Home / Historical / PEMBALASAN DENDAM SANG LADY / BAB 6 • Raja Eldoria sakit?

Share

BAB 6 • Raja Eldoria sakit?

Author: MatchaMisu
last update Last Updated: 2025-07-02 13:17:18

Malam menyingsing, membawa hawa dingin yang menembus dinding kastil tua keluarga Valtieri. Pencarian Lady Eveline dihentikan sementara, pasukan berjaga dengan obor di setiap jalan keluar wilayah Duke. Mereka tidak akan kembali sebelum membawa Lady Eveline.

Kini, Putra Mahkota Kaelion berdiri di dekat jendela salah satu kamar yang telah disiapkan untuknya, memandang taman Valtieri yang gelap dan basah oleh hujan sore tadi. Bayangan pepohonan terlihat bergerak tertiup angin, menambah suasana muram malam itu.

Di belakangnya, Sir Alberto berdiri tegak, menunduk hormat, menanti perintah.

“Bagaimana keadaan istana?” tanya Kaelion, suaranya tenang, namun dingin. Tatapannya tetap lurus menatap taman yang diterangi cahaya obor samar.

Sir Alberto menghela napas. “Yang Mulia Kaisar masih dalam keadaan yang sama, Tuan. Tidak ada kemajuan, tabib kerajaan hanya bisa menstabilkan keadaannya...”

Hening sesaat.

“Berapa lama lagi waktu yang dimiliki ayahku?” Kaelion kembali bertanya, nadanya datar, tapi tangan di samping tubuhnya mengepal.

Sir Alberto menunduk lebih dalam. “...Tabib tidak bisa memastikan, Yang Mulia. Bisa berbulan-bulan, atau mungkin hanya beberapa minggu.”

Kaelion memejamkan matanya sejenak, membiarkan rasa getir itu membakar dadanya sebelum ia buang bersama napas panjang yang berembus.

“Dan tentang pamanku?”

Sir Alberto mengangkat kepalanya sedikit. “Orang-orang kita masih memantau pergerakannya. Pangeran Luthair menunjukkan gelagat tidak wajar—mengumpulkan beberapa bangsawan barat yang setia padanya, serta perlahan menekan beberapa keluarga yang setia pada Yang Mulia.”

Kaelion membuka matanya, menatap pantulan wajahnya di kaca gelap jendela. Matanya tajam, dingin, seperti pedang yang siap mengiris siapa saja yang berani menghalangi jalannya.

“Jangan biarkan dia bergerak terlalu bebas, Alberto.”

Sir Alberto menunduk dalam. “Baik, Yang Mulia. Kami akan memperketat pengawasan. Jika ia mencoba mengambil kesempatan saat Kaisar sakit...”

Kaelion menoleh, menatap ksatria setianya dengan tatapan menusuk.

“...habisi dia sebelum ia sempat melangkah lebih jauh.”

Sir Alberto hanya menjawab dengan satu ketukan tangan ke dada kirinya, tanda kesetiaan penuh.

Di luar, angin malam bertiup lebih kencang, membuat obor-obor bergoyang liar. Malam ini, Putra Mahkota tidak hanya memikirkan tentang seorang Lady yang kabur, tetapi juga tentang takhta yang akan segera menjadi miliknya—dan tentang semua pengkhianat yang akan ia libas habis tanpa ragu.

“Keluarlah, Alberto.”

Sir Alberto membungkuk hormat sebelum melangkah keluar, menutup pintu dengan pelan, meninggalkan Kaelion sendirian di kamar yang luas namun terasa pengap.

Kaelion berjalan mendekati jendela, membuka tirai tebal, menatap taman Valtieri yang gelap gulita. Matanya memantul pada kaca, memantulkan tatapan tajam penuh amarah dan kejengkelan yang sulit dihapuskan.

Dan tiba-tiba, pikirannya kembali ke malam itu.

Flashback Pesta Kedewasaan Putri Rowena (Beberapa Hari Sebelumnya)

Kilauan lampu gantung kristal memantul pada lantai marmer aula utama Istana Eldoria, di mana para bangsawan berdansa dan tertawa sambil membawa gelas anggur. Musik biola lembut mengiringi pesta kedewasaan Putri Rowena, adik Putra Mahkota Kaelion.

Lady Eveline berdiri di samping meja panjang berisi makanan, matanya menatap kosong pada para tamu yang tertawa tanpa beban. Gaun biru pucat yang dikenakannya berkibar pelan ketika ia bergerak, mencoba menjauh dari kerumunan yang memandangnya dengan tatapan aneh.

“Lady Eveline.”

Sebuah suara sinis memanggilnya dari samping. Saat Eveline menoleh, ia mendapati Putri Rowena berdiri dengan anggun dalam gaun putih keperakan, bersama beberapa gadis bangsawan lain—termasuk Lady Sabrina, saudari tirinya.

“Ada apa, Putri Rowena?” Eveline bertanya dengan senyuman yang manis.

Rowena menyunggingkan senyum tipis. “Kau benar-benar berani datang ke pestaku dengan wajah tak tahu malu itu, setelah bertahun-tahun mengganggu kakakku.”

Tangan Eveline mengepal di balik gaunnya, namun ia berusaha menahan diri dan tetap tersenyum anggun. “Aku tidak tahu apa yang Anda maksud.”

“Jangan pura-pura bodoh, Lady Valtieri,” Rowena menoleh ke Lady Sabrina, “Bukankah kau pernah bilang, kau melihat Eveline bersama pria asing malam itu?”

Wajah Eveline menoleh cepat pada Sabrina, yang tampak gugup namun akhirnya mengangguk pelan.

“Saya... Saya tidak sengaja melihatnya, Putri. Malam itu, saya melihat Lady Eveline bertemu pria asing di taman belakang.”

Bisik-bisik para bangsawan mulai terdengar di sekitar mereka. Wajah Eveline memerah, matanya menatap Sabrina dengan kecewa.

“Itu tidak seperti yang kalian pikirkan,” Eveline menggertakkan giginya. “Aku tidak pernah bertemu pria lain!”

Rowena mendekat, matanya berkilat tajam. “Kau memang wanita murahan, Eveline. Kau kira kau bisa memikat kakakku hanya dengan wajahmu yang manis itu, sementara kau diam-diam bertemu dengan pria lain?”

Crack—

Gelas anggur di tangan Eveline retak, dan sebelum ia menyadari, tangannya bergerak, menumpahkan anggur merah ke gaun putih Putri Rowena. Cairan merah menetes turun seperti darah, membuat semua orang terdiam dalam keheningan mencekam.

Rowena terperangah, lalu wajahnya berubah merah padam karena amarah. “KAU BERANI—!”

Eveline terengah, matanya melebar, tangan gemetar. “Aku—Aku tidak sengaja...”

Rowena mengangkat gaunnya, tatapannya penuh kebencian. “Keluar dari pestaku, sekarang juga! Kau telah mempermalukan keluarga kerajaan!”

Para bangsawan berbisik semakin keras, beberapa wanita menutup mulut mereka, dan musik berhenti mendadak. Eveline menoleh, mendapati Putra Mahkota Kaelion berdiri di ujung aula, menatapnya dengan mata dingin bak es.

Mata itu membuat Eveline membeku.

Tring...

Suara pedang ditarik dari sarungnya menggema di aula yang hening. Para tamu segera menjauh, memberi ruang ketika Putra Mahkota berjalan mendekat dengan langkah tenang, mata tajamnya tidak lepas dari wajah Eveline.

Ujung pedangnya berhenti hanya beberapa inci dari wajah Eveline, gemetar halus ketika pedang itu hampir menyentuh kulitnya.

“Apa kau pikir kau bisa mempermalukan keluarga kerajaan dan pergi begitu saja, Lady Valtieri?” suara Kaelion datar namun dingin seperti salju musim dingin.

Eveline membeku, napasnya tercekat, menatap pria yang dulu begitu sering ia kagumi, sekarang berdiri di hadapannya sebagai algojo yang siap memenggal kepalanya di depan semua orang.

“Yang Mulia, mohon maafkan putriku!”

Sebuah suara berat memotong ketegangan. Duke Armand Valtieri berlutut di lantai marmer yang dingin, kepalanya menunduk rendah. “Izinkan kami, keluarga Valtieri, untuk menghukum putri kami sendiri. Mohon, demi nama baik keluarga kami.”

Putra Mahkota menoleh sekilas ke arah Duke Armand, matanya masih dingin, sebelum kembali menatap Eveline. Pedangnya turun perlahan, namun tatapan tajam itu masih menancap seperti belati.

“Jangan kira ini selesai di sini, Duke,” suara Kaelion terdengar menekan, menggetarkan udara di sekitar mereka. “Penghinaan ini akan kau bayar, Lady Eveline.”

Dengan itu, Putra Mahkota Kaelion memutar pedangnya dan kembali memasukkannya ke dalam sarung. Ia berbalik, meninggalkan aula yang masih sunyi, sementara semua mata tertuju pada Eveline yang berdiri dengan tangan gemetar, wajahnya pucat.

Di sudut aula, Duchess Mirella menatap putrinya dengan tatapan jijik, sementara Lady Sabrina menutup mulutnya dengan kipas, pura-pura terkejut padahal matanya berkilat puas.

Eveline memejamkan matanya.

Hari itu menjadi hari di mana dunianya runtuh.

Dan itu semua terjadi hanya karena segelas anggur yang tumpah.

Flashback Off...

Kaelion menghela napas panjang, jemarinya mengetuk kaca jendela.

“Lady Eveline.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PEMBALASAN DENDAM SANG LADY   BAB 31 • Lady, Tidak Kembali

    Di balik kabut Lumor yang tak kunjung menipis, cahaya senja tampak tertahan lama. Tak ada yang benar-benar tahu kapan hari berganti malam di sini.Rhett dan Maric saling menatap, lalu kembali memandangi Oldrick yang duduk di dekat api unggun, tangannya sibuk membalik kayu agar bara tidak padam.“Apa sebaiknya kita mencari mereka? Ini bahkan sudah malam, Tetua,” ucap Rhett, nada suaranya rendah namun tegang. Sejak sore, Lady Eveline dan Anya belum kembali. Mereka sempat ingin turun ke sungai untuk mencari, namun Oldrick sebelumnya bersikeras mereka akan pulang, merasa janggal, namun tetap diam.Oldrick diam, memandangi api yang menari, cahayanya memantul di matanya yang keriput. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya bersuara. “Mereka tidak akan kembali.”Rhett dan Maric saling menoleh cepat, wajah mereka berubah waspada, alis Maric bertaut dalam.“Apa maksudmu—” suara Maric terdengar tajam.Oldrick yang tadinya menunduk perlahan menaikkan pandangannya, menatap keduanya dengan soro

  • PEMBALASAN DENDAM SANG LADY   BAB 30 • Sampai Jumpa Lagi Lumor

    “Lady...”Eveline langsung menoleh, mendapati Anya yang tergesa-gesa menghampirinya dengan napas sedikit terengah, membawa keranjang berisi pakaian dan kain lusuh mereka.“Sudah?” tanya Eveline dengan suara datar.Anya mengangguk cepat. “Semuanya sudah selesai,” balasnya pelan. Dari belakang, Tetua Lumor, Oldrick, menyusul keluar rumah, berdiri di samping mereka dengan wajah khawatir.“Aku dan—” “Ah, ternyata kalian ada di sini.”Suara itu membuat mereka menoleh serempak. Rhett dan Maric berjalan mendekat dengan langkah tenang, sorot mata mereka sulit dibaca. Eveline menarik napas perlahan, menetralkan ekspresi wajahnya agar tetap terlihat tenang meski jantungnya berdegup kencang.“Ada apa? Apa kalian membutuhkan obat-obatan?” tanyanya, suaranya terdengar biasa saja, seolah tak terjadi apa pun. Di sampingnya, Anya tampak menegang, menggenggam pegangan keranjang dengan erat.Rhett menatap Eveline sejenak sebelum menggeleng pelan. “Tidak, Lady.”Maric menundukkan kepala sedikit. “Kami

  • PEMBALASAN DENDAM SANG LADY   BAB 29 • Kabur lagi?

    “Lady, kita kehabisan bahan untuk obat-obatan. Aku akan mengambilnya lagi,” ucap Anya, menoleh pada Lady Eveline yang tengah menumbuk daun herbal untuk warga yang terkena gatal-gatal.“Pergilah, Anya. Ah... ambil juga beberapa daun thyme,” balas Eveline tanpa menoleh sedikit pun.“Baiklah, Lady.”Anya berjalan menjauh, menuju rawa tempat dedaunan herbal itu tumbuh. Suara serangga dan angin lembab rawa menemani langkahnya.Namun, langkah Anya terhenti saat suara rendah dan teredam terdengar di kejauhan.“Apa Putra Mahkota sendiri yang akan datang ke Lumor membawa Lady Eveline ke istana?”Anya menajamkan pendengarannya, wajahnya memucat.“Entahlah, kita hanya dapat menunggu Darius kembali. Mungkin saja kita yang akan membawa Lady itu ke istana,” suara pria lain menjawab.Anya beringsut mendekat ke balik pohon ek besar, matanya menangkap dua pria berpakaian lusuh layaknya pedagang keliling dengan keranjang herbal dan kantong kulit di pinggang mereka—Rhett dan Maric. Dadanya berdegup cepa

  • PEMBALASAN DENDAM SANG LADY   BAB 28 • Ketegangan

    Ratu Seraphina menatap mereka lama, sorot matanya dingin meski senyumnya terukir di bibir. “Ah... tentu saja, tinggallah beberapa hari. Aku yakin, Yang Mulia Raja merindukanmu,” ucapnya, matanya beralih pada Duchess Leztia. “Bukan begitu, Duchess Gerwyn?” Duchess Gerwyn membalas senyum itu dengan senyum tipis yang penuh kehati-hatian. “Tentu saja, Yang Mulia Ratu.” Duke Gerwyn berdeham pelan sebelum angkat bicara, “Sebagai adik dari Yang Mulia Raja Eldoria, apakah kami diperkenankan menjenguk beliau?” Sejenak, ruangan diliputi keheningan. Kael menoleh perlahan, menatap Duke Gerwyn dengan sorot mata dingin bak pisau yang mengiris diam-diam. “Tidak ada ‘kami’,” ucap Kael tegas, setiap kata keluar dengan tekanan. “Yang Mulia Raja hanya dapat dijenguk oleh satu orang.”Tatapan Duke Gerwyn mengeras sesaat sebelum ia menoleh pada istrinya. Duchess Gerwyn mengangguk tipis, wajahnya tetap tersenyum namun matanya berkilat.Duke Gerwyn menarik napas, menoleh kembali pada Kael. “Baikla

  • PEMBALASAN DENDAM SANG LADY   BAB 27 • Kabar dari Lumor & Duke Gerard

    Cahaya matahari siang menembus kaca besar di belakang punggung Kael, menerangi ruangan kerjanya yang dipenuhi tumpukan dokumen dan peta-peta wilayah Eldoria. Kael duduk tegak di kursi kerjanya, jemarinya menekan pelipis sambil menatap laporan-laporan yang berserakan di mejanya. Suara ketukan halus terdengar di pintu kayu besar itu. Tok... Tok... “Masuk.” Pintu terbuka perlahan, Sir Alberto masuk dengan langkah tegap, membungkukkan badan dengan hormat. “Yang Mulia Putra Mahkota,” panggil Sir Alberto, suaranya dalam, “Darius, Ksatria Pengintai, telah kembali.” Kael membuka matanya perlahan, menatap tajam ke arah Sir Alberto, sorot matanya menajam di bawah sinar siang yang terpantul dari iris birunya. “Suruh dia masuk.” Sir Alberto membungkuk, membuka pintu lebih lebar. Darius masuk dengan langkah hati-hati, menyembunyikan napas berat yang masih belum stabil setelah perjalanan panjang. Ia menekuk satu lutut, menunduk dalam. “Saya menghadap, Yang Mulia Putra Mahkota,” ucap Darius d

  • PEMBALASAN DENDAM SANG LADY   BAB 26 • Langkah Lady Eveline

    Suara ranting diinjak terdengar lagi, membuat Eveline memutar tubuhnya dengan cepat, matanya menajam, menatap ke arah semak gelap yang bergoyang perlahan.“Suara apa itu? Aku mendengarnya dari tadi,” gumamnya, nada suaranya menegang.Rhett menoleh ke arah semak yang sama, matanya tampak tenang namun penuh kewaspadaan. “Mungkin hanya hewan malam, Nona...” katanya, meski ia tetap siaga.Eveline terdiam sesaat sebelum mengangkat pandangannya. Bibirnya terbuka perlahan, mengingat identitas barunya.“Aku... E... Elia... ya, Elia,” ucapnya dengan gugup, memperbaiki ucapannya sebelum kembali memeriksa keadaan sekitar.“Nona Elia... kau bisa memanggilku Azrel,” ujar Rhett, menyebut nama samaran yang ia pilih agar Lady Eveline tidak menaruh curiga.Eveline mengangguk kecil. “Baiklah, Azrel.”Rhett melirik ke arah warga yang tertidur lelap di balai kayu reyot itu. “Apa Nona Elia sering melakukan ini?” tanyanya, nada suaranya tenang namun penuh rasa ingin tahu.Eveline mengerutkan kening. “Melak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status