Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 51Aku menghela nafas panjang. Setelah itu aku mengarahkan pandanganku ke arah Mas Bayu."Nggak perlu jadi seperti ini, kasihan Ibu. Beliau lagi sakit."Bibir Rani mencebik entah apa yang ada dipikiran mereka. Sebentar-sebentar mereka saling bertengkar. Dan sekarang mereka sudah kembali akur. "Kalian ini apa-apaan sih? Kerjaannya bertengkar terus. Ibu capek tahu, ibu pusing. Ibu sudah tidak bisa lagi menahan semuanya. Kamu … ya kalian. Kalian harus pergi dari rumah ini.Duar Ibu menunjuk diantara kami, semua orang pun terkejut. Tidak terkecuali aku. *****"Ibu …." Mas Bayu nampak tidak percaya, Ibu mengusir kami. Ya, kami. Aku dan juga Mas Bayu. Padahal jika menelisik jauh ke belakang. Kami lah yang selalu merawat Ibu. Selalu ada di saat Ibu membutuhkan. Dan kemana Rani dan Agus saat beliau tengah dirawat di rumah sakit.Bukan karena tidak ikhlas melakukan semuanya. Namun, sudahlah. Mungkin ini adalah jalan terbaik untuk kami."Bu, kami
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 52Tidak ada yang menanggapi. Aku dan juga Mas Bayu berlalu. Langkah kaki kita berhenti tepat di depan kamar Ibu. MAs Bayu mengetuk beberapa kali. Tidak ada sahutan dari dalam."Bu, kami pergi. Jaga diri ibu baik-baik." Mas Bayu berpamitan. Setelah cukup dirasa kaki kami pun kembali melangkah.Mas Bayu mengeluarkan motor matic miliknya. Lalu menaikan tas didepan lalu dia duduk sembari tangan memegang stang.Diikuti aku duduk di jok belakang. Membenarkan gamis panjang yang aku kenakan. Jangan sampai gamis ini mencelakai kami berdua di tengah jalan. Motor matic berwarna hitam itu melaju perlahan meninggalkan pekarangan. Terlihat Mas Bayu melirik ke arah sepion."Bagus deh, kalau ibumu sudah mengambil keputusan." Senyuman Rani terukir jelas di sana.****KrieetSuara pintu koridor warung di buka."Maaf, ya Sit. Kamu harus datang ke warung malam-malam begini." Siti terlihat mengangguk lalu mengulum senyum. Wanita itu mengusap lenganku lembut.
Pembalasan istri pelit uang sesungguhnyaBab 53"Syukur deh kalau begitu. Nanti Siti ke sini. Dia akan menemani kamu. Aku yang akan pergi ke rumah Ibu sendiri?""Kamu nggak papa, Mas mau kerumah ibu sendiri?" "Iya Nggak papa, tenang aja. Sudah siap sarapannya. Aku ambilkan ya?" Terlihat Mas Bayu masak nasi goreng ala kadarnya. Entah bagaimana rasanya melihat rupanya saja sepertinya tidak jauh lebih baik dari nasi putih biasanya.Kring … kringPonsel Mas Bayu terdengar berdering. Lantas dia mengusap layarnya. Ada nama Agus tertera di sana."Ngapain Agus telepon, Mas?" Mas Bayu hanya bisa menggeleng.****POV authorBayu segera mengangkat telepon dari Agus. Lelaki yang ada di seberang sana terdengar berbicara sesuatu."Mas, motor kamu aku pakai dulu ya?" Agus berbicara langsung pada intinya. Tidak ada belas kasihan tidak ada rasa sungkan. Tidak juga menanyakan apakah Kakaknya semalam bisa tidur nyenyak atau tidak. Agus justru menanyakan perihal motor."Tidak bisa, Gus. Motor itu mau Ma
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 54"Eh, ada Ibu. Kebetulan banget Bu." Agus tersenyum. Wanita tua itu lantas ikut duduk diantara mereka. "Ada yang pengen Agus bicarakan.""Bicara apa?" tanya Wati, jelas terlihat raut wajah wanita tua itu penasaran." ….""Kenapa harus begitu? Kenapa kamu tidak usaha sendiri Agus?!" Wajah Wati mendadak berubah seketika menjadi merah padam. Kepalanya berdenyut tak karuan. Mendengar permintaan anak sulungnya itu yang dirasa kelewat keterlaluan.*****"Ayolah, Bu. Lagian rumah ini juga nantinya jatuh ke tangan Agus kan?" Dengan penuh percaya diri Agus mengatakan itu."Iya, Bu. Nanti kalau usaha kami lancar, ibu juga ikut menikmatinya juga," sahut Rani. Membuat Wati menautkan kedua alisnya. Entah mengapa anak dan juga menantunya menginginkan rumah ini. Padahal Bayu sebagai anak tertua tidak pernah menyinggung soal rumah. Apalagi meminjam untuk digadai sebagai modal usaha. Tentu tidak ferguso.Bayu dan juga Arum menggunakan uang modal yang d
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 55Bagus itu, nggak papa. Yang penting mereka setuju.""Diminum dulu, Mak, Mbak," pinta Arum ketika minuman sudah ada di meja. "Mbak, kalau kita kelamaan libur nanti mempengaruhi nggak sama kerja sama kita? Tini takut jika mereka nggak mau lagi minta nasi bok sama kita." Benar apa yang dikatakan Tini, seharusnya Arum juga harus memperhatikan kepuasan pelanggan. Bukan hanya mementingkan diri sendiri."Bener apa kata karyawan mu, ini kalau memang belum ada uang. Kalian bisa ngontrak dulu.""Bener juga sih, Mak. Nanti aku bicarakan sama Mas Bayu.Tidak berapa lama Marni dan juga Ratih pulang ke rumah. Jam berdetak lebih cepat. Hingga tidak terasa sudah hampir magrib. Bayu baru saja tiba dia Warung. Namun, laki-laki itu masih membawa motornya. Apakah Bayu tidak berhasil menjual motornya? Atau justru dia malah membatalkan niatnya. Jika itu benar adanya. Kemana selama ini dia berada luar***Hari ini Arum memutuskan membuka warung. Meskipun d
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnya Bab 56Pikiran Arum menerawang jauh. Mengingat-ingat siapa lelaki itu. "Astagfirullahaladzim," gumam Arum. Dengan cepat ia langsung menghubungi Tini."Halo, Mbak. Kenapa? Mbak nggak inget lelaki itu yang sudah menaruh kecoa kedalam piringnya?""Iya, Tin. Mbak baru aja inget. Kamu awasi dia. Jangan sampai lengah. Jangan kamu biarkan dia bertindak mengacau lagi seperti tempo hari.""Baik Mbak." Arum segera memutus percakapan via telepon itu. Menghela napas perlahan lalu membuangnya. Ada perasaan lega dan juga was-was tentunya. Lega, karena Tini mengawasi. Was-was, jika pria itu akan kembali berulah. Cukup sudah kekacauan yang dilakukan pria aneh itu membuat warung milik Arum lumayan sepi. Jangan sampai warung menjadi bertambah sepi jika lengah mengawasi pria itu. KringTidak berapa lama ponsel milik Arum kembali berdering. Namun kali ini bukan dari Tini. Melainkan dari Bayu, suaminya."Halo, Assalamualaikum. Mas, ada apa?""Waalaikumsalam, ap
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 57"Bu, teman Rani itu baik. Dia juga sudah sukses, jadi jangan khawatir soal keamanan sertifikat rumah ini. Dijamin. Soale temen Rani juga ada yang ambil uang dari dia. Sekarang sudah punya usaha butik.""Kamu serius? Bisa dipercaya tidak? Nanti setelah di bawa sertifikat rumah ini orangnya kabur lagi," tanya Wati dengan hati tak karuan. "Ibu percaya kan sama Agus sama Rani? Mana mungkin kami mau menipu ibu.""Bukan kamu, Gus. Ibu yakin, kalau kalian ini mau berusaha seperti kakakmu. Tapi teman kamu itu. Mana ada uang cair dalam satu hari dengan jumlah yang banyak. Mustahil. Di bank aja, mesti di cek dulu ke rumah. Mesti melengkapi berkas-berkas.""Kalau nggak percaya, ini lihat Bu. Agus tunjukan video, dimana temen Agus sudah membuktikan. Dan ibu percaya tidak. Bunga yang mereka berikan kepada kita nggak banyak. Cuma sedikit sekali. Jarang-jarang ada yang begini." Agus memperlihatkan sebuah video, Wati pun memperhatikannya dengan seksama
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 58POV Arum"Mas juga belum tahu, tapi mana ada orang yang tiba-tiba melakukan hal konyol itu tanpa sebab tanpa alasan. Iya nggak?"tanya Mas Bayu sembari membenarkan kemeja putihnya.Hari ini aku mengenakan gamis berbahan katun berwarna biru bermoif bunga melati. "Jangan nuduh yang nggak-nggak deh, Mas. Lagian nanti kalau kita nggak punya bukti kuat, kita bisa masuk penjara."Aku khawatir mendengar asumsi Mas Bayu. Bisa masuk enjara jika menuduh orang tanpa bukti."Makanya, kemarin Mas buru-buru pasang cctv itu. Sini deh coba lihat ponsel Mas ini. Kemarin, sempet aku otak-atik biar bisa kita awasi lewat ponsel. Lihat ni," ucap Mas Bayu sembari menyodorkan ponsel miliknya. Ya, saat lelaki itu tengah memasang cctv memang aku juga tengah mengunakan ponselku. Jadi jika ponsel dia yang digunakan untuk disambungkan. Nggak masalah bagiku.Aku memperhatikan dengan seksama. Benar saja, lelaki itu berencana membuat onar. Namun beruntung Mas Bayu