Share

Chapter. 4

"Nyonya besar, saya titipkan putra saya pada anda, anda tidak perlu khawatir, saya juga akan membantu mengurus tuan besar, jika anda berkenan dan memperbolehkannya" ucap Aletta pada Sandra.

Sandra hanya mengangguk dan tak berbicara sepatah katapun.

"Ibu ….Tidak bu, bagaimana nanti, pikirkan baik-baik, anda tidak bisa memanggilku dengan sebutan putra" ucap Aditya terlihat tak rela.

"Tidak apa-apa putraku, nyonya besar akan menyayangimu lebih dari apapun, ibu tetaplah ibu kandungmu nak, kelak kita masih tetap akan bersama, yang penting ibu bisa melihatmu setiap hari" ucap Aletta.

"Apakah ibu didesak mereka, agar mau diperalat begini bu? Masih ingatkah dulu mereka begitu menghinakanmu, mengusir kita dari rumah besar itu dan mencampakan kita berdua untuk hidup di komplek perumahan kumuh, apakah anda sudah melupakan perbuatan mereka?" Tanya Aditya begitu marah dan ketus terhadap pria yang berbaring dan paman Yosef.

"Tidak nak, mereka tidak mendesak ibu atau mengancam, ini satu-satunya cara agar perusahaan ayahmu tidak hancur, ibu ikhlas, tidak apa-apa kita berpisah status asal ibu tetap di sampingmu" jawab Aletta begitu haru.

Aditya menangis seperti anak kecil dengan air mata berjatuhan di pipinya yang terus menerus dia seka dengan kedua tanganya.

Aletta hanya bisa memeluk dan mengusap punggung putranya yang terisak seperti anak umur 5 tahun yang tidak jadi dibelikan mainan oleh ibunya.

Sandra juga merasa begitu kasihan saat melihat Aditya menangis pilu seperti itu, jika dia ibunya, dia juga tak akan rela membiarkan putra semata wayangnya harus melupakan ibu kandung dan memanggil sebutan ibu pada ibu tirinya, seperti hal yang akan terjadi padanya ke depan.

"Ayo, lihatlah ayahmu nak, bisikanlah kata-kata agar dia segera bangun, ibu yakin beliau pasti mendengar suaramu" ajak Aletta lalu menuntun putranya mendekati tubuh Fajar yang berbaring tak berdaya itu.

Sandra berdiri dan sedikit mundur, memberikan ruang untuk Aletta bersama Aditya untuk mendekati tubuh suaminya.

Aditya memandang lekat wajah itu, wajah yang selama ini dia benci sekaligus dia rindukan.

"Bu, bukankah jika dia mati hidup kita akan tenang? Bukankah jika dia lenyap, hidup kita akan bahagia? Hidup ini hanya tentang aku dan dirimu ibu, aku tidak ingin melihat ibu menangisi pria ini lagi" ucap Aditya dalam hati.

Karena seperti yang dia ketahui, selama ini ibunya sering menangis diam-diam merindukan sosok Fajar di sampingnya, meskipun ibunya bisa disebut pelakor atau perempuan perebut suami orang, tetapi Aditya tahu jika ibunya setia hanya dengan Fajar, dia tidak ingin menikah lagi meskipun saat Fajar meninggalkannya dia masih muda dan sangat cantik, karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya lah yang membuat Fajar terjerat cinta Aletta dan berselingkuh dari Sandra istri sahnya.

Sekarang, setelah 10 tahun lamanya terpisah, diasingkan meskipun masih satu kota tetapi mereka tidak pernah bertemu dan sekarang saat bertemu kembali dalam keadaan yang mengenaskan, ayahnya terbaring di sana, begitu lemah tak berdaya padahal yang Aditya ketahui ayahnya adalah sosok yang begitu perkasa, hanya orang yang begitu licik saja yang bisa membuatnya begitu tak berdaya seperti sekarang. Perasaan Aditya sangat berkecamuk saat ini, dia merasa benci, marah dan juga dendam terhadap orang yang begitu tega melakukan ini terhadap ayahnya.

"Bagaimana nak? Kamu siap?" Tanya Aletta, membuyarkan lamunan Aditya.

"Baiklah ibu, aku ikuti perintahmu, bertahanlah bu, aku akan segera menyelesaikan urusan ini dan menemukan dalang dibalik tragedi penusukan ini" jawab Aditya.

"Terima kasih nak, kamu juga harus bertahan dan mempersiapkan mental untuk pertempuran ini" ucap Aletta.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status