dijemput oleh Xaba, sementara itu keluarga Santos yang lain memiliki kesibukan sendiri.Xaba sengaja menggunakan jasa pengemudi agar dirinya bisa duduk berdekatan dengan Ayasya di bangku penumpang belakang."Ayas, aku mau bertanya."Ayasya yang duduk menyender ke lengan Xaba menegakkan tubuh lalu menoleh pada Xaba. Kendaraan melaju menuju kediaman Santos."Apa, Mas?" tanyanya."Kamu keturunan dari Dewandaru apakah kamu mau mengurus hak sebagai ahli waris?" tanya Xaba yang sejurus kemudian dihadiahi pelototan dari Ayasya. "Eh, bukan maksud aku macam-macam, tidak seperti pikiran kamu, ya. Hanya bertanya, bila kam

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 080 - Ungkap Kebenaran

    Elang masuk begitu saja ruang rawat Ayasya bermodalkan pesan alamat dan nama ruang rawat inap yang dikirim oleh Ayasya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Elang di saat Ayasya tengah berbaring di ranjang pasien. Raut sendu memancarkan kecemasan dari Elang.Sontak Ayasya bangkit menyender dengan mata membelalak sejenak lalu normal kembali."Tidak."Elang mendekat hingga membuat gerakan bergeser ke sudut pada Ayasya."Stop di sana, Elang! Katakan cepat soal papa saya," tuntut Ayasya yang sebenarnya masih memerlukan istirahat. Dengan sisa keberanian, ia memberi tahu lokasi rumah sakit tempatnya dirawat dengan tujuan mengetahui kisah lama orang tuanya."Apa kita bisa bicara baik-baik, Ayas, tanpa ada nada suara yang tinggi?"Elang berjalan bertambah dekat ke arah Ayasya. Tangan Ayasya terkepal di balik selimut rumah sakit. Baginya, Elang terlalu mengulur waktu. "Sebagian sudah saya ceritakan pada kamu. Kamu adalah putri dari Sri dan seorang pengusaha bernama Dewandaru. Anak di luar pernikahan

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 079 - Infeksi Virus

    Elang sengaja bepergian ke Surabaya untuk menemui Ayasya. Sepanjang penerbangan, tidak luntur senyum di balik masker yang dikenakan.Beralasan akan mengunjungi makam orang tua dan lembaga pendidikan swasta yang dimiliki keluarga Dewandaru, langkah Elang menjejak ke Surabaya kembali.Bayangan Ayasya begitu lekat dalam pikiran Elang. Perempuan manis yang menarik hati sejak zaman mereka menimba ilmu di kampus milik keluarga Dewandaru.Lain hal dengan Ayasya yang gelisah pagi ini, suhu tubuhnya meningkat."40 derajat. Bagaimana perasaan kamu?" tanya Xinta yang duduk di samping ranjang. Ia seorang dokter yang mengetahui cara menurunkan demam, tetapi butuh pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada penyakit tersembunyi di balik demam.Di situ berdiri pula Xaba dan Batari yang khawatir terhadap kondisi Ayasya. Xinta meminta mereka semua memakai masker selama berada di dekat Ayasya. "Pusing, sakit otot, dingin," jawab Ayasya sambil menggigil dan terbatuk-batuk serta hidung pun sampai

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 078 - Gangguan

    "Pak, lagi-lagi kita dikirim surat kaleng. Kali ini sarung tangan bayi dan foto lama Sri. Buat apa itu semua, Pak? Apa hubungan ke kita?"Sewaktu Batari dan Xabier berdiskusi di ruang keluarga, tanpa sengaja Ayasya menguping pembicaraan. Tadinya, hanya sekedar lewat menuju dapur.Namun, suara riuh menjelang tengah malam menarik Ayasya untuk mengetahui apa yang dibicarakan. "Sulit untuk dimengerti maksud pengirim. Mau dilaporkan ke pihak berwajib, tapi kali ini tidak ada ancaman di isi suratnya."Menggigit bibir sendiri, Ayasya gelisah berdiri di ujung dinding. Tidak ingin ketahuan, buru-buru Ayasya meninggalkan tempat menuju ke kamar pribadinya. "Apa maunya Elang? Sampai nekat. Jahat sekali," ujar Ayasya sambil duduk di ujung ranjang. Keesokan pagi, Ayasya sengaja bangun pagi lalu jalan-jalan ke halaman besar kediaman Santos. Rasa penasaran membuatnya singgah ke pos jaga. "Olahraga, Bu?" sapa seorang penjaga."Ya, Pak."Demi apa Ayasya menjadi pribadi berbeda hari ini. Biarlah pik

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 077 - Kembali ke Surabaya

    Mengingat hingga malam Xaba akan syuting, terlintas niat Ayasya untuk menemui Elang ke restoran, menagih nama siapa ayah kandungnya.Menimbang Xaba akan keberatan bila ia mengutarakan niat bertemu Elang, Ayasya masih menyimpan rahasia sendiri rapat-rapat. "Awww."Tangan Ayasya berdarah teriris pisau. Ia gegas membersihkan jari telunjuk kiri ke wastafel."Kamu kenapa?"Mendengar suara asing dari dapur, Xaba lantas beranjak dari kamar."Kurang hati-hati mengiris sayur, Mas."Tidak seperti biasa menurut Xaba."Melamun? Lamunin apa, sih?"Xaba mencolek dagu Ayasya, mencoba menghibur tunangannya."Gak ada, Mas. Hanya kurang fokus saja."Ayasya menuju kotak P3K, mengambil cairan antiseptik lalu membalut dengan plester luka."Sudah beres," ucap Ayasya. Xaba memerhatikan Ayasya dengan seksama."Jangan pikirkan hal lain sewaktu memegang pisau, harus konsentrasi, bila tidak, bisa melukai diri sendiri."Ayasya menghela napas lalu mengangguk menyetujui perkataan Xaba. Pesan Elang sangat memenga

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 076 - Pesan Kurang Adab

    "Pak, lengan saya ini sakit lagi," rungut Batari seraya menunjukkan pada Xabier yang telah siap beristirahat malam hari.Sejak pemberitaan tentang Wisang, Batari didiamkan oleh Xabier. Merasa ada yang kurang.Xabier bangkit dari rebahnya. "Sakit kenapa?" tanyanya dengan paras khawatir. Wajah Batari meringis menunjukkan kalau sakitnya benar-benar mengganggu."Perbannya tidak apa-apa. Di dalam sakit sekali, 'kah?" tanya Xabier sambil mengelus pelan luka Batari.Batari mengangguk sambil mengintip dari sudut mata bagaimana ekspresi suaminya. Ia tertawa samar, Xabier masih cemas bila dirinya kenapa-napa."Kamu jangan dulu urusan dapur sampai sembuh total, Bu." Xabier malah menggerutu. "Mau ke rumah sakit buat periksa?"Batari menggeleng, menolak ide Xabier. "Ini tadi karena Bapak tepis tangan saya waktu nonton, jadi agak sakit," rengek Batari. "Iya, 'kah? kekencengan aku awasin tangan kamu, ya."Batari mengangguk lagi membenarkan perkataan Xabier. "Maaf, ya. Aku kalau menyangkut 'orang

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 075 - Candle Light Dinner

    Restoran mewah yang dipesan oleh Xaba memikat hati Ayasya. Ini pengalaman baru lagi buatnya, masuk ke restoran yang mengusung interior elegan.Ruang makan menampilkan replika akar pohon yang menggantung di udara. Ada pula pepohonan di sekitar mereka.Dari ketinggian saat ini, mereka bisa melihat keluar pemandangan indah gemerlap lampu kota Jakarta. Sungguh menakjubkan bagi Ayasya."Kamu cantik."Ayasya terfokus pada arsitektur restoran, lain hal dengan Xaba yang sedari tadi menatap paras Ayasya yang ceria seolah-olah itulah pemandangan menarik dibanding yang lain.Ayasya tersipu malu, temaram lampu ruangan menyembunyikan bagaimana merona pipinya kini. Dipuji Xaba menjadi kesukaan bagi dirinya sendiri."Mas juga sangat tampan." Lagi-lagi Ayasya malu melontarkan pujian hingga ia tertunduk tidak mampu menatap manik pria yang sebentar lagi akan menjadi kekasihnya."Aku harap kamu suka tempat ini."Ayssya menyapu pandangan ke sekeliling ruangan. Hanya ada mereka berdua saat ini serta bebera

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 074 - Rahasia Lama

    Menemani Xaba bekerja ke Jakarta menjadi momen indah untuk Ayasya. Suasana berbeda ia rasakan."Mas, untuk berlian pesanan Mas itu, biar saya saja yang ambil ke tokonya, ya," tawar Ayasya malam hari seusai makan malam di unit Xaba. Xaba memberi perhatian, menaruh ponselnya di meja.Selagi Xaba mencerna tawaran itu. Ayasya kembali melanjutkan. "Kita tidak lama di Jakarta, sementara Mas masih harus bekerja. Biar saya saja," lanjut Ayasya."Setelah itu, tidak kemana-mana lagi, 'kan?""Tidak. Langsung pulang.""Ada pengawalan buat kamu seperti biasa, ya. Bila ada keperluan atau hal mencurigakan kamu bisa meminta bantuan mereka."Ayasya memasuki sebuah toko berlian. Pada hari-hari sebelumnya, Xaba menunjukkan sebuah berlian yang bakal dipakai calon istrinya di pernikahan mereka.Bantahan Ayasya untuk tidak menghabiskan uang membeli perhiasan mahal tidak didengar oleh Xaba."Berlian juga bentuk investasi, Ayas. Kamu akan terlihat cantik di pesta nanti," ucap Xaba kala itu."Berarti saat in

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 073 - Tertangkap

    Batari diharuskan untuk rawat inap lantaran ada luka terbuka di bagian lengan dan bahu akibat pecahan kaca mobil mengenai dirinya."Malam ini saya saja yang menjaga Ibu, Pak, Mas," tawar Ayasya. Akhirnya, Xaba meminta Ayasya datang ke rumah sakit.Xaba dan Xabier saling pandang."Bapak saja, tidak masalah.""Ayas benar, Pa. Keadaan Papa kena benturan juga akan sulit mengurus Ibu di rumah sakit. Aku yang bantu Papa di rumah. Ayas menjaga Ibu di sini."Melihat kondisinya sendiri, barulah Xabier menerima ide dari putra dan calon menantunya."Kamu cepat beritahu kalau ada yang janggal atau kondisi ibu terbaru Ibu, ya," ucap Xaba sembari membelai kepala Ayasya. "Ada penjaga yang bertugas. Kasus rem blong ini juga sudah ditangani pihak berwajib."Xabier mengatakan demikian agar ada rasa aman dalam diri Ayasya selama menjaga Batari di rumah sakit.Xaba dan Xabier berpamitan pada Ayasya, Batari berbaring di ranjang dalam keadaan terlelap.Ayasya mengusap lengan Batari, ia iba dengan keadaan ca

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status