แชร์

Bab 34: Jalur Kaisar Tanpa Nama

ผู้เขียน: Bang JM
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-29 08:40:47

Kabut tebal menyelimuti langkah mereka, pekat seperti kabut yang timbul dari dunia kematian. Tak ada angin. Tak ada suara. Hanya gema pelan dari langkah kaki Li Yuan yang terdengar di jalan batu kelam yang membentang lurus, seperti tak punya ujung. Jalan itu seperti dilapisi bayangan—permukaannya licin, memantulkan cahaya samar yang tak berasal dari matahari.

Di atas, langit hitam berputar perlahan. Awan-awan gelap menggulung tanpa arah, seolah dunia telah kehilangan gravitasi dan waktu. Tak ada cahaya, tak ada kehidupan. Hanya kehampaan yang menekan.

Feng Qiyan dan Yue Lian berhenti beberapa langkah di belakang Li Yuan. Wajah keduanya menegang.

“Tempat ini…” gumam Feng Qiyan, suaranya nyaris tak terdengar, “bukan dunia nyata…”

Yue Lian mengangguk perlahan. Matanya menyipit, membaca getaran alam di sekitarnya.

“Kita telah masuk ke Jalur Kaisar Tanpa Nama… Jalur terakhir yang hanya dilalui oleh mereka yang menolak ditulis dalam sejarah langit.”

Li Yuan menghentikan langkahnya. Jemari
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Kembali pada Bayangan Pertama

    Kabut merah darah masih menyelimuti ruang antara dua dunia ketika Li Yuan berdiri di atas puing-puing Gerbang Keabadian. Tubuhnya bergetar, bukan karena luka yang baru saja ia terima, melainkan karena suara-suara aneh yang kembali merayap dari kegelapan.“Bayangan pertama…” bisiknya lirih. “Semuanya berawal dari sana.”Wu Xian yang kini setengah jasad, setengah jiwa, memandang sahabatnya dengan tatapan sendu. “Kalau kau menelusuri bayangan itu, maka kau akan kembali pada saat ketika semua ini dimulai. Tapi ingat, Yuan… tidak semua yang dimulai bisa diakhiri dengan tanganmu sendiri.”Li Yuan mengepalkan pedang hitamnya. Aura jurang naga mendesis, seperti bisikan makhluk purba yang lapar. Di sekelilingnya, celah-celah waktu terbuka—memperlihatkan potongan masa lalu:dirinya saat pertama kali menemukan Jurang Naga Hitam,Wu Xian yang masih hidup dan tertawa di bawah pohon plum,para tetua sekte yang kini telah terhapus da

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Bayangan yang Menyusup ke Dalam Cahaya

    – Suara gemuruh tak henti-hentinya terdengar dari langit retak di atas Gerbang Keabadian. Cahaya keemasan yang sebelumnya menenangkan kini bergetar, seolah ada sesuatu yang berusaha menerobos masuk.Li Yuan berdiri di tepi jurang, pedangnya masih tertancap di tanah, tubuhnya dibanjiri peluh dan darah yang belum sempat mengering. Di sampingnya, Wu Xian—yang sudah kembali dalam wujud setengah cahaya, setengah bayangan—terlihat gelisah.“Li Yuan,” bisiknya lirih, “aku merasakan sesuatu… sesuatu yang asing telah menempel pada cahayaku. Aku… tidak yakin berapa lama lagi aku bisa bertahan.”Li Yuan menoleh, menatap sahabatnya itu dengan mata yang menyala penuh tekad. “Apapun itu, aku tidak akan membiarkanmu lenyap lagi. Kau baru saja kembali.”Namun sebelum Wu Xian bisa menjawab, langit meledak—DUUUMMM!—dan dari celah itu turun sebuah bayangan raksasa. Tubuhnya menyerupai manusia, tapi wajahnya rata, tanpa mata, tanpa hidung, tanpa mulut. Hany

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Keabadian yang Retak

    – Langit di atas Jurang Naga Hitam kembali bergetar. Retakan-retakan tipis seperti guratan kaca menyebar di antara awan gelap. Suara “kraaaak!” terdengar, seakan ada sesuatu dari dimensi lain yang memaksa masuk.Li Yuan berdiri dengan napas terengah, pedangnya meneteskan cahaya biru redup. Wu Xian yang tadi berhasil menutup retakan dengan nama dirinya, kini tampak goyah. Tubuhnya bergetar, sebagian wajahnya bahkan transparan, seperti asap yang bisa lenyap kapan saja.“Jangan… berhenti,” bisik Wu Xian, suaranya pecah seperti gema dari dasar sumur. “Jika aku hilang, maka Keabadian itu sendiri akan runtuh bersama namaku.”Yan Mei menggertakkan gigi. “Kau sudah terlalu jauh! Kau tak lagi manusia, Wu Xian. Apa yang kau kejar bahkan tak masuk akal!”Wu Xian tertawa getir. “Masuk akal atau tidak, siapa yang peduli? Ketika sejarah menghapus namamu, saat dunia menolak mengingatmu, apa lagi yang tersisa selain mengejar sesuatu yang abadi?”

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Perjamuan Sunyi di Atas Jurang

    – Angin malam berhembus membawa bau besi, seolah udara itu sendiri menyimpan bekas darah dari zaman purba. Li Yuan berdiri di tepi jurang yang terbentang luas di hadapannya. Jurang itu tak sekadar jurang: ia bagaikan mulut naga hitam purba yang siap melahap siapa pun yang mencoba menatap terlalu lama. Dari kedalamannya, terdengar bisikan lirih, seperti doa-doa patah yang dipanjatkan para jiwa yang dilupakan sejarah.Di atas jurang itu, berdirilah sebuah meja batu panjang dengan kursi-kursi kosong. Semuanya terbuat dari oniks yang berkilau redup di bawah cahaya bulan retak. Anehnya, di atas meja itu sudah tersedia hidangan: daging asap yang masih mengepulkan uap, mangkuk berisi anggur hitam, dan buah-buah yang tampak segar namun memancarkan aura busuk.“Ini…” Xu Jian menelan ludah, keringat dingin membasahi pelipisnya. “Apakah ini semacam jamuan untuk kita?”Wu Xian yang kini separuh nyata, separuh bayangan, menatap meja itu tanpa berkedip. “Bukan

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Saat Jiwa-jiwa Terikat Menjadi Senjata

    Cahaya merah darah masih berputar di sekitar Gerbang Keabadian. Nama-nama yang pernah dihapus dari dunia menggema, seperti mantra yang menggetarkan tulang. Li Yuan berdiri dengan napas memburu, tangannya masih memegang pedang yang kini terasa lebih berat dari biasanya—seolah bilah itu tak hanya mengandung baja, melainkan juga beban jiwa-jiwa yang ingin bebas.Wu Xian menatapnya dari balik kabut merah. Tubuhnya setengah nyata, setengah bayangan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya menggema seperti dua suara: satu lembut, satu penuh dendam.“Li Yuan, kau sudah melihatnya sendiri. Nama bisa menjadi senjata. Jiwa-jiwa yang terikat di sini haus akan kebebasan. Dan satu-satunya jalan keluar adalah mengikat mereka pada pedangmu… atau membiarkan mereka melahapmu.”Xu Mei melangkah maju, wajahnya pucat tapi matanya tajam. “Itu perangkap. Jika kita benar-benar membiarkan jiwa-jiwa itu masuk, mereka akan menguasai tubuh kita. Apa kau tidak melihat? Mereka han

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Jalan yang Tak Bisa Dipilih

    Suara desir angin di dalam Jurang Naga Hitam terdengar seperti bisikan seribu lidah. Li Yuan berdiri tegak, memandang ke sekeliling dengan wajah yang lebih pucat dari biasanya. Tubuhnya masih berdarah, tetapi yang lebih parah adalah jiwanya—retak, seperti kaca yang dilempari batu.Wu Xian menatapnya dari seberang lingkar cahaya, wajahnya dipenuhi amarah yang tak pernah ia tunjukkan semasa hidup.“Kenapa kau ragu, Li Yuan? Kenapa kau goyah?” suaranya menggelegar, menggema ribuan kali. “Apakah janji kita dulu hanya omong kosong? Kau ingin menyelamatkan dunia, atau hanya menyelamatkan dirimu sendiri?”Li Yuan mengatupkan rahangnya. Tangannya gemetar saat menggenggam pedang hitam.“Aku tidak pernah lupa janji itu, Wu Xian. Tapi yang kau minta… bukan sekadar janji. Kau ingin aku menghapus dunia ini hanya untuk menciptakan yang baru. Itu… bukan jalan yang bisa kupilih.”Wu Xian tersenyum dingin. Senyum yang aneh, karena dulu ia adalah orang ya

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status