Share

PENDEKAR GUNUNG MANGGIR
PENDEKAR GUNUNG MANGGIR
Penulis: Kusyanto

bab 1

Di sebuah desa yang terletak di sebelah selatan Gunung Manggir hiduplah sepasang suami istri yang sangat bersahaja, tampak kesederhanaan namun tersirat rasa was-was di wajah mereka.

Desa tersebut bernama Pelem Sengir sedangkan sepasang suami istri itu bernama Kaslan dan Rukmini, kehidupan sehari-hari mereka adalah seorang petani yang juga memiliki beberapa ternak sapi dan kuda. Sang istri terlihat sedang hamil tua dan mengandung anak pertama, raut penuh harap dan juga rasa cemas terlihat jelas di mata mereka. Di malam yang mulai merayap naik Rukmini tidur manja di pangkuan suaminya, mereka sedang asik membicarakan tentang anak mereka yang akan segera lahir.

"Dek Mini usia kandunganmu sudah memasuki usia delapan bulan. Kalau tidak ada halangan bulan depan anak kita lahir." Sela Kaslan sambil membelai rambut istrinya.

"Benar kang, dan bulan depan itu sudah masuk bulan suro, Raja Watu Ireng akan mencari anak yang lahir di bulan suro untuk di jadikan tumbal kekuatannya" ucap Rukmini.

Bulan Suro dalam penanggalan dianggap atau dipercaya sebagai bulan kegelapan dimana kekuatan hitam roh-roh jahat akan bertambah dibulan itu. Akan tetapi, di bulan itu juga banyak yang percaya akan muncul kekuatan kebaikan yang akan mengalahkan kekuatan tersebut.

"Jangan terlalu banyak pikiran. Aku takut kesehatan mu akan terganggu jika terlalu banyak pikiran, Aku akan melindungi mu dan bayi kita dari tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kamu harus menjaga kesehatan demi bayi kita." Kaslan menimpali istri nya, namun dalam lubuk hati yang paling dalam tersembul rasa khawatir yang sangat luar biasa.

"Pada saat nya aku akan membawamu ke tempat yang jauh untuk menghindari Raja Watu Ireng dan prajuritnya." ucap Kaslan meneruskan.

Watu Ireng adalah raja negeri Khayangan. Dia memiliki kekuatan yang luar biasa dan tidak ada tandingan nya di jagat raya. Namun, kekuatan itu ia dapatkan dengan menumbalkan anak-anak yang lahir di bulan suro. Selain itu negeri Khayangan memiliki kekuasaan yang sangat luas. Bahkan banyak negeri-negeri lain tunduk pada perintah Raja Watu Ireng. Ketika mereka sedang asik bercengkrama tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk. “Tok..tok..”

"Dek Rukmini sebaiknya kamu masuk ke kamar. Aku mau melihat siapa yang datang." Kaslan berkata pada istri nya. "Iya kang." jawab Rukmini seraya beranjak pergi masuk ke kamar.

Setelah melihat istrinya masuk ke kamar Kaslan pun bangkit dari tempat duduknya dan melangkah untuk membuka pintu. "Sreet.!!"   seorang seorang laki-laki berusia sekitar lima puluh tahun berdiri di depan pintu dengan tergopoh-gopoh,

"Ki Supono?" seru Kaslan.

"Ada apa malam-malam begini datang kemari?" Tanya Kaslan lagi.

"Anu.. anu.. annnn den... Tuan Kuwu mengutus saya." kata Ki Supono tergagap. Kuwu adalah sebutan untuk pimpinan desa setingkat lurah atau kepala desa.

"Gerombolan Walang Sangit menyerang dan merampok warga Desa Tapelan." Ki Supono meneruskan.

"Tuan Kuwu mengutus saya kesini untuk minta bantuan." Wajah Ki Supono penuh ke khawatiran.

"Walang Sangit!!!! Kurang ajar aku akan memberikan pelajaran karena sudah berani mengganggu ketenangan kakak ku." Amarah membuncah didada Kaslan.

"Tuan Kuwu dan warga desa berusaha membendung mereka."  Ki Supono merinci."

"Namun karena banyak yang tidak tau olah kanuragan banyak warga yang menjadi korban." terang Ki Supono lagi.

"Baiklah kalau begitu. Ki Supono berangkat lah dulu. Aku akan mengumpulkan beberapa warga Desa Pelem Sengir untuk membatu warga Desa Tapelan." ujar Kaslan

"Terima kasih den, kalau begitu saya berangkat dulu." ucap Ki Supono sambil melangkah mundur dan segera menghilang di kegelapan malam.

Ki Supono adalah orang kepercayaan Sugeng. Sudah membantu keluarga itu selama kurang lebih lima belas tahun. Dari Sugeng masih belum menikah Ki supono sudah ikut mendampinginya.

Pada saat Sugeng sudah menikah dan menjadi Kuwu. Ki Supono semakin setia mendampingi Sugeng. Tugas pokoknya adalah merawat dan mengurus kuda-kuda yang di miliki Sugeng. Biar pun tugas nya cuma mengurus kuda namun Ki Supono memiliki olah kanuragan yang tidak bisa dianggap remeh.

 Sementara Sugeng adalah kakak seperguruan Kaslan. Mereka dulu pernah sama-sama belajar di Padepokan Tambak Selo. Namun setelah mereka menikah mereka memutuskan untuk menepi dari dunia persilatan, Sugeng menjadi kuwu di Desa Tapelan sementara Kaslan menjadi petani di Desa Pelem Sengir. Hubungan mereka sangat dekat karena desa tersebut berbatasan dan berjarak kurang lebih sepuluh kilo meter dan di saat waktu luang mereka saling berkunjung.

Ingatan Kaslan kembali ke tiga tahun yang lalu yaitu ketika mereka berdua tidak sengaja memasuki Alas Crawang (Hutan Trawangan) mereka bertemu dengan Walang Sangit dan gerombolannya dan memeras mereka. Namun, dengan ilmu kanuragan yang mereka miliki Walang Sangit dan gerombolannya di buat kocar-kacir, lari terbirit-birit dan terkencing-kencing di celana.

Tampaknya Walang Sangit masih menyimpan dendam membara di dadanya. Dan dia putuskan untuk membuat perhitungan dengan merampok desa yang di pimpin oleh Sugeng.

Setelah Ki Supono sudah hilang di kegelapan malam. Kaslan lalu memanggil istri nya, dan menjelaskan bahwa telah terjadi perampokan di Desa Tapelan. Kemudian Sugeng mengutus Ki Supono untuk meminta bantuan.

“Dek Rukmini, telah terjadi musibah besar di desa Tapelan.” Ujar Kaslan kepada istrinya.

“Musibah? Apa yang terjadi kang?” Dengan raut muka penasaran Rukmini bertanya kepada suaminya.

“Walang Sangit dan gerombolan nya telah berulah. Kali ini mereka menyerang dan merampok desa Tapelan” wajah merah Kaslan penuh dengan emosi yang berusaha di tahan.

“Terus bagaimana situasinya sekarang kang?” Rukmini semakin was – was. Rasa khawatir akan keselamatan sugeng dan martini merasuk dalam hatinya.

“Kang Mas Sugeng Mengutus Ki Supono Kemari Untuk Meminta bantuan. Saat ini kang Sugeng dan warga mencoba bertahan dari amukan para perampok. Mereka terdesak. Dan aku tidak bisa tinggal diam, Untuk membiarkan semua ini. Aku akan berangkat ke desa Tapelan dengan beberapa warga desa.” Lanjut Kaslan.

“Hati – hati kang, Walang Sangit sangat berbahaya.” Rukmini mengingatkan suami nya agar waspada, karena sudah menjadi rahasia umum gerombolan Walang Sangit sangat di takuti dan sering membuat onar. Tindak – tanduk mereka sangat meresahkan.

“Dek Rukmini jaga diri di rumah. Akang berangkat”. Kaslan pamit dan mengecup kening istri nya. Dengan berat hati Rukmini melepas kepergian suaminya.

Setelah meminta izin kepada istrinya, Kaslan pun bergegas mengambil kuda dan mengumpulkan warga untuk membantu Sugeng yang menjabat sebagai kuwu di Desa Tapelan. Tak kurang dari seratus warga pun telah terkumpul.

Mereka dipimpin oleh empat orang Kardi, Jono, Rinto dan Bajang. Mereka adalah empat orang tetengga Kaslan yang memiliki ilmu tenaga dalam lebih baik dibanding warga lainya.

“Berapa Orang yang terkumpul?” tanya Kaslan.

“Kurang Lebih seratus orang Kang.”  Tegas dan penuh semangat terlihat jelas di wajah Jono

“Jono Kau Berangkat duluan. Bawa dua puluh lima orang bersamamu. Kau aman kan daerah sebelah timur.” Kaslan Mengatur strategi. Dia sengaja mengirim orang sedikit - demi sedikit.

hal ini dimaksudkan untuk mempengaruhi kondisi psikologis lawan. Lawan akan berpikir bantuan datang terus mengalir tanpa henti. Sehingga akan membuat mental mereka down. Kondisi itulah yang diharapkan oleh Kaslan sehingga mereka akan dengan mudah mengalahkan musuh.

“Baik Kang, aku berangkat sekarang. Kawan - kawan semua!!! Dua puluh lima orang ikut aku, kita akan menyisir bagian timur dari desa” Jono Berseru, di sambut teriakan semangat dari para warga. Jono dan dua puluh lima orang warga pun telah berlalu dan lenyap di kegelapan malam.

“Bajang!! Apakah kau sudah siap?" Suara berwibawa dan kharismatik Kaslan dengan tegas memecah keheningan. "Bawa dua puluh lima orang kalian bantu warga di sebelah utara.” Kaslan melanjutkan lagi strategy nya. Kaslan sengaja membagi mereka dalam kelompok kecil dan datang bergelombang. Hal ini dimaksudkan untuk menipu musuh. Pastinya musuh mengira mereka terkepung pasukan yang datang silih berganti tanpa henti. Selain itu dengan menyisir dari berbagai sudut desa. Untuk melihat situasi desa secara keseluruhan. Mencegah apabila ada musuh yang kabur. Dan juga melindungi seluruh warga dipenjuru desa.

“Siap Kang!!, Kawan _ kawan!! Dua puluh lima ikut aku. Kita bantai musuh di sebelah Utara.” Lanjut Bajang dan segera bergerak bersama dua puluh lima warga, mereka pun lenyap di kegelapan malam.

“Rinto!! kondisi diarea selatan akan menjadi tanggung jawabmu. Berhati - hatilah meskipun medan disana terlihat lebih mudah namun akan sangat berbahaya jika kita meremehkan nya. Kau bertugas mengamankan daerah selatan. Bawalah dua puluh lima orang bersama mu.”  Dengan serius Kaslan meneruskan.

“Baik Kang!! Saya akan melakukan yang terbaik. Daerah selatan akan menjadi tanggung jawab saya. Kawan – kawan ayo kita berangkat.” Serentak dua puluh orang warga bergerak mengikuti Rinto. Tidak terbersit rasa ketakutan sama sekali di wajah mereka. Semangat juang mereka untuk membela saudaranya patut di acungi jempol. Setelah Rinto dan kawan – kawan nya lenyap. Kaslan menatap Kardi dengan seksama. kemudian dia menepuk pundak Kardi.

“Kardi, Kau bertugas di sebelah barat. Ini adalah medan yang paling berat, karena di sana terjadi pusat pertempuran.” Kaslan menjelaskan. Sebelumnya Ki Supono telah memberitahukan bahwa warga telah terdesak kearah barat.

“Siap Kang, Mohon petunjuk apa yang harus saya lakukan”  wajah Kardi tampak sangat tegang. Ada perasaan campur aduk dalam hatinya. Senang karena dia dipercaya untuk memimpin teman – teman nya di jantung pertempuran. Namun ada juga rasa takut menyeruak dalam hatinya. Nama besar Walang Sangit dan gerombolan nya tidak bisa dianggap remeh. NamunTekad Kardi sudah bulat. Dia akan membayar kepercayaan yang diberikan Kaslan dengan kemenangan.

“Kau membantu Warga di area pertempuran, Sementara aku akan mencoba membendung Walang Sangit, Karena dia sangat berbahaya.”  Kaslan meneruskan

Mereka pun segera berangkat menuju Desa Tapelan dengan memacu kuda mereka laksana angin.

Sementara itu di Desa Tapelan jeritan dan tangisan terdengar di mana-mana.

Raungan kematian membelah pekatnya malam. Rumah-rumah banyak yang dibakar. Teriakan minta tolong hampir terdengar di setiap penjuru desa.

 Sugeng dengan gagah berani menghalau setiap serangan dari para perampok. Jurus Kelopo Santen yang ia miliki berhasil mengobrak-abrik pertahanan para perampok. Sementara Walang Sangit memperhatikan dengan geram ketika melihat banyak anak buah nya jatuh bergelimpangan.

"Sugeng saatnya kamu mati malam ini!!" seru Walang Sangit sambil meloncat di hadapan Sugeng.

Untuk membentengi anak buah nya. Seraya mengirimkan pukulan tangan kosong yang di sertai tenaga dalam.

"Wussssss glarrr!!!" terdengar suara gemuruh angin dan seberkas cahaya kekuningan mengambang disungai melesat kearah Sugeng. Sugeng sangat terkejut melihat serangan mendadak tersebut. Segera dia membanting tubuhnya kekiri untuk menghindari hantaman Walang Sangit.

"Bllaarrrr!!! sinar itu menghantam pohon dan langsung hancur bekeping-keping. Dada Sugeng pun bergemuruh amarah nya memuncak. Hampir saja dia menjadi sasaran empuk pukulan walang sangit.  Jantung nya serasa berhenti berdetak, pukulan dahsyat Walang Sangit berhasil dia hindari. Telat sedikit saja pasti dia akan merengang nyawa. Setelah berhasil mengatur nafas nya, segera dia kumpulkan kembali tenaga dalam nya. dia akan mengeluarkan jurus pamungkas Aji Kelopo Santen. Walau bagaimanapun dia pernah melihat betapa dahsyat nya kekuatan Walang Sangit.

Disatukannya kedua tangannnya dan mulai membaca mantra. Asap putih mengepul keluar dari tangan nya. Disertai bau yang sangat menyengat kemudian. udara mulai panas disekitar medan laga. Aura mencekam dan menakutkan terlihat dari kekuatan internal Sugeng. Kemudian di hantamkan tangan nya ke arah Walang Sangit.

Tidak mau kalah Walang Sangit juga mengeluarkan jurus tik tok er, untuk membendung serangan Sugeng. Walang Sangit bergerak dan berjoget seperti orang gila, Kembali sinar kuning mengambang di sungai keluar dari tanganya.

"Blarrrr!!" kedua tangan itu pun beradu terdengar suara ledakan yang disertai udara menjadi panas di area pertempuran, Sugeng dan Walang Sangit pun terpental kira-kira sepuluh meter dan jatuh ketanah masing-masing memuntahkan darah dari mulutnya.

“Huek…. Huekkk, crottt” Darah segar keluar dari mulut Walang Sangit.

“Sugeng!!!, Aku tidak akan membiarkanmu lepas malam ini, aku akan membalaskan dendamku tiga tahun yang lalu.”  Walang sangit sambil berusaha bangkit sambil memegang dadanya yang terasa sesak.

“Walang Sangit!! Berhentilah, Sudahi semua ini, Dendam hanya akan membawa kesengsaraan.” Sugeng Berusaha bersikap tenang. Tapi dalam hatinya dipenuhi kekalutan. Dia telah merasakan kekuatan Walang Sangit yang begitu dahsyat.

“Ha…. Ha…, Sugeng simpan saja omong kosong mu itu, aku akan membunuh mu.” Teriak Walang Sangit sambil mencabut pedang nya. Sugeng pun tak kalah sigap menyongsong serangan itu. Di cabut nya pedang dari sarung untuk membendung keberingasan Walang Sangit.

“Trang… Trung…. Treeeng… Trinnnggg.. Tronggg” Suara pedang dilapisi dengan kekuatan tenaga dalam yang sangat tinggi beradu. Sungguh sangat memekakan telinga. Udara berubah drastis saat kedua kekuatan beradu.

Jurus medot katresnan adalah salah satu jurus pedang dari padepokan tambak selo, jurus ini sangat terkenal di dunia persilatan. Gerakan pedang tampak beraturan, kadang – kadang gerakan naik kadang – kadang gerakan turun mendadak memotong atau memutus. Ini membuat Walang sangit kewalahan. Pelan tapi pasti Walang Sangit makin terdesak. Namun nafsu membunuh sudah memenuhi dadanya. Walang Sangit tidak berfikir jernih, menyerang dengan membabi buta.

Walang Sangit tetap Mengunakan Jurus Sinar Kuning Mengambang di Sungai untuk mengimbangi jurus medot katresnan milik Sugeng

 Dengan sisa-sisa tenaganya Sugeng secara intens meningkatkan serangan nya terhadap Walang Sangit. Dengan Jurus pedang Medot Katresnan, Sugeng secara pasti berhasil menguasai jalan nya pertempuran. Disaat gerakan Walang Sangit semakin melambat, Sugeng dengan cepat melihat kesempatan untuk mengakhiri pertempuran itu. Dia kirimkan serangan mendadak menusuk kearah dada Walang Sangit.

Namun disaat pedang hampir mengenai dada Walang Sangit. “Trang….”  berkelebat bayangan hitam menangkis serangan Sugeng. Tampak orang itu di ikuti oleh sepuluh orang berpakaian hitam. Dan semua orang itu memakai topeng yang menutupi wajah mereka. Bayangan tersebut berdiri dekat pohon tidak jauh dari Sugeng yang sedang menyiapkan serangan berikut nya terhadap Walang Sangit.

"Sugeng malam ini akan berakhir riwayatmu." Seringai orang bertopeng tersebut. Sugeng tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut nya.

"Trraaanngg… Tring….Trung" kembali kedua pedang itu beradu

"Kisanak siapa kamu, kenapa kamu membantu orang jahat untuk menyakiti orang lemah."  Sugeng sangat penasaran siapa sebenarnya manusia bertopeng ini. Ditambah lagi orang ini sangat bernafsu untuk menghabisinya.

"Siapa aku itu tidak penting, yang jelas malam ini kau harus mati." sergah orang bertopeng tersebut. Tanpa menunggu lama orang bertopeng tersebut melancarkan serangan mematikan kearah Sugeng. Sugeng melompat ke udara menghindari pukulan itu.

 Sementara sepuluh orang bertopeng lainnya menyerang membabi-buta warga desa. Warga yang mencoba melakukan perlawanansemakin kalang kabut. Semakin banyak korban berjatuhan dan darah mengalir dimana mana. Terdengar jeritan dan tangisan diseluruh penjuru Desa Tapelan.

“Bajingan!!! Lawan aku, jangan jadikan warga yang tidak berdosa menjadi korban kalian.” Teriakan Sugeng Menggema . Ketika melihat banyak warga desa menjadi korban.

Sugeng bergerak untuk menghantam sepuluh orang bertopeng agar tidak terjadi banyak korban, Namun pemimpin orang bertopeng di hadapan nya menghadang dan mengirimkan serangan mendadak.

“Buk… Beg… Bok…Big… jual beli serangan kembali terjadi.

Hati Sugeng terasa teriris melihat Warga yang berjuang dengan sekuat tenaga. Kondisi mereka semakin terdesak banyak yang terluka bahkan meninggal di kalangan warga.

 Disaat warga desa semakin terjepit tiba-tiba muncul Ki Supono yang datang membantu mereka. Moral mereka sedikit terangkat ketika mendapat bantuan dari Ki Supono.

“Tuan Kuwu!!! Kita harus bertahan. Bantuan akan segera datang.” Teriak Ki Supono.

Mendengar kata-kata Ki Supono, Semangat Sugeng Pun bangkit lagi. Dia mulai bergerak untuk melindungi warganya dari hamtaman sepuluh orang bertopeng. Namun kembali dia di hadang. Kali ini Walang Sangit kembali bangkit dan menghadang nya, Sugeng kembali konsentrasi untuk menghadapi pimpinan orang bertopeng dan juga Walang Sangit. Dua orang yang tidak boleh dianggap remeh, Bahkan dia sendiri belum tentu bisa mengalahkan nya.

Sementara Ki Supono seperti orang kesetanan membabat kiri kanan para perampok, dalam sekejap dua orang perampok tersungkur jatuh dan tiga lain nya terluka terkena sabetan pedang Supono.

“Matilah kalian semua” semangat Ki Supono terus berkobar.

“Blarrrr” Pukulan Ki Supono Menghatam lima orang perampok.

Melihat keganasan Ki Supono para perampok mundur beberapa langkah. Meskipun Cuma sendiri kekuatan Ki Supono seperti kekuatan 10 orang dewasa.  Sepuluh orang bertopeng tidak mau membiarkan Ki Supono merajalela. Mereka segera mengepung Ki Supono. Hal itu dilakukan agar Ki Supono tidak mudah bergerak. Dan terjadilah jual beli serangan diantara mereka.

Pertempuran intens terus berlangsung sengit. Terlihat Ki Supono semakin kehabisan tenaga.

 Meskipun ketrampilan bermain pedang Ki Supono lebih unggul dibanding mereka tapi menghadapi sepuluh orang di tambah anak buah walang sangit membuat Ki Supono terkuras tenaga nya.

 Pelan tapi pasti kekuatan nya mulai menurun dan gerakan pedangnya semakin melambat. Tapi, Ki Supono tidak mau menyerah yang dia pikir sekarang adalah bertahan selama mungkin. Sampai bantuan dari Desa Pelem Sengir datang.

 "Sreett !!" Salah satu dari orang bertopeng berhasil menyabet lengan Ki Supono. Darah pun mengalir deras tapi, dia tidak peduli.

“Matilah kalian semua. Ciaaatttt… Hup… ah.” Kembali Ki Supono meraung keras dengan membabi buta di sabetkan pedang nya ke kanan dan ke kiri, terkadang kebelakang dan ke depan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status