Home / Fantasi / PENDEKAR KAISAR RASKAR / BAB 4 : Kekalahan Mutlak

Share

BAB 4 : Kekalahan Mutlak

Author: Hamfa Merman
last update Last Updated: 2024-12-10 15:43:37

Ini adalah jarak yang cukup untuk memisahkan status kedudukan dan kehormatan seseorang di dunia yang kejam seperti Wilayah Sabit ini.

Raskar sadar betul akan hal itu, tapi dirinya masih menyimpan secuil ego yang dahulu kala dia miliki. Ego inilah yang membuatnya merasa tak rela kalah begitu saja.

Para penonton yang melihat Raskar tergeletak dan sulit untuk bangkit lagi akhirnya bersorak-sorak tak terkontrol lagi.

Meski ada beberapa yang prihatin dengan kondisi Raskar, banyak orang yang lebih suka melihat nasib buruk dan kekalahan Raskar.

“Bagus, bagus sekali! Hajar dia lagi, Toni!”

“Tunggu apalagi? Cepat habisi dia!”

“Raskar! Ini adalah kenyataan hidupmu! Menyerahlah sebelum terlambat!”

Teriakkan para penonton semakin histeris terdengar suaranya. Toni yang sudah pucat karena kehabisan Energi Sabit menjadi sedikit bersemangat dibuatnya apalagi ketika melihat Raskar tergeletak tak jauh darinya.

“Hosh, hosh! Ha-ha-ha! Akhirnya, akhirnya selesai juga! Ha-ha-ha!” Tawa penuh kesombongan terdengar meski napasnya Toni masih naik turun tidak stabil.

Tak jauh dari mereka berdua, sang juri menghela napasnya. “Tampaknya, sang pemenang sudah diputuskan sejak awal. Kurasa sudah waktunya menghentikan semua ini!”

Juri tersebut menggelengkan kepalanya dan hendak melangkah masuk ke dalam arena sebelum tiba-tiba matanya menyipit.

“Apa maksudnya?” batin sang juri tampak heran setelah mendengar suara telepati dari seseorang.

Dia dengan erat mengepalkan tangannya dan tak lagi mencoba untuk masuk ke dalam arena. Meski begitu, hatinya merasa tak tenang.

“Mengapa pria tua itu selalu ikut campur?” batin sang juri mendengus dingin sebagai tanda tak senang di hatinya.

Sang juri melihat Raskar dengan tatapan rumit. Pemuda itu masih tergeletak dan tidak ada tanda-tanda pergerakan sejak beberapa waktu yang lalu.

Dag, dig, dug!

Jantung Raskar berdetak semakin tak menentu dipenuhi rasa gugup. Suara-suara cacian membuatnya tak lagi bisa fokus.

“Urgh…. A–aku tidak boleh kalah!” gumam Raskar sudah tak peduli lagi dengan nyawanya.

Keinginan untuk bangkit dan melawan musuhnya adalah satu-satunya ambisi yang tersisa dalam benaknya.

“Hah? Masih bisa bangun rupanya. Tak usahlah, menyerah saja kau! He-he-he!” Toni terkekeh geli melihat perjuangan Raskar yang menurutnya sia-sia untuk dilakukan oleh pemuda yang sekarat itu.

Raskar perlahan menggerakkan tubuhnya yang sudah terlalu lemas itu. Dia hanya punya tekad secuil yang tersisa untuk mendorong tubuhnya bangkit seperti semula.

Sorakan semua orang tiba-tiba menjadi hening ketika melihat sosok Raskar kembali berdiri dengan tegak meski terlihat begitu mengenaskan.

“D–dia…. Dia masih bisa bangun!”

“Mustahil! Apa efek serangan dari Jurus Khusus yang digunakan oleh Pendekar Tingkat 2 tidak mampu menumbangkan bocah terkutuk itu, hah?!”

“Tidak perlu khawatir! Lihatlah baik-baik kondisinya! Tubuhnya sudah penuh luka dan bisa pingsan kapan pun. Perjuangannya saat ini hanya omong kosong belaka!”

Berbagai omongan dan diskusi acak terus bergema dengan satu topik yaitu bangkitnya Raskar yang cukup mengejutkan semua orang bahkan termasuk sang juri dan Toni sendiri.

“M–mustahil! Bagaimana bisa kamu masih bangun setelah terkena jurusku?!” Toni berseru kaget melihat sosok Raskar kian menatapnya dengan tatapan yang begitu mengerikan.

Raskar yang sebenarnya bisa roboh kapan pun itu tetap berdiri tegak seraya berkata, “A–aku masih bisa bertarung!”

Perkataannya tidak terdengar begitu nyaring, namun tetap saja masuk ke telinga Toni dengan jelas.

Keterkejutannya sudah mencapai puncaknya. Dia tidak pernah membayangkan Jurus Khusus Suku Fanto masih tidak mempan juga.

Dia terdiam dan perlahan mengamati Raskar dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Hmph! Banyak omong kosong belaka! Kamu pasti tidak bisa bergerak lagi, kan?”

Toni tampak menyadari kejanggalan kondisi Raskar. Meski sempat terkejut, dia sekarang semakin menyeringai begitu percaya diri.

“Ha-ha-ha! Meski kamu dapat berdiri sekarang, jelas sekali kalau efek kekuatan jurusku bukanlah orang serendah kamu bisa atasi dengan mudah!” ujar Toni mulai yakin dengan hasil analisisnya ketika melihat Raskar tetap diam di tempatnya dan tak berusaha maju ataupun mundur.

“Meski begitu, bocah terkutuk ini benar-benar aneh dan keras kepala. Apakah efek Jurus Khusus Suku Fanto benar-benar sangat melemah ketika digunakan untuk serangan jarak jauh?” batin Toni masih sedikit heran melihat kebangkitan Raskar.

Raskar yang dikutuk oleh semua orang tetap terdiam di tempat dan menatap ke arah Toni. Pandangannya yang rabun dan telinganya yang berdengung hebat membuat semuanya jauh lebih sulit.

“S–sial!” batin Raskar menggerutu tak begitu yakin dengan sisa kekuatannya.

Raskar hampir tidak bisa merasakan kakinya lagi. Perasaan tidak berdaya semakin mencuat ketika pikirannya mulai kacau.

Tak ingin kesadarannya lenyap, Raskar menguatkan tekadnya sekali lagi di ujung lidah dan siap berteriak keras berkata-kata begitu pedas.

“Toni! Kau manusia berwajah orang utan, cepat maju sini!” teriak Raskar menggunakan sisa kekuatan terakhirnya untuk meraung.

Senyum mengejek di wajah Toni seketika lenyap berubah menjadi kerutan yang muncul dengan urat nadinya yang terlihat begitu menonjol.

“Sudah sekarat, masih saja berkata omong kosong! Mati!” teriak Toni dengan ganas mempercepat langkahnya.

Bam!

Hentakan kaki terdengar keras sebelum Toni melompat dengan tinggi dan melayangkan tendangan tepat mengarah ke wajah Raskar.

Raskar yang memang sudah tak mampu mengelak hanya berdiam sebelum tendangan itu menghantam wajah babak belurnya.

Buk!

Raskar langsung terlempar ke belakang tak mampu menahan darah yang keluar dari rongga mulut dan hidungnya entah berapa banyak yang keluar.

“Argh!” teriak Raskar menjerit putus asa.

“Ha-ha-ha! Masih belum cukup, rasakan ini juga!” tegas Toni bergegas menuju Raskar dan melayangkan pukulan beruntun.

Bak! Buk!

“Urgh!” Raskar menggertakkan giginya sebelum terus mencoba menahan pukulan Toni dengan kedua tangannya.

Kretek!

Namun, semua usaha tetap sia-sia saja ketika pukulan beruntun mengarah tepat ke perutnya berulang kali hingga Raskar muntah seteguk darah.

“Gawat!” gumam sang juri hendak melerai sebelum suara telepati kembali masuk ke dalam pikirannya.

“A–apa maksudnya, Tuan?” tanya juri itu bingung melalui pesan telepatinya.

“Tepat seperti yang sudah saya katakan. Biarkan mereka bertarung terus!” jawab seseorang dengan suara serak.

“Lihatlah kondisi Raskar sudah tidak baik untuk melanjutkan pertarungan!” Sang juri masih berusaha untuk segera mengakhiri pertarungan.

“Ohh…, biarkan saja. Lagi pula, salahkan dirinya sendiri karena bersikap arogan!” sahut orang itu lagi dengan suara seraknya mengandung sedikit nada kebencian.

Sang juri kembali terdiam mendengar hal itu seraya membatin, “Pria tua, apa kau pikir aku tidak tahu dengan kebencianmu? Jelas sekali kamu ingin Raskar mati di dalam arena!”

Sosok pria tua yang dimaksud oleh sang juri ternyata adalah mantan Sultan sebelumnya yaitu Sultan ke-98 yang begitu terkenal kekuatannya.

“Aku harus menghentikan pertarungan ini sebelum terlambat!” batin sang juri berusaha untuk melangkah masuk.

“Tetap diam di tempatmu sekarang juga dan jangan coba-coba melangkah maju! Apa kamu berani mencoba melanggar perintahku?” tanya pria tua melalui pesan telepati melihat sang juri yang terlihat tetap berusaha masuk ke dalam arena.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 96 : Tokoh Utama (Part 6)

    Para bawahannya Hana kembali saling bertukar pendapat dengan argumentasi yang cukup provokatif. Hal ini membuat situasi semakin tak tenang dengan kemarahan yang meluap-luap mulai tampak dengan begitu jelasnya.“Cukup kalian semua…! Aku sudah memutuskan untuk bekerja sama dengan wanita keji itu setidaknya kali ini saja! Tidak perlu lagi ada yang diperdebatkan lagi sampai semuanya ini berakhir kelak nantinya…!” tegas Hana tiba-tiba bersuara dengan lantang sambil menatap serius ke arah Harum.Sebuah ketegasan yang jelas sekali didengar oleh telinga masing-masing anggota kelompok Sepuluh Mawar yang berada tepat di belakangnya Hana sehingga membuat mereka semua terdiam dengan tatapan yang tidak menyangka karena terkejut sekali.“Pe–pemimpin…! A–apa maksud dari perkataanmu itu? Mu–mungkinkah kau sedang bercanda kepada kami semua saat ini juga, begitukah? Kalau memang benar begitu, kami merasa kalau candaan ini tidak ada yang lucu sama sekali!”“Benar itu, pemimpin…! Ini semua tidak ada yang

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 95 : Tokoh Utama (Part 5)

    Semuanya terjadi begitu saja dalam jangka waktu yang bisa dibilang tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat sama sekali bagi proses pemikiran yang tenang dan mendalam tersebut di dalam pikirannya Harum.Wanita cantik itu akhirnya telah memutuskan untuk bertindak lebih solutif dan dewasa dalam menangani masalah yang dihadapi oleh dirinya saat ini. Pandangannya jauh ke arah depan sebagaimana solusinya untuk memulihkan kekuatannya sebaik mungkin.Harum merasa kalau keputusannya itu untuk mencoba bernegosiasi terkait kerja sama yang kurang lebihnya saling menguntungkan kedua belah pihak tersebut sudah sangat tepat sasaran sekali.Alhasil, wanita cantik tersebut mau tidak mau terus menerus menenangkan dirinya dari segala macam pemikiran yang terlalu terburu-buru dan liar sekali. Harum hanya perlu bersabar dan menepati janjinya memberikan batas waktu lima menit sampai berakhir nantinya.“Kalian putuskan saja nanti, tidak perlu terburu-buru dengan emosi panjang lebar kalian yang penuh omon

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 94 : Tokoh Utama (Part 4)

    “Namun, kalau kalian setuju, tentu saja aku tidak akan mengganggu kalian dalam menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sebagai bawahan untuk beberapa waktu saja sampai tidak ada lagi yang berani memasuki Bola Abadi milikku ini!”“Dalam durasi waktu tersebut, kalian semua juga akan aku lindungi dari cedera fatal yang berlebihan ketika harus bertarung dengan peserta tes lainnya. Selebihnya, Bola Abadi ini yang akan dengan perlahan-lahan memulihkan kekuatan kalian masing-masing!”“Bukankah itu semua tawaran yang sangat menguntungkan kita semua? Jadi, bagaimana keputusan kalian semua? Setuju dengan tawaranku atau mencoba menentangku dengan mengatakan penolakan yang kalian semua pasti tidak akan mampu menahan konsekuensinya sama sekali!”“Tentukan pilihan kalian dengan baik-baik! Hmm…. Baiklah, aku akan berikan waktu sampai batas waktu lima menit saat ini berakhir. Bagaimana menurut kalian semua? Aku sangat berbelas kasih, bukan? Jadi, jangan sampai mengecewakan diriku ini!”Harum dengan t

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 93 : Tokoh Utama (Part 3)

    Harum dengan tenang membatin semakin bingung di hatinya tak tahu harus mengambil sikap seperti apalagi terhadap sosok wanita bernama Hana dan anggota kelompok Sepuluh Mawar di hadapannya itu.Hana yang terus menerus didiamkan benar-benar semakin kesal di hatinya seolah-olah pihak musuh bebuyutannya di hadapannya itu tidak menganggapnya sebagai ancaman serius sedikit pun sama sekali.“Hmph…! Kau pasti sudah berpikiran kalau nyawa kami semua sudah berada di ujung genggaman tanganmu, kan? Bagus, bagus sekali…! Aku akan bertarung habis-habisan denganmu saat ini juga!” tegas Hana dengan begitu percaya diri yang semakin mendalam.Tatapan tajamnya Hana membuat Harum merasa tidak nyaman sama sekali dipandang oleh sosok Hana dengan begitu dekatnya seolah-olah ada suatu hubungan yang dalam di antara mereka yang sebenarnya tidak ada sama sekali.“Hmm…. Wanita ini memang menyebalkan, tapi sangat disayangkan kalau dibiarkan begitu saja. Menurut peraturan yang aku pahami, seharusnya tidak ada masal

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 92 : Tokoh Utama (Part 2)

    “Aku tidak punya pilihan selain menunggu dan melakukan hal ini. Hanya itu saja yang bisa aku pikirkan untuk segera keluar dari tempat di mana Monster keji sepertinya berada sesegera dan seaman mungkin.”“Semoga pilihan dan keputusanku ini tepat adanya dan tidak akan menimbulkan penderitaan yang lebih-lebih semakin dalam. Aku benar-benar tidak bisa menerima ini, tapi hanya ini saja yang bisa aku pikirkan!”Hana kembali membatin dengan perasaan di hatinya semakin gundah. Dia tidak menyangka akan berada di dalam posisi yang menyedihkan seperti tikus kecil yang telah terperangkap di mana sang kucing berada dekat dan dengan tenang mendekati dirinya.Harum terus saja melangkah dengan tenang dan sekejap berlalu begitu saja ketika kedua wanita cantik yang begitu seksi dan menawan yaitu Harum dan Hana benar-benar sedang bertatapan muka.Jaraknya yang lumayan berdekatan satu dengan yang lainnya membuat ketegangan situasi semakin memuncak. Para bawahan kelompok Sepuluh Mawar benar-benar ketakuta

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 91 : Tokoh Utama (Part 1)

    “A–apa?! A–aku tidak ingin menentangmu lagi! Lepas–, argh…!” jeritan menyedihkan terdengar dari lisannya Braka manakala pria licik tersebut berusaha untuk berdalih agar diampuni oleh Harum.Namun, nahasnya perkataannya tidak didengar sedikit pun dan hanya menghasilkan pukulan telak mengenai wajahnya sehingga membuat Braka untuk pertama kalinya terkena serangan telaknya Harum.“Urgh…! Si–sialan kau…!” Braka menjerit tidak karuan sama sekali di mana wajahnya langsung bonyok dengan cepat keluar darah dari hidungnya yang mancung tersebut.Meski begitu, Braka tidak mau habis pikir dengan semua itu dan hanya fokus ingin segera melarikan diri sejauh mungkin dari sosok Monster menyeramkan bernama Harum Korhan yang saat ini tengah mengintainya seperti mangsanya yang lezat.Namun, belum sempat Braka mencoba untuk bergerak lebih jauh, sosoknya Harum kembali lagi muncul dan dengan cepat. Kali ini, dia muncul tepat di hadapannya Braka dengan senyum tipis terlihat jelas dari bibirnya.“Heh…, rasaka

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 90 : Brutal (Part 10)

    “Heh…! Di antara sekumpulan kecoa ternyata ada tikus rendahan yang mencoba memanfaatkan situasi. Menarik sekali, apa mungkin dia sudah menyadari cara mengalahkanku dengan kelicikannya itu?”“Hmm…, biarlah saja! Serangannya sudah bisa diriku prediksi sejak awal tadi dan memang tidak ada yang istimewa darinya sama sekali. Benar-benar sebuah kebodohan yang hakiki ketika otak bodohnya berpikiran untuk mengalahkan diriku hanya dengan mengandalkan tipu muslihat seperti itu!”“Saat ini, aku hanya harus fokus menghancurkan semua orang di sini sebanyak-banyaknya sehingga tidak ada ruang bagi siapa pun untuk menyelinap di belakang lagi. Mental mereka lagi naik karena adrenalin dan motivasi dari orang bertopeng itu. Cepat atau lambat akan segera sirna juga!”Harum tampak tidak bergeming dengan serangan diam-diamnya Braka karena selalu berhasil dihindari oleh sepenuhnya tanpa ada tanda-tanda goresan yang terlalu berarti berat baginya.Sebuah fakta yang begitu menyebalkan dan sangat mengejutkan di

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 89 : Brutal (Part 9)

    Ada yang terlempar entah sampai ke mana dan ada juga yang langsung tergeletak membentur lantai pijakannya Bola Abadi dengan begitu megahnya di mata semua orang sekaligus menyedihkan sekali.“Sialan…! Cepat hentikan dia…! Hah…? Argh…!” teriak orang lainnya sebelum sosok Harum juga muncul di hadapannya dan memberikan pukulan telaknya sehingga membuat orang tersebut terpental entah ke mana.“Serang…! Jangan coba-coba berhenti…!” teriak Hana secara tiba-tiba kembali menunjukkan taringnya dalam pertarungan yang menegangkan jiwa itu.“Jangan panik dan tetap siaga! Wanita keji ini memang cukup kuat, tapi dia pasti sudah mencapai batasnya setelah semua pertarungan brutal ini! Jangan sekali-kali mencoba untuk menahan serangannya dan fokus saja dengan menghindarinya sebelum membalas serangannya secara bersamaan!” teriak Hana dengan histeris sekali lagi.“Serang…!” Hana dengan komandonya membuat semua orang kembali mendapatkan kepercayaan dirinya lagi sebelum melesat menuju ke arah Harum.“Hmph…

  • PENDEKAR KAISAR RASKAR   BAB 88 : Brutal (Part 8)

    “Hmph…! Hanya kumpulan trik murahan saja sudah berani kau tampilkan di depanku!” tegas Hana dengan sigapnya meski sempat mengejek gerakannya Harum.Hana tetap fokus dan langsung memutar tubuhnya hingga berleluasa di atas pijakan. Tanpa ragu, Hana dengan sekuat tenaga mengalirkan Energi Sabit secara bersamaan dengan tindakan tersebut kepada tangannya yang dicengkeram oleh Harum itu.Boom…!“Huuh…!” gumam Harum dengan tegas mengelak secepat mungkin.Hentakan Energi Sabit tersebut memaksa Harum untuk melepaskan cengkeramannya dan segera mengambil jarak yang aman beberapa langkah jauhnya dengan pandangan tajamnya tetap tertuju kepada sosok Hana.Keduanya hanya sedetik saja saling bertatapan sebelum pada napas mereka selanjutnya hanya ada pertarungan yang jauh lebih sengit dibandingkan sebelumnya.Whoosh…!Kecepatan yang begitu luar biasa langsung menutup jarak di antara keduanya. Namun, kali ini keberuntungan berada di pihaknya Hana sebab bukan hanya dia saja yang mengincar Harum.Ada set

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status