Share

Bab 4. Dikerjai ibu mertua

# Dikerjai Ibu mertua

Setelah sampai tujuan, Devi melihat layar ponselnya, dan membayar sejumlah tarif yang tertera di layar.

Devi masuk ke ruangan salon dan merasa beruntung Karena kondisi sedang sepi, jadi tak perlu untuk mengantrinya.

Devi pun mengatakan sama tukang salon keinginannya untuk Spa full body, facial wajah dan creambath rambut.

Setelahnya dia diarahkan oleh pegawainya ke ruangan khusus untuk spa, dan membaringkan badannya di atas kasur empuk tapi tipis yang berukuran sesuai dengan badannya. 

Ia pun dengan pasrah sambil memejamkan kelopak matanya. Tidak menunggu lama ia sudah merasakan pijitan dan beberapa gerakan Perawatan yang lihai dari mbak salon membuatnya menguap berkali-kali.

Setelah selesai Spa lanjut untuk facial, wajahnya yang mulus tanpa jerawat memudahkan mbaknya mengolesi krim racikan andalan dari salonnya, tanpa harus memencet jerawat seperti beberapa pelanggan sebelumnya.

Devi tampak menikmati pelayanannya, dan saat ingin beranjak ke tahap selanjutnya dia melihat gaun yang indah berjejer yang digantung di dalam lemari kaca, rasa penasaran yang tinggi akhirnya memberanikan diri untuk bertanya tentang gaun itu.

"Itu gaun siapa, Mbak?" tanyanya sambil menunjuk gaun yang menggangu penglihatannya.

"Owh itu gaun baru, Mbak. Dari desainer yang lumayan terkenal menitipkan kesini untuk disewakan," jelas Mbak salon sambil menatap gaun.

Mata Devi berbinar, keinginan untuk memakainya akan segera terwujud. Membuatnya tersenyum saat membayangkan dia memakai ke acara ulang tahun teman suaminya nanti.

"Disewakan, Mbak?" tanyanya memastikan kembali.

"Benar disewakan."

"Berarti sebelumnya udah dipake sama penyewa-penyewa sebelumnya dong?" terka Devi.

"Di sini juga menyediakan beberapa gaun untuk disewakan, Mbak. Berbagai model dari hijab dan non hijab. Beberapa pelanggan banyak yang nyewa dari sini juga make up, mungkin buat acara-acara tertentu," jelasnya lagi panjang lebar. 

Memang terlihat banyak sekali dres yang berjejeran, membuatnya paham.

Sebelumnya dia tak mau tau dengan lemari kaca di salonnya yang berada di tengah ruangan. Hanya melihat dan berlalu, namun kondisi saat ini berbeda melihat ada Gaun pendek selutut berwarna hitam membuatnya penasaran.

"Untuk gaun yang ditunjuk Mbak, kebetulan belum ada yang nyewa sama sekali. Ini benar-benar baru," ucapnya lagi.

Perasaannya girang bukan main, dia mengambil dompetnya dan melihat uang cash, serasa cukup untuk membayar tagihan beserta uang sewa gaun.

Akhirnya dia menyewa gaun tersebut, dan kembali ke perawatan yang sempat tertunda tadi.

Hari beranjak makin sore, acara creambathnya sudah selesai, dan akan melanjutkan mengikal rambut di rumah, karena peralatan di rumah lumayan lengkap, make up adalah hobinya dari kecil, membuatnya memiliki lebih banyak alat makeup dari rambut sampai ratusan koleksi nail art.

Dia pulang dengan menenteng gaun yang sudah tertutup cover dari bahan kain tipis. Dan masih dilapisi plastik tebal dan gantungan baju.

Devi melipat lebih kecil agar enak membawanya.

 Dia kembali memesan ojek online ke arah warung Padang nanti, kali ini seorang Bapak lebih tua daripada tukang ojek yang tadi.

Setelah motor melaju, Devi masih dengan perasaan bahagia dan tidak sabar untuk mencoba gaun itu pun sesekali mengusapnya beberapa kali di pangkuan.

Tidak lama mereka sampai tujuan. Dia Melihat parkirannya sudah lumayan sepi, dan dia masuk lagi untuk memesan makanan karena di salon yang lumayan lama membuatnya lapar kembali.

Devi sengaja makan di sana dan tidak membungkusnya, kali ini dia mengerjai suaminya habis-habisan. Biasa sebelumnya dia akan memasakkan makanan setelah pulang kerja, Karena kebetulan pulang kerjanya lebih awal daripada suaminya. Jadi pas suaminya pulang selalu ada makanan yang tersaji di meja makan.

Devi sepertinya sudah capek dengan keadaan sebelumnya, dan sekarang dia akan bersifat bodo amat. Hanya satu tujuannya, agar suami tahu kalo perjuangan dia udah kelewat lebih. Dan merasa dirugikan banyak olehnya. 

Setelah selama makan, dia langsung pulang ke rumah yang tak lupa membayar makanannya.

Dia menarik dan memutarkan arah motornya. Kemudian mengambil kuncinya di dalam tas. Kemudian menstarter motor maticnya.

Dia melajukan motornya dengan pelan, menyusuri jalanan sambil menikmati pemandangan yang masih asri, masih banyak pohon di kanan kirinya. Rumahnya yang terletak jauh dari kota membuatnya masih bisa menikmati udara yang masih segar.

Sesampainya di rumah, masih dengan ciri khasnya saat ia sedang berbahagia, dia akan berjalan sambil bersiul atau bernyanyi.

Devi begitu riang dan membuka begitu saja pintunya.

Begitu terkejutnya ia saat memandangi pemandangan yang sangat tidak mengenakkan. Bola matanya membulat sempurna, kaget melihat keadaan rumahnya seperti kapal pecah, lantai keramiknya sudah dihiasi dengan banyak bekas telapak kaki dari lumpur basah mengintari ruangan hampir setiap inci.

 Bahkan yang paling pojok pun ada bekasnya juga karpet bulu yang sengaja ditaruh di bawah kursi sofa pun bisa-bisanya banyak butiran nasi yang menyebar di sana. Sofa yang masih kinyis-kinyis pun tak luput. Seperti disiram minyak goreng yang dilihat dari warnanya yang glowing.

Devi menghela napas kasar, dan teringat tadi sebelum pergi meninggalkan mertuanya yang masih duduk bersenderkan tembok.

'Mertua jahannam!' umpatnya sambil berjalan ke arah dapur. Padahal untuk membangunkan moodnya dia harus rela mengeluarkan beberapa lembar merah untuk ke salon. Kini moodnya benar-benar hancur tak bersisa. 

Dia melangkah pelan sambil memakai sepatu putih yang dipakai tadi, karena tak ingin kakinya menginjak lumpur basah di lantai.

Sesampainya depan kamar mandi, dia melepaskan sepatunya, dan langsung membilasnya. Memasukkan ke ember yang sudah ada di dalam kamar mandi lalu ia keluar dan hendak ke dapur untuk mengambil air putih, tenggorokannya menjadi serasa mengering.

Lagi, ia melangkah begitu saja ke arah dapur tanpa melihat kebawah, membuatnya terpeleset dan bokongnya langsung terjun bebas mencium lantai yang sudah berlumuran minyak goreng, pinggangnya langsung terasa begitu pegal, pegangan tangannya ikut terlepas saat ingin menahan bobot badannya, ponselnya terpelanting lumayan jauh.  

 Gaun yang dibawa pun ikut terjatuh dan langsung kena minyak goreng, untung saja yang terkena cuma plastiknya. Wajahnya memerah ia mendongak, tangannya mengepal.

"As*! Baji****! T*i!" Dia mengumpat habis"an untuk mertuanya, sayangnya Ibu Endang sudah pergi duluan sebelum dia pulang.

Dia tertatih, mencoba bangun dan tangannya berpegangan sama sisi tembok, akhirnya mampu berdiri, dengan rasa pegal, kram yang mengikuti.

Dia merepet tembok untuk berjalan ke arah kamar, berjalan menyamping sambil telapak tangannya merapatkan ke tembok, seperti bayi yang sedang belajar berjalan.

Sesampainya di kamar, dia langsung merebahkan badannya ke atas ranjang. Saat badannya menempel kasur, ada hawa dingin yang menjalar di tubuhnya. Baju yang dipakai pun ikut basah karenanya.

 Rambutnya yang habis creambath pun ikut basah. Devi terkejut dan bangun untuk memastikan, tangannya meraba sekitar kasur dan menekannya, matanya melotot saat mengetahui ranjangnya mengeluarkan air dari dalam, benar-benar basah.

Ia yakin, air yang dituang oleh mertuanya itu tidak cuma seember. Mungkin saja beberapa ember yang dituang. 

Emosinya seakan-akan habis dibuat mertuanya. Perasaan dongkolnya udah tak bisa digambarkan lagi. Giginya bergemeletuk. 

Dia duduk di samping ranjang dan menyandarkan badannya untuk menetralkan emosinya yang sedang menggebu. Membiarkan rumahnya berantakan, tak ada keinginan untuk membersihkan. Membayangkan saja sudah capek duluan ditambah habis terpelanting lumayan keras.

Dia membiarkan semua itu, biar suaminya aja yang membersihkan nanti atau besoknya.

Next bab selanjutnya ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status