Share

Jiwa Para Dewa

Auteur: Bang JM
last update Dernière mise à jour: 2025-08-14 12:09:56

Bab 102 – Jiwa Para Dewa

---

Kilatan merah tua membelah langit, membuat tanah bergetar di bawah kaki Li Yuan dan rombongannya. Di tengah-tengah kehancuran langit, gerbang dimensi raksasa terbuka perlahan, menguak celah yang memisahkan dunia fana dan alam dewa. Di sana, berdiri Jin Mian, tubuhnya bersinar dengan cahaya gelap, dan di belakangnya, siluet-siluet besar mengintip dari balik kabut dimensi.

"Gerbang menuju Alam Langit telah terbuka!" seru Xue Lan dengan ngeri.

Li Yuan maju satu langkah, matanya menatap Jin Mian yang kini tampak hampir tak terjamah. “Kalau kau membuka jalan ke Alam Langit, bersiaplah untuk menerima murka para dewa.”

Jin Mian menyeringai, wajah setengahnya telah berubah menjadi bentuk yang tak manusiawi—kulit bersisik hitam dengan urat-urat merah yang berdenyut.

"Para dewa?" gumam Jin Mian sambil mengangkat tangannya. "Mereka semua adalah bayangan masa lalu. Dan sekarang, aku akan menggantikannya."
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Jeritan di Balik Gerbang Kedua

    – Kabut abu-abu yang menggantung di sekitar Gerbang Keabadian tiba-tiba beriak, seakan ada sesuatu yang berusaha menembus dari dalam. Li Yuan berdiri di depan, pedang hitamnya bergetar tipis, seolah pedang itu lebih dulu mengetahui apa yang akan terjadi.Wu Xian menatap gerbang yang retak-retak.“Aku bisa merasakannya… ini bukan hanya ujian. Ini adalah panggilan, dan panggilan itu datang untukku.”Shen Zhao menyipitkan mata. “Panggilan atau jebakan? Kita sudah melihat cukup banyak ilusi. Kau yakin itu bukan tipuan lain dari Keabadian yang Terkutuk?”Wu Xian terdiam sejenak, lalu mengangkat tangannya. Api biru samar muncul di telapak tangannya, bentuknya menyerupai tulisan kuno yang berkelip-kelip.“Tidak, ini nyata. Ini—” ia menggertakkan gigi, “—adalah jejak namaku sendiri, yang berusaha dipanggil kembali ke dunia.”Li Yuan menajamkan pandangan. “Nama yang sudah dihapus dari sejarah? Kalau begitu, mungkin inilah saatnya kau haru

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Cahaya dari Retakan Waktu

    Langit malam yang biasanya pekat kini dipenuhi dengan garis-garis retakan berkilau, seolah-olah dunia ini hanyalah cermin yang hampir pecah berkeping-keping. Retakan itu mengeluarkan cahaya keperakan, bukan cahaya matahari, bukan pula sinar bulan. Cahaya itu dingin, menusuk tulang, dan membuat siapa pun yang menatapnya terlalu lama merasa seolah-olah ingatannya dirobek dari dalam.Li Yuan berdiri di tepi jurang, rambutnya berkibar diterpa angin aneh yang keluar dari retakan itu. Suara desiran tidak seperti angin biasa. Suara itu terdengar seperti bisikan, seperti ribuan nama yang dipanggil sekaligus.Wu Xian melangkah perlahan mendekati retakan, matanya kosong, suaranya rendah.“Cahaya ini... aku pernah melihatnya. Di balik tirai langit, ketika aku hampir musnah. Cahaya ini adalah pintu menuju Waktu yang Hilang.”Ning Rong mencengkeram lengan Li Yuan, wajahnya pucat.“Waktu yang Hilang? Apa maksudnya? Bukankah waktu hanya satu jalur, maj

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Suara yang Membelah Dunia

    – Cahaya dari Gerbang Keabadian belum benar-benar mereda ketika dunia di sekitarnya mulai bergetar. Li Yuan, dengan pedang yang masih meneteskan sisa cahaya biru, berdiri terpaku. Di hadapannya, bayangan Wu Xian semakin jelas—setengah tubuhnya tampak nyata, setengah lagi seperti kabut yang ditiup angin.“Aku… kembali?” suara Wu Xian bergetar, seolah ia sendiri tak yakin apakah yang ia rasakan itu nyata.“Wu Xian!” Seruan serempak dari para murid Jurang Naga Hitam membuat udara di sekitarnya bergetar lebih keras. Namun kegembiraan itu segera berubah jadi kegamangan—karena dari tubuh Wu Xian memancar dua jenis cahaya sekaligus: putih murni, dan merah hitam yang mirip dengan jurang kegelapan.Ayaka melangkah mendekat, suaranya pelan namun tegas.“Tidak… dia tidak kembali sepenuhnya. Dia masih terikat.”Li Yuan mengepalkan tangan di gagang pedangnya. “Terikat pada apa?”Wu Xian menunduk, seolah tak mampu menatap mereka lama-lama

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Kembali pada Bayangan Pertama

    Kabut merah darah masih menyelimuti ruang antara dua dunia ketika Li Yuan berdiri di atas puing-puing Gerbang Keabadian. Tubuhnya bergetar, bukan karena luka yang baru saja ia terima, melainkan karena suara-suara aneh yang kembali merayap dari kegelapan.“Bayangan pertama…” bisiknya lirih. “Semuanya berawal dari sana.”Wu Xian yang kini setengah jasad, setengah jiwa, memandang sahabatnya dengan tatapan sendu. “Kalau kau menelusuri bayangan itu, maka kau akan kembali pada saat ketika semua ini dimulai. Tapi ingat, Yuan… tidak semua yang dimulai bisa diakhiri dengan tanganmu sendiri.”Li Yuan mengepalkan pedang hitamnya. Aura jurang naga mendesis, seperti bisikan makhluk purba yang lapar. Di sekelilingnya, celah-celah waktu terbuka—memperlihatkan potongan masa lalu:dirinya saat pertama kali menemukan Jurang Naga Hitam,Wu Xian yang masih hidup dan tertawa di bawah pohon plum,para tetua sekte yang kini telah terhapus da

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Bayangan yang Menyusup ke Dalam Cahaya

    – Suara gemuruh tak henti-hentinya terdengar dari langit retak di atas Gerbang Keabadian. Cahaya keemasan yang sebelumnya menenangkan kini bergetar, seolah ada sesuatu yang berusaha menerobos masuk.Li Yuan berdiri di tepi jurang, pedangnya masih tertancap di tanah, tubuhnya dibanjiri peluh dan darah yang belum sempat mengering. Di sampingnya, Wu Xian—yang sudah kembali dalam wujud setengah cahaya, setengah bayangan—terlihat gelisah.“Li Yuan,” bisiknya lirih, “aku merasakan sesuatu… sesuatu yang asing telah menempel pada cahayaku. Aku… tidak yakin berapa lama lagi aku bisa bertahan.”Li Yuan menoleh, menatap sahabatnya itu dengan mata yang menyala penuh tekad. “Apapun itu, aku tidak akan membiarkanmu lenyap lagi. Kau baru saja kembali.”Namun sebelum Wu Xian bisa menjawab, langit meledak—DUUUMMM!—dan dari celah itu turun sebuah bayangan raksasa. Tubuhnya menyerupai manusia, tapi wajahnya rata, tanpa mata, tanpa hidung, tanpa mulut. Hany

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Keabadian yang Retak

    – Langit di atas Jurang Naga Hitam kembali bergetar. Retakan-retakan tipis seperti guratan kaca menyebar di antara awan gelap. Suara “kraaaak!” terdengar, seakan ada sesuatu dari dimensi lain yang memaksa masuk.Li Yuan berdiri dengan napas terengah, pedangnya meneteskan cahaya biru redup. Wu Xian yang tadi berhasil menutup retakan dengan nama dirinya, kini tampak goyah. Tubuhnya bergetar, sebagian wajahnya bahkan transparan, seperti asap yang bisa lenyap kapan saja.“Jangan… berhenti,” bisik Wu Xian, suaranya pecah seperti gema dari dasar sumur. “Jika aku hilang, maka Keabadian itu sendiri akan runtuh bersama namaku.”Yan Mei menggertakkan gigi. “Kau sudah terlalu jauh! Kau tak lagi manusia, Wu Xian. Apa yang kau kejar bahkan tak masuk akal!”Wu Xian tertawa getir. “Masuk akal atau tidak, siapa yang peduli? Ketika sejarah menghapus namamu, saat dunia menolak mengingatmu, apa lagi yang tersisa selain mengejar sesuatu yang abadi?”

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status