"Hey ….Rupanya kamu disini?" Tanya seseorang tiba-tiba.
Saat Aditya melihatnya tampak Dia acuh dan merasa sangat terganggu dengan kehadiran orang yang menyapanya yaitu dokter Catrina.
"Lagi apa sih?" Tanya Catrina sok kenal sok dekat.
Aditya hanya meliriknya sejenak, "sedang duduk" jawab Aditya singkat.
"Tau kamu lapar, Aku pasti bawain makanan tadi" ucap Dokter Catrina lagi.
"Tidak perlu repot-repot" jawab Aditya dingin.
"Ayo dimakan" perintah Dokter Catrina, masih belum peka jika Aditya tidak ingin diganggu saat ini.
"Bagai
"Ayo ke ruanganku dulu" ajak Catrina.Aditya menuruti ajakan Dokter tersebut, mereka berjalan sangat hati-hati hingga sampailah mereka di ruangan pribadi Dokter Catrina."Silahkan duduk" perintah Catrina, "benarkan? Mereka orang lain dan bukan penjagamu" tanya Catrina sambil menyodorkan botol minum pada Aditya."Iya sepertinya itu orang-orang suruhan seseorang" jawab Aditya sambil mengambil botol minuman dari Catrina, "terima kasih" lanjutnya setelah menerima minuman tersebut."Sama-sama, oh iya sepertinya jika ventilator Ayahmu sudah bisa dilepas dan hanya menggunakan tabung oksigen saja, Aku akan segera lapor kepada Dokter utama untuk segera mencari tempat yang lebih aman" ucap Catrina.
Saat sedang membaca satu persatu setiap dokumen, tiba-tiba seperti yang sudah dijadwalkan Tuan Benny dan Billy pun datang menemui Aditya."Siang keponakan" sapa Tuan Billy ramah."Hay ponakan" sapa Tuan Benny sambil melambaikan tangan pada Aditya."Selamat siang Paman Benny, Paman Billy, silahkan duduk dulu, Aku ada satu dokumen yang harus dibaca sebentar" ucap Aditya."Oh, beresin dulu saja, Paman lihat-lihat dulu nih, kantormu luas, dari atas sudah bisa terlihat begitu jelas pemandangan Kota" jawab Tuan Benny sambil berkeliling melihat-lihat suasana di kantor keponakannya tersebut tanpa sedikit pun sopan santun seperti yang Dia lakukan pada Pemimpin."Sil
Dokter Catrina hanya diam saja, tampak Dia tidak begitu menghiraukan pertanyaan Aletta yang baginya sosok tidak penting itu, karena di daftar juga tidak disebutkan status Aletta ink siapa, bagi Catrina orang penting bagi pasien adalah Nyonya Sandra yang berstatus sebagai Istrinya dan Aditya yang merupakan putra tunggalnya, setahu Catrina itu."kenapa Anda diam saja? haruskah Saya menghubungi Tuan Muda untuk hal sepele seperti ini?" tanya Aletta sedikit geram."oh tentu saja tidak perlu Nyonya, Saya akan kembali lagi jika Tuan Muda dan Nyonya Sandra sudah kembali" jawab Catrina kemudian pergi meninggalkan Aletta yang sangat kesal terhadapnya.Setelah Dokter Catrina pergi, Aletta kembali mendekati Fajar dan menggenggam erat tangan Ayah dari putranya tersebut dan masih menjadi
Hari sudah gelap dan Aditya belum mengunjungi rumah sakit, Aletta dan Sandra terlihat sedikit cemas.sementara dokter Catrina menunggu Aditya datang ke Rumah sakit."nungguan siapa Non?" tanya salah satu Dokter yang mungkin juga teman Catrina."hey, dokter Dira, lagi nungguin wali pasien, ada kepentingan nih" jawab Dokter Catrina."ya udah Aku pulang duluan kalau gitu yah" pamit Dokter Dira."oke, hati-hati dijalan dok" jawab Dokter Catrina."duh, Aditya kemana yah? jam segini belum pulang?" lanjut Dokter Catrina bertanya di dalam hatinya sambil terus memperhatikan pintu masuk lobi rumah sakit.
Keesokan harinya.Pagi-pagi Nyonya Sandra dan Aletta memasuki ruangan tempat Fajar dirawat, Aditya mengusap wajahnya yang terasa kering, sangat aneh melihat dua perempuan di depannya saling berbicara dengan akrab."pagi Nak, ayo cuci muka dulu, sarapan dulu, terus pulang, mandi, kerja" ucap Aletta pada putra semata wayangnya itu."kalau kecapean, kamu bisa istirahat dulu, nanti Ibu yang akan mewakili di kantor" sahut Nyonya Sandra, dengan suaranya yang lembut, terdengar tulus tetapi bagi Adit itu sesuatu hal yang aneh, dia merasa tidak nyaman serta asing. Tetapi dia tidak mau membahasnya, saat melihat ibunya tersenyum dia sangat bahagia."ayo cepat cuci muka dulu, ibu eh bibi beliin sarapan kesukaanmu" ucap Aletta s
Hari ini Aditya memasuki Kantor dan hanya menandatangani dokumen, keadaan kantor sangat tenang, semua diurus oleh kedua paman dan kedua tetua yaitu Tuan Weber dan Tuan Abraham."Paman Yosef, aku keluar dulu, dokumen sudah diurus dengan baik" ucap Aditya."mau kemana Tuan Muda? hari sudah sore" tanya paman Yosef."menenangkan pikiran, tolong jangan mengikutiku, aku ingin sendirian" ucap Aditya lalu pergi tanpa berkata-kata lagi.Bukan Paman Yosef namanya jika tidak waspada, dia tetap seperti biasa selalu menyuruh dua penjaga mengikuti Tuan Mudanya itu.Aditya keluar dari kantornya dengan mengendarai motor gedenya sendirian, dia
"kenapa kamu ada disini? apa aku sedang bermimpi?" tanya Catrina sambil menunjuk hidung mancung Aditya."kenapa kamu diam saja hey, apa kamu bisu? kamu selalu cuek? kenapa kamu tidak pernah mau memandangku? hey apakah aku sejelek itu? lihatlah tubuhku bagus begini" tanya Catrina lagi sambil berdiri tegak dari duduknya kemudian membuka jaket yang menutupi dadanya.Aditya kembali menutupi tubuh Catrina. Dia merasa bingung harus berbuat apa, Catrina mulai meracau kembali, kata-katanya sangat banyak, tubuh dan tangannya terus saja meraba-raba, menyentuh, memegangi, hingga berani memeluk tubuh Aditya berkali-kali, Catrina seperti mendapatkan mainan kesukaannya dia tidak mau melepaskannya."sudahlah, kemana kamu pulang? aku antar pulang yuk?" tanya Aditya.
Hari sudah malam dan Aditya pun tertidur di sofa ruang tamu penthouse miliknya. Catrina juga begitu nyenyak sehingga dia tidak sadar jika tidur di rumah orang asing.••••••••Keesokan harinya, Aditya sudah bangun pagi-pagi sekali, dia menyiapkan sarapan dan kopi untuk dirinya sendiri, sementara Catrina tidak berani keluar dari kamar.Tok, Tok, Tok."Cat, bangun sudah siang, aku harus pergi bekerja!" seru Aditya dari dalam kamar.Catrina tidak berani menjawab, dia terlihat merasa begitu malu, apalagi semalam sudah berbuat demikian pada Aditya.