Share

bab 2

Sementara itu pertarungan Sugeng melawan Walang Sangit dan orang bertopeng masih berlangsung sengit. Sugeng semakin terdesak beberapa kali dia telah terjatuh terkena pukulan lawan, bangkit lagi jatuh lagi dan ini membuat pikiran Sugeng semakin kacau. Luka yang dialami nya hampir di seluruh tubuh. Bahkan untuk berdiri saja sudah hampir tidak sanggup. Tenaga dalamnya pun semakin terkuras habis.

"Walang Sangit jika aku mati kali ini. Maka hidup kamu tidak akan tenang, sampai kapanpun kebenaran tidak akan pernah kalah oleh kejahatan."  Suara Sugeng menggema di tengah keputusasaan.

Walang Sangit pun menyeringai dan tertawa.

"Ha....ha....ha..! Sugeng! Ajalmu sudah semakin dekat tapi kamu masih bicara omong kosong, bicara lah sesukamu karena besok kamu sudah tidak akan dapat melihat sinar matahari pagi." Walang Sangit menyiapkan serangan susulan. Di saat bersaman pimpinan orang bertopeng juga melancarkan serangan.

“Ciat!!!”

“Hup!!”

“Dhassssss!!!”

“Walang Sangit, Sebaiknya kita gabungkan saja tenaga dalam kita. Kita sudahi pertempuran ini.” Orang Bertopeng mengajak Walang Sangit untuk segera menghabisi Sugeng

“Benar. Tidak ada gunanya membuang – buang waktu” sahut Walang Sangit

Setelah itu Walang Sangit dan orang bertopeng menyerang Sugeng dengan tenaga dalam nya. Mereka pun menggabungkan jurus. Untuk membunuh Sugeng dengan sekali pukulan. Walang Sangit mengeluarkan jurus tik tok er. Terlihat dia joget-joget seperti orang yang tidak jelas. Kemudian tampak sinar kuning mengambang di sungai keluar dari tangan Walang Sangit. Dan orang bertopeng pun tampak bermeditasi sebentar dan muncul seperti seekor ular kobra keluar dari tangan orang bertopeng.

Melihat jurus itu Sugeng terkejut dan menyadari siapa sebenarnya orang bertopeng tersebut.

"Wagiman!!!!. Sungguh kau manusia nista!!. Sungguh biadab!!! Kamu tega menghianati desa kamu sendiri!!"  Sugeng menyadari siapa orang di balik topeng tersebut.

 "Ha....ha...ha….. Sungguh hebat kau Sugeng. Meskipun sedang sekarat kau masih mengenali jurus yang aku gunakan."  Tak kalah sengit orang bertopeng itu menyahut.

Yaa Wagiman adalah satu-satu yang memiliki jurus tapak kobra di desa itu. Jurus tapak kobra bukanlah jurus sembarangan.  Jurus ini sangat berbahaya. Jurus yang bisa membuat pemilik nya perkasa dan tahan lama. Bahkan bisa mengalahkan sepuluh wanita sekaligus.

Bisa kobra akan membunuh orang dewasa dalam waktu tak kurang setengah jam. Dampak pukulan tenaga dalam nya juga menakutkan.

Wagiman adalah salah satu orang berpengaruh di Desa Tapelan. Dia adalah saudagar kaya yang memiliki banyak centeng dan pengawal. Kekayaan yang dia miliki di dapat dari usahanya sebagai tengkulak yang membeli hasil panen atau ternak warga.

Namun karena kekuasaanya. Dia membeli hasil panen tersebut dengan sesuka nya. Bahkan terkadang jauh di bawah harga pasaran. Warga desa tidak ada yang berani melawan atau mengadu kepada Sugeng. Mereka takut keselamatan keluarga terancam. Wagiman mengancam akan membunuh mereka beserta keluarganya. Jika merka berani melawan atau melaporkan tindakan keji tersebut. Selain itu Wagiman juga menjalankan bisnis simpan pinjam uang dengan bunga yang mencekik.

Desas – desus itu sebenarnya sudah didengar oleh Sugeng. Namun, setiap warga yang di Tanya ketakutan dan memilih untuk bungkam.

Desa Tapelan Dan Desa Pelem sengir terletak di Wilayah kerajaan Medang Kemulan. Namun karena sibuk terjadinya perang saudara antara kerajaan Medang kemulan dan kerajaan Papan Pansudan. Desa ini tidak mendapat perhatian dari kerajaan. Di tambah lagi Kerajaan Medang Kemulan yang di bawah koloni kerajaan Khayangan. Membuat kondisi warga semakin memprihatinkan. Warga berusaha mencari kehidupan yang layak dengan cara masing – masing.

Satu tahun yang lalu Wagiman ikut kompetisi bela diri di desa itu. Dan pemenangnya akan menjadi kuwu pemimpin Desa Tapelan. Pemimpin yang akan bertanggung jawab terhadap keamanan dan ketrentraman warga desa. Namun disaat-saat akhir kompetisi dia di kalahkan oleh Sugeng pada waktu itu. JurusTapak kobra nya di kalahkan oleh jurus kelopo santen milik Sugeng.

Di saat kondisi normal Sugeng tidak akan khawatir dengan jurus Tapak Kobra. Namun sekarang sangat berbeda, Sugeng kondisi terluka. Juga harus menghadapi serangan jurus Tik TOK er sekaligus. Jelas Sugeng tidak akan mampu bahkan akan mati sia – sia.

Tampaknya Wagiman masih dendam karena kekalahan tersebut. Sehingga dia bekerja sama dengan Walang Sangit untuk menciptakan kekacauan di Desa Tapelan. Tujuan sebenarnya adalah mengikis kepercayaan warga terhadap Sugeng. Sehingga dia bisa mengambil alih kepemimpinan di desa itu. Wagiman sengaja mengeluarkan jurus andalan nya itu karena berpikir bahwa tak lama lagi Sugeng akan mati dan tidak akan ada yang tau siapa sebenarnya orang bertopeng itu.

“Jurus Tik Tok er” Walang Sangit melayang di udara

“Jurus Tapak Kobra” Tak kalah beringas Wagiman pun menyahut. Mereka segera menggabungkan kekuatan untuk menghabisi Sugeng.

Sugeng hanya bisa pasrah tidak bergerak. Dia tahu tidak akan mampu melawan kekuatan gabungan itu. Nyawanya tidak akan tertolong lagi. Seketika suasana menjadi mencekam. udara panas dan gelap menyelimuti area itu. Semua mata tercengang. Mereka terkejut melihat dua kekuatan gabungan yang sangat menakutkan.

Mulut mereka ternganga!!!

 "Blaaarrrr."

“Duarrrrr”

Seberkas sinar kuning mengambang di sungai melesat ke arah Sugeng di ikuti jurus tapak tangan kobra milik Wagiman. Tamat sudah riwayat Sugeng.  

"Tuan Kuwu" Teriak warga tercekat, Mereka ingin menolong tapi, Semua terlambat.

Detik-detik serangan itu akan menghabisi Sugeng terlihat seberkas cahaya biru di langit menyongsong serangan Walang Sangit dan Wagiman.

"Buuuummmm!!!! Bluaaarrrr!!!! Craaakkkk!!!”

Terdengar dentuman keras disertai bumi berguncang seperti gempa, semua orang terbengong-bengong melihat dahsyat nya jurus itu. Hati mereka bergidik sungguh jurus yang sangat dahsyat guman beberapa warga desa.

kasak kusuk mulai merebak, banyak mereka berspekulasi mengenai jurus itu.

Walang Sangit dan Wagiman terpental ke udara dan jatuh nyusruk ke tanah. Seketika itu juga Wagiman tergeletak pingsan tak bergerak. Sementara Walang Sangit tampak terkejut. Dia sangat ketakutan darah kurang segar keluar dari mulutnya.

"Kaslan.." Runtuk Walang Sangit dalam hati dia mengenali jurus kompor biru milik Kaslan. Jurus yang sangat menakutkan membuat mental nya turun. Tiga tahun yang lalu Walang Sangit pernah merasakan dahsyatnya jurus ini. Apa saja akan terpanggang mateng. Biar sapi sekali pun bisa menjadi sate.

Menyadari siapa yang dihadapi. Walang Sangit segera bangkit dan mengambil langkah seribu tapi ternyata kebanyakan langkahnya yang dia ambil adalah dua ribu maka dia masih punya kembalian seribu. Dalam sekejap Walang Sangit pun menghilang di kegelapan malam.

Meski pun Sugeng adalah kakak se perguruan Kaslan di padepokan Tambak Selo. Namun dia tidak memiliki jurus kompor biru. Karena saat eyang guru memberikan jurus tersebut, Sugeng bolos tidak masuk. Nah penulis ingin mengingatkan kepada pembaca jangan suka bolos. Karena akibat nya bisa sangat fatal dan juga sangat berbahaya.

Menyadari Walang Sangit akan melarikan diri Kaslan segera bergerak untuk mengejarnya.

"Hueek ... Hueeekk..." Sugeng tiba-tiba memuntahkan darah kental bercampur bakwan sayur yang dia makan sore tadi. Kaslan pun menghentikan langkahnya dan mundur menghampiri Sugeng.

"Kang mas Sugeng bagaimana keadaan mu." kata Kaslan seraya membopong tubuh Sugeng menepi dari area pertempuran. Muka nya tampak khawatir. Melihat kondisi Sugeng yang memprihatinkan.

"Luka da.. da.. dalam ku." kata Sugeng terbata-bata,

"Kang mas Sugeng jangan banyak bergerak dulu. Aku akan mencoba menyalurkan energi internal ke dalam tubuh kang mas Sugeng."  Kaslan segera mengambil posisi duduk bersila. Dia menempelkan telapak tangan nya ke punggung Sugeng.

Aliran hangat merayap ke seluruh tubuh Sugeng.  Namun karena luka yang di derita sangat parah. Sugeng mendadak tidak sadarkan diri. Kaslan pun menghentikan penyaluran energi tersebut. Kemudian  menotok beberapa titik nadi Sugeng untuk menghentikan pendarahan nya. Kaslan sangat prihatin melihat keadaan kakak seperguruan nya. Kondisi yang sangat mengenaskan.

“Kang mas Kaslan Wilayah timur sudah aman terkendali” Jono tiba – tiba Muncul diarea situ dan memberikan laporan kepada Kaslan.

"Bagus. Kau memang bisa diandalkan."

“Jono, Cepat bergerak kearah barat bantu Kardi dan yang lain nya” Kaslan segera memberi perintah karena dia lihat di area barat masih sengit terjadi perkelahian.

“Baik Kang” Jono langsung merangsek kearah barat. Di ikuti dua puluh lima orang kawan – kawan nya.

"Serbu!!!!! Habisi para perampok itu!! pertahankan desa kalian!! Jaga Harkat dan martabat kalian" Suara Jono membahana memacu semangat warga yang kembali membara.

"Bunuh!!!!!"

"sikat!!!"

"Serbuuuuuu!!!!"

Jono membaur bertempur bersama warga, suara pedang beradu masih terdengar sengit. pelan tapi pasti para perampok mulai tertekan.

Jeritan meyayat hati terdengar dimana - mana, bau anyir darah menyelimuti seantero medan laga.

 Setelah beberapa saat kemudian Rinto dan Bajang tiba. Mereka sangat kaget melihat kondisi luka yang dialami Sugeng. Luka yang sangat parah kalau orang biasa mungkin sudah meregang nyawa.

“Bagaimana keadaan Kuwu?” Bajang bertanya setelah melihat Tubuh Sugeng tergeletak bersimbah darah.

“Luka Kang Mas Sugeng sangat parah, tapi jangan khawatir aku telah menghentikan darah yang keluar dan mencoba menyalurkan tenaga dalam ku. Setidaknya itu pertolongan pertama yang bisa kita lakukan.” Kaslan mencoba menjelaskan kondisi Sugeng.

“Dimas Bajang!!!. Tolong tangkap Wagiman, ikat dan bawa dia ke penjara balai desa. Beberapa yang lain bantu warga memadam kan api. Aku akan membawa kang mas Sugeng ke rumah nya. Kalau kondisi sudah aman semua berkumpul di balai desa.” Tegas Kaslan lagi.

 Kaslan pun memerintahkan rinto untuk coba mengejar dan menangkap Walang Sangit.

“Dimas Rinto, bawa 10 orang mu untuk mengejar Walang Sangit, Usahakan tangkap hidup - hidup. Lima belas orang lain nya bantu warga yang terluka, bawa mereka ke balai desa untuk di obati” ucap Kaslan

“Baik Kang” Rinto menjawab seraya bergerak kearah selatan bersama  sepuluh orang kawan nya. Arah dimana lenyap nya bayangan Walang Sangit terakhir. Sementara lima belas anak buah rinto segera menyisir medan laga, untuk menyelamatkan warga yang terluka.

Setelah memberi tugas Kaslan pun menggendong tubuh Sugeng untuk segera dibawa pulang kerumah nya. Kaslan tidak perlu khawatir dengan pertempuran yang terjadi. Dia sangat paham bahwa kekuatan inti dari musuh ada di walang sangit dan Wagiman. Tanpa pimpinan mereka Kardi dan kawan - kawan pasti bisa mengatasi nya. Kaslan memutuskan keselamatan Sugeng lebih penting.

Sementara di sisi pertempuran lain, Ki Supono terus terdesak, kadang maju dan kadang juga mundur.

Di saat yang paling kritis dan mental ki supono jatuh tiba-tiba terdengar banyak derap kuda yang semakin lama semakin mendekat. Disertai teriakan keras, tampak dua puluh lima orang berkuda dengan gagahnya datang membantu mereka.

“Serang!!!! Bunuh!!! Habisi para perampok” Tampak Kardi di barisan depan menyeru kepada teman – teman nya.

para penunggang kuda itu pun menyerbu dan mengamuk di dalam pertempuran. Keadaan pun berbalik yang tadinya warga desa terdesak dan putus asa. Kini mereka merasa diatas angin, Setelah bantuan dari Pelem Sengir datang. Semangat warga kembali bangkit. Dengan sisa - sisa tenaga yang mereka miliki.

 Menyadari musuh mendapat bantuan para perampok terkejut. Beberapa perampok pun berusaha untuk kabur. Mereka pontang-panting lari kesana kemari terkentut-kentut.

Sepuluh orang bertopeng yang tak lain adalah centeng Wagiman pun tak kalah kaget nya. Mereka Tak Menyangka Musuh akan mendapat bantuan dari luar. Dengan sekuat tenaga mereka menyongsong serangan lawan.

Kardi bersama dua puluh lima warga desa Pelem Sengir pun terus mengamuk.

"Ayooo!!! kita habisi mereka" salah satu orang bertopeng berseru dan menunjuk kearah Kardi

"Hantammm!!!"

kembali pertempuran pecah semakin sengit. Jeritan dan Lolongan suara kesakitan membahana.

para perampok semakin terdesak, kondisi mereka sungguh sangat tidak menguntungkan.

Bagaikan banteng ketaton Kardi mengamuk, mengobrak abrik pertahanan musuh.

Sepuluh orang centeng Wagiman segera mengepung Kardi. Mereka segera mengeroyok kardi. Mereka tak ingin jatuh korban lebih banyak lagi dipihak nya. Kardi harus segera dilumpuhkan.

Kardi mencabut pedang dan menyambut serangan para centeng. Tubuhnya melayang diudara, menghidari sabetan pedang para musuh.

Para centeng itu mulai membentuk formasi unik. Tiga orang berada di tengah dan tujuh orang berpencar membentuk bintang bermata tujuh. Jurus gabungan pedang tanpa bayangan. kecepatan jurus pedang mereka sangat luar biasa cepat. Sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Mereka terbang diudara membentuk formasi bintang bermata tujuh. Semua mata bintang siap untuk melahap Kardi. Kecepatan serangan yang sulit untuk di deteksi lawan.

Setiap Kardi melancarkan serangan, selalu kandas. Tiga orang di tengah selalu memblokade jurus pedang yang dikeluarkan Kardi. Kardi merasa tertekan

"Trangggg!!!"

"Jleb!!" Sebuah tusukan pedang mengenai punggung Kardi.

"Aaah!!!! Jahanam kalian"

"Sreeet" Kembali sabetan pedang mengenai pinggang kardi

Kardi terkaget!! kecepatan yang belum pernah dia lihat sebelum nya. Dalam hati Kardi meruntuk kesal. Kardi berfikir tidak akan menang jika terus bertempur dengan jurus pedang. Ini sama saja dia harus mengikuti alur permainan musuh. Kardi harus menciptakan alur pertempuran yang berbeda. Dia harus keluar dari tekanan musuh.

Kardi mengambil kesimpulan. Dia akan mengunakan kekuatan tenaga dalam nya. Secepatnya dia harus menjatuhkan musuh. Dengan cepat Kardi mundur ke belakang. Dia sengaja mengambil jarak, Guna menyiapkan pukulan tenaga dalam nya.

Para Centeng berfikir Kardi sudah habis. Melihat Kardi mundur mereka semakin bersemangat. di kejarnya Kardi tanpa apun. Tanpa memberi kesempatan untuk menghindar.

"Matilah kau!!!"

"Trang!!!"

"Klangggg!!!"

Serangan silih berganti terus memburu Kardi.

"Sungguh Formasi jurus pedang yang sempurna" Keluh Kardi dalam hati.

Kardi tak ingin membuang waktu. Dengan cepat dia melompat mundur di udara. Dan ketika kembali turun ketanah. Dengan tenaga penuh Kardi melepaskan pukulan tenaga dalam nya. Angin badai bergemuruh. Pukulan Kardi menghatam dua orang centeng. Tubuh mereka terlempar di udara dan jatuh mendarat dengan kasar ditanah. Mereka memuntahkan darah. Dada mereka serasa di hantam tsunami. Dua Centeng itu tak sanggup lagi melanjutkan pertempuran. Luka dalam nya teramat parah.

Kardi mendarat ketanah dengan sisa - sisa tenaga nya.

"Menyerahlah kalian!!!" Dengan suara bergetar kardi menatap tajam delapan orang centeng tersisa.

Delapan orang centeng saling pandang. Dan Mereka pun kembali melayang di udara untuk membentuk formasi yang sama. kali ini satu orang di tengah dan tujuh orang membentuk mata bintang pembunuh.

"Jangan bermimpi kisanak, Kami akan menghabisi mu." Teriakan salah satu centeng memotivasi kawan mereka. Sebenarnya mereka sangat ngentar melihat pukulan tenaga dalam yang di miliki Kardi. Namun, mereka sangat paham bahwa Kardi telah terkuras tenaga nya. Jadi Kalau mereka bisa memanfaat situasi ini maka mereka akan memenangkan pertempuran ini. Mereka harus berinisiatif untuk menyerang.

"Tranggg!!!!!!!"

"Tring!!!!!!"

"TRuunggg"

pertempuran intens kembali membara. Meskipun berkurang dua orang namun jurus pedang tanpa bayangan yang di gabung dengan formasi tujuh bintang masih sangat berbahaya.

Ini terbukti Kardi yang masih sangat keteteran meladeni serangan mereka. Kembali sabetan mengenai lengan sebelah kanan kardi. Di susul sabetan pedang mengenai dad kiri Kardi.

"Splashhh!!!"

"SReeeTTT!!!"

Belum hilang rasa terkejut para centeng karena Formasi mereka kandas. Tiba - tiba dari arah timur terdengar ke gaduhan.

"Bunuh!!!!!"

"sikat!!!"

"Serbuuuuuu!!!!"

Jono dan kawan - kawan datang dengan semangat 45 nya.

Nyali para perampok seketika menciut. Darah mereka seakan membeku. Melihat bantuan datang silih berganti.  Membabi buta mengancurkan pertahanan mereka. Raut keputusaan, mental mereka sudah drop. Inilah yang diharapkan Kaslan. Musuh terkejut dan kocar - kacir.

"Menyerahlah kalian semua!!!"

"Jangan bertindak bodoh!!!"

"Pimpinan kalian sudah kami tundukan"

Suara Jono yang lantang bagaikan petir di siang bolong. Mereka terdiam dan ternganga tak percaya. Pimpinan mereka telah kalah. Tidak ada gunya lagi mereka melawan.

“Glontang!!!, bug, preng” Terdengar suara senjata berjatuhan.

Satu persatu dari para penjahat itu pun menjatuhkan senjata mereka.

 Dalam sekejap suasana pun menjadi sunyi senyap, para pengacau itu pun di giring ke arah balai desa. Malam itu juga di masukan ke dalam penjara yang terletak di balai desa.

Sementara Rinto yang mengejar Walang Sangit pun kehilangan jejak dan kembali ke balai desa.

Ada raut bahagia dan juga sedih tampak di wajah penduduk desa. Karena mereka bisa mengalahkan para perampok yang mengacau di desa mereka. Namun mereka juga sedih karena banyak rumah penduduk yang hangus terbakar dan juga sanak saudara mereka yang menjadi korban.

Sementara itu Sugeng tergeletak pingsan di kamarnya Kaslan berusaha menyelamatkan Sugeng. Kembali dia menyalurkan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan luka dalam Sugeng. Serta membantu menambah energi nya. Kaslan masih menotok beberapa bagian tubuh Sugeng untuk menghentikan darah yang mengalir dari luka nya. Istri Sugeng membalurkan ramuan obat dari tanaman yang tumbuh di area desa. Untuk menyembuhkan luka suami nya. Berangsur-angsur wajah dan tubuh Sugeng mulai membaik.

"Dimas Kaslan terima kasih telah menyelamatkan nyawa suami ku." Kata Sumartini kepada Kaslan.

"Itu sudah menjadi tanggung jawab ku yunda." kata Kaslan menjawab. "malam telah larut sebaik nya yunda Martini istirahat, aku akan keluar membantu warga desa menjaga para tawanan di balai desa. Semoga besok keadaan kakang mas Sugeng sudah membaik, karena besok siang kita akan mengadili para penjahat itu . Setelah pemakaman para warga desa yang menjadi korban." kata Kaslan melanjutkan.

"Biarlah dimas Kaslan, aku akan tetap di sini menunggu suamiku siuman." Sumartini menimpali.

“Jika Kang mas Sugeng Siuman berikan minuman obat ini, obat ini untuk menyembuhkan luka dalamnya” Kaslan memberikan ramuan herbal kepada Martini.

“Baiklah Dimas, aku tidak tau harus mengatakan apa, kau sudah banyak membantu kami.” Kata Sumartini seraya menerima obat herbal dari Kaslan.

"Baiklah yunda kalau begitu aku pamit dulu ke balai desa." kata Kaslan seraya pamit undur diri.

Kaslan pun segera pergi membantu mengobati warga desa yang terluka di balai Desa, tampak di sana Ki Supono yang sedang di bopong oleh  jono sementara bajang dan rinto membantu warga desa yang rumahnya terbakar untuk mengungsi di balai desa. Kardi pun tampak mengobati lukanya.

Pada keesokan hari nya seluruh tawanan di adili di balai desa, tawanan itu ter tunduk lesu. Warga berkerumun menyaksikan pengadilan itu.

Tampak para sesepuh desa sudah hadir guna mengambil tindakan dan hukuman terhadap para penjahat desa. Keputusan diambil dalam rapat yang sangat a lot. Untuk mencapai kata mufakat di butuhkan waktu sampai tiga kali sidang. Sidang pun terkadang maju bahkan terkadang mundur.

Pada sidang pertama di putuskan sepuluh pengawal Wagiman di putuskan bersalah, akan dijatuhi hukuman kurungan seumur hidup. Dan juga hukuman kerja paksa tanpa di bayar untuk membangun desa Tapelan. Namun sepuluh pengawal Wagiman itu memohon keringanan dan bersedia mengabdi kepada desa nya. Serta berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Mereka diwajibkan membangun kembali rumah warga. Akhirnya Sugeng dan para sesepuh desa mengabulkan permintaan sepuluh pengawal Wagiman. Dengan keringanan itu sepuluh pengawal Wagiman akan di terjunkan jika kondisi desa terancam, untuk membuktikan kesetiaan mereka.

Mereka harus membangun kembali rumah warga yang telah di rusak sebagai hukuman. Dan juga tetap menjalani kurungan selama satu tahun untuk membuktikan kesetiaan mereka kepada Sugeng. Selain itu apa bila desa ada pembangunan mereka di wajibkan bekerja untuk membantu tanpa harus dibayar.

Pada Sidang kedua Anak Buah Walang sangit di putuskan bersalah dan di hukum selama sepuluh tahun kurungan. Mereka juga di wajibkan bekerja tanpa di bayar, jika masa hukuman telah selesai mereka bebas untuk memilih kembali ke dunia persilatan atau mau menjadi warga desa Tapelan dan mengabdi pada Sugeng.

Pada Sidang ketiga berjalan sangat a lot, beberapa sesepuh memutuskan hukuman mati kepada Wagiman. Namun juga ada yang beranggapan itu terlalu kejam.

Setelah debat kusir keputusan akhir diambil yaitu aset Wagiman seluruh nya di sita tanpa terkecuali. Wagiman di jatuhi hukuman kurungan seumur hidup. Keluarga nya di usir dari Desa tersebut tanpa membawa apa pun. Titik central kekuatan internalnya Wagiman di hancurkan sehingga dia tidak bisa lagi belajar olah kanuragan. Selama lima Tahun Wagiman Wajib kerja Paksa untuk membantu warga desa. Sementara seluruh aset kekayaan nya di sita akan di kelola oleh Desa Tapelan. Untuk di gunakan bagi kesejahteraan desa.

Setelah kejadian perampokan itu Sugeng bekerja sama dengan padepokan Tambak Selo membangun tempat pelatihan olah kanuragan bagi warga setempat.

Para Pemuda dilatih dan di didik untuk menjadi anggota SatGas Khusus pengamanan desa.

Untuk segi keamanan Sugeng mewajibkan Warganya untuk patroli bergiliran setiap malam, jika ada gerakan yang mencurigakan mereka akan melaporkan kepada Sat Gas Khusus pengamanan. Sat Gas pengamanan ini mempunyai markas didekat balai desa. Sekaligus bertugas secara bergantian menjaga para tahanan. Singkat cerita Kondisi desa berangsur – angsur pulih seperti biasa.

Bahkan keadaan ekonomi mulai membaik, bisnis mereka berjalan lancar tanpa ada yang memonopoli, mereka bebas menjual barang nya ke siapa saja tannpa harus melalui Wagiman lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status