Tubuh sang juri gemetaran dan tidak bisa bergerak sedikit pun. Tekanan kuat tak tertahankan mengunci posisinya seakan langit sedang runtuh menimpanya.
“Urgh! M–mengapa Tuan harus bersikap seperti ini? Meski Raskar memang memiliki latar belakang yang buruk, dia tetap anak seorang Sultan. Bagaimana bisa kita membiarkannya mati di sini?” tanya sang juri memberanikan dirinya.
Pria tua itu tetap tenang tidak menjawab dan diam seakan sosoknya sudah lenyap tanpa jejak. Jika bukan karena tubuhnya sang juri masih terasa berat, dia tidak akan sadar kalau pria tua itu masih mengamati situasi.
“Tuan! Harap mengingat apa yang saya katakan!” seru sang juri kembali mencoba memperingatkan pria tua itu.
“Hmm? Apa kamu baru saja mencoba mengancamku? Lancang!” Suara serak kembali terdengar dalam pikiran sang juri.
Setelah itu, tubuhnya semakin bergetar dan ekspresi wajahnya langsung pucat pasi dan tak sadar dia langsung muntah seteguk darah.
“Mengerikan sekali! Inikah kekuatan Pendekar Tingkat 10 Fase 100? Pendekar Tingkat 7 sepertiku ini tidak bisa menahan bahkan tekanannya saja!” batin sang juri semakin pucat dalam penyesalan.
Dia tidak bisa lagi berbuat apa-apa dan hanya bisa menyaksikan Raskar dihajar habis-habisan oleh Toni. Entah hidup dan matinya semakin sulit ditentukan.
“Sialan! Kalau sudah begini, aku hanya bisa berharap Raskar tetap hidup. Jika sampai Toni membunuhnya, perang saudara di Wilayah Sabit akan pecah!” Sang juri yang sudah tak berdaya hanya bisa terdiam di tempatnya.
Pria tua itu tampak sunyi tak lagi mengirimkan pesan telepati. Saat ini, sosoknya berada tepat di ujung kursi tempat para penonton berada.
Pria tua itu tertunduk dengan tudung di kepalanya. Jika orang lain tidak jeli melihatnya, mereka pasti akan mengabaikan sosoknya.
Siapa sangka kalau dia adalah mantan Sultan ke-98. Benar-benar fakta yang mengejutkan ketika sosok mengerikan seperti itu sedang diam-diam duduk di sudut tanpa ada seorang pun yang memperhatikannya.
“Bocah, sebaiknya kamu mati hari ini!” gumam pria tua itu mengutuk keadaan Raskar.
Whoosh!
“Ha-ha-ha! Rasakan ini!” Toni tertawa terbahak-bahak memukul Raskar bertubi-tubi tanpa henti walau hanya sedetik saja.
Raskar yang sudah tak mampu lagi menahan pukulan hanya terus berteriak dan merintih kesakitan sebelum tubuhnya terus melayang dan jatuh berulang kali tak terhitung jumlahnya.
“Ada apa sekarang, Raskar? Di mana semangatmu tadi, hah?!” Toni kembali melayangkan pukulannya sebelum mengirim Raskar melayang di udara.
“Argh!” Raskar menjerit putus asa ketika Toni sekali lagi melompat ke arahnya dengan pukulan lainnya.
“Matilah!” teriak Toni dengan tegas menghantam perut Raskar sebelum mengarahkannya ke bawah hingga pemuda itu terlempar jatuh seperti meteor yang mengguncang arena.
Bruk!
Raskar menghantam arena dengan kerasnya hingga dentuman membuat para penonton merinding sebelum kembali bersorak-sorak.
“Ha-ha-ha! Lanjutkan pertempurannya!”
“Hajar dia, Toni! Jangan beri ampun sedikit pun!”
“Semut keturunan Wilayah Purnama, matilah kamu!”
Para penonton begitu terpukau dan seketika menjadi histeris melontarkan berbagai kata-kata pedas ke arah Raskar.
Semuanya tampak menikmati kekalahan menyedihkan Raskar yang sedari tadi hanya bisa bertahan sebelum secara sepihak dihajar habis-habisan.
Boom!
Toni mendarat di atas arena dengan pose gagah berdiri tegak seolah-olah sedang menunjukkan kalau dirinya adalah pemenangnya meski wajahnya lumayan pucat.
“Saudara-saudariku, rekan pendekar sekalian dan semua orang yang ada di sini. Hari ini, saya Toni Fanto sudah menjalankan tugas yang mulia untuk menghancurkan Raskar keturunan Wilayah Purnama!”
Toni dengan semangat tinggi mulai berpidato seakan tak ingin perhatian semua orang teralihkan darinya meski hanya sesaat saja.
Dia tidak peduli lagi dengan hidup dan matinya Raskar sebab sudah yakin kalau pemuda itu tidak akan bisa bangkit lagi.
“Wilayah Purnama penuh dengan orang-orang kejam dan biadab! Mereka haus darah dan suka membunuh hanya untuk kesenangan saja. Penindasan yang kami derita di masa lalu, sekarang, dan nanti akan selalu membekas di dalam hati!”
Toni berteriak dengan lantang terdengar ke seluruh penjuru arena. Semua orang terdiam mendengar perkataan Toni dan tak lagi bersorak.
“Ingatlah semua kenyataan ini! Jika bukan karena invasi Pasukan Mata Api yang keluar dari Portal, para Pendekar biadab dari Wilayah Purnama pasti akan menyerang kita sejak dulu.”
Toni meraung dengan raut wajah penuh kebencian seakan-akan dirinya pernah mengalami penderitaan begitu besar yang sebenarnya tidak pernah dialaminya sendiri.
Meski begitu, kemampuan sandiwaranya memang cukup baik hingga membakar hati dan semangat juang para penonton yang mendengarnya.
“Benar! Wilayah Purnama penuh dengan orang biadab! Mereka kejam dan sangat menjijikkan!”
“Orang-orang tidak bermoral seperti itu tidak pantas disebut sebagai manusia!”
“Kebiadaban mereka hanya selangkah di bawah Pasukan Mata Api. Keduanya seperti saudara kembar terkutuk!”
“Pasukan Mata Api dan Wilayah Purnama, kalian semua pantas mati!”
Berbagai ucapan tegas dan lantang terdengar saling sahut menyahut melontarkan segala macam cacian penuh kebencian kepada dua musuh bebuyutan Wilayah Sabit.
Siapa yang tidak tahu dengan Wilayah Purnama dan Pasukan Mata Api. Keduanya adalah musuh yang selalu menjadi mimpi buruk bagi kesejahteraan Wilayah Sabit.
Jika bukan karena mereka berdua juga saling berselisih, nasib Wilayah Sabit akan jauh lebih buruk. Perang dengan Wilayah Purnama terjadi selama ribuan tahun hampir beberapa kali tak terhitung jumlahnya.
Adapun Pasukan Mata Api seakan menjadi momok yang lebih menakutkan muncul sekitar dua ratus tahun yang lalu menyerang Wilayah Sabit dan Wilayah Purnama di saat bersamaan.
Kemunculan Pasukan Mata Api membuat perang antara Wilayah Purnama dan Wilayah Sabit terhenti dan fokus melawan invasi Pasukan Mata Api.
Kekuatan yang ditunjukkan oleh Pasukan Mata Api benar-benar mengerikan sampai ke tahap di mana bahkan seorang Pendekar Tingkat 10 Fase 100 bisa kehilangan nyawanya.
Di bawah tekanan yang begitu mengerikan itu, gencatan senjata harus dilakukan oleh Wilayah Purnama dan Wilayah Sabit terlepas suka atau tidak.
Jika perang terus berlanjut, Pasukan Mata Api akan menjadi pemenang terakhir dalam permainan hidup dan mati itu.
Meski gencatan senjata terjadi hingga ke titik mulai ada kerja sama dan hubungan diplomasi, ketegangan antara keduanya tidak mereda sedikit pun.
Kecurigaan dan kewaspadaan terus terbesit di antara pikiran orang-orang baik itu para petinggi ataupun rakyat jelata. Semua tidak akan percaya dengan gencatan senjata seperti itu.
Jika mereka mempercayai omong kosong seperti gencatan senjata, jelas tidak akan lama lagi sebelum bencana besar akan timbul di dalam sistem masing-masing wilayah.
Dengan menekankan poin ini, Toni berusaha menunjukkan sisi kepahlawanannya sebagai seorang Pendekar Tingkat 2 sejati.
“Ha-ha-ha! Raskar, oh Raskar! Dasar semut rendahan sepertimu memang pantas menjadi batu loncatan bagi seorang Pendekar elit sepertiku ini! Ingat baik-baik, ini adalah takdirmu!” tegas Toni dengan senyum mengejek mengirimkan pesan telepati.
Dia tidak peduli apakah Raskar masih sadar dan mendengar perkataannya atau tidak. Toni hanya perlu memanfaatkan semua sanjungan para penonton demi menaikkan pamornya.
Sedangkan Raskar sendiri sudah tak bergerak sedikit pun karena dirinya benar-benar dalam keadaan koma tak sadarkan diri lagi.
Meski begitu, ada sesuatu yang membuat dia sendiri semakin waspada dengan perasaan penuh kebingungan terkait dengan perubahan situasi yang ada di depan matanya saat ini.“Tetap tenang di tempat kalian masing-masing dan jangan bergerak gegabah! Jika memang mereka semua sebenarnya mengincar kita, tentu saja kita semua pasti sudah siap sedia untuk melawan balik musuh-musuh kita semua ini!”“Namun, aku juga masih meragukan itu. Keterkaitan di antara mereka semua lebih rumit daripada yang telah aku bayangkan sebelumnya. Bisa jadi, mereka semua sebenarnya adalah satu kelompok yang sama sebelum kedatangan kelompok kita di Bola Abadi ini!”Dirto Buras dengan serius memberikan respon dan arahan yang jelas sehingga langsung bisa dengan mudah dimengerti oleh semua orang yang ada di sana dengan kompak dan juga sangat berhati-hati di dalam hatinya.Jelas sekali kalau dugaannya tidak bisa dikatakan benar dan salah juga sebab hubungan antara mereka semua sebelumnya memang ada kerja sama sebelum semu
“Hmph…! Apa kau pikir aku takut denganmu, hah?! Tidak sama sekali dan kau harus ingat itu baik-baik! Meski kau tidak percaya, semuanya akan terbukti nantinya. Hanya saja, tidak untuk sekarang!”“Ha-ha-ha…! Omong kosong belaka lagi! Kau hanyalah pengecut semata yang terus-menerus saja membuat berbagai macam alasan palsu hanya untuk menutupi seluruh bagian tubuhmu yang takut denganku ini!”“Aku tidak pengecut, dasar bocah bodoh! Lihatlah pakai matamu baik-baik orang-orang yang ada di sekeliling kita saat ini! Apa kau pikir mereka tidak akan menyingkirkan kita berdua apabila kita terlalu lemah untuk melindungi diri sendiri masing-masing, hah?! Jawab pertanyaanku ini!”“Hmph…! A–aku juga sudah tahu hal sepele semacam ini sejak awal tadi. Sudah aku bilang berulang kali untuk tidak mengaitkan masalah ini lagi dengan topik-topik lainnya. Sudah cukup sekian omonganmu itu. Sekarang, jadi bertarung atau tidak?”Kedua orang licik tersebut malah sibuk dengan perdebatan di antara mereka sendiri de
Kepatuhan terhadap Dirto Buras bukan hanya sekedar kebetulan dalam menjalankan tugas melainkan sebuah kepercayaan yang sudah dibentuk bersama-sama selama beberapa lama waktu yang mereka lalui bersama.Dirto Buras bukanlah pemimpin kelompok yang bodoh dan amatir juga. Dia sudah lumayan lama memiliki pengalaman di dalam bidang kepemimpinan dengan para bawahannya yang cukup patuh dan cakap sekali tersebut.Dengan begitu, tidak ada komentar yang meragukan lagi karena perkataan Dirto Buras sudah seperti titah seorang Kaisar yang tidak bisa dianggap remeh atau sebatas omong kosong belaka saja itu pun tidak boleh sama sekali.Alhasil, mereka semua sadar kalau pasti ada maksud tertentu dibalik semua hal yang tidak mereka ketahui ini dengan leluasa membuat semua orang menerima kenyataan yang cukup membingungkan tersebut.Tatapan mata semua orang dengan begitu cepat tertuju kepada Raskar sekilas sebelum mengalihkan pandangannya dengan cepat menuju ke arah posisi Harka Tenang dan Harka Tarung se
Raskar perlahan-lahan mencoba berdiri dengan tegak lurus seolah-olah tidak ingin menunjukkan kepada semua orang yang ada di sana bahwasanya sedang tertekan sekali jauh di dalam batinnya.Dia berdiri dengan perlahan-lahan hingga tegak lurus tanpa memberikan kesempatan kepada semua orang yang ada di sana untuk mengetahui isi hatinya yang sedikitnya semakin rumit.“Sudahlah…! Aku hanya bisa mengatakan kalau diriku ini tidak boleh gagal sama sekali. Jika kedua orang tuaku memaksa aku untuk pulang, mereka berdua tidak akan pernah bisa melakukannya seenaknya sendiri!”“Walaupun mereka berdua adalah orang tua kandung sendiri dan aku masih lebih lemah darinya, tetap saja bahwa masa depanku hanyalah milik diriku seorang diri dan tidak ada siapa pun juga yang dapat dengan leluasa merebut apa yang seharusnya menjadi milikku!”“Kalian semua yang mencoba mengekang kebebasan untuk menggapai mimpi pasti tidak akan mampu mencapainya. Aku tidak akan pernah menyerahkan mimpi terbaik dalam hidupku ini u
Semuanya hening seolah-olah menunggu pemantik yang bisa mempengaruhi semua orang termasuk momentum yang paling tepat untuk melancarkan segala macam konflik penuh dengan intrik pribadi.Raskar juga terlihat sangat siap sekali seperti beberapa waktu yang lalu ketika harus bertarung habis-habisan dengan banyak orang hingga kelelahan yang mendalam mengitari seluruh sisi tubuhnya yang mungil itu.Bocah yang seringkali dikutuk oleh orang-orang yang tidak menyukainya sama sekali tersebut tidak gentar sama sekali dan memang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sekelilingnya di mana pun dia berada.Lebih tepatnya bukan pusat perhatian melainkan sebagai pusat kebencian dan tontonan penuh drama yang menyayat hati itulah deskripsi yang paling tepat untuk menggambarkan betapa menegangkannya hidup seorang bernama Raskar.Pria muda yang memang terlahir berbeda dari kebanyakan orang di sekelilingnya meski dirinya tetap satu spesies dengan orang-orang tersebut yaitu anak manu
Semua orang terkejut dan mulai bersiap-siap tepat ketika teriakkannya Harka Tarung terdengar dengan begitu jelasnya. Sebuah kata-kata yang alih-alih diartikan sebagaimana mestinya, mereka malah semakin waspada dengan segala macam keadaan di sekelilingnya.Hal ini jelas sekali berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi. Harka Tenang dan Harka Tarung tidak pernah bersandiwara sejak awal. Mereka berdua benar-benar sedang bertengkar secara langsung tanpa ada rencana atau plot-plot tersembunyi lainnya.Memang sangat mengejutkan bagi semua orang yang mendengar kenyataan tersebut kalau apa yang mereka sangka-sangka hanyalah sebatas dugaan semata yang memang pada dasarnya sangat tidak berdasar sama sekali kalau dipikir baik-baik.Meski begitu, semua orang yang ada di sana memang pada dasarnya sudah saling curiga dengan yang lainnya sehingga membuat semua orang yang ada di sana tampak bersitegang walaupun tidak ada yang benar-benar mengetahui mengapa mereka harus begitu selain hanya untuk meni
“Jangan pernah berpikir kalau aku akan begitu mudahnya dirundung apalagi dikalahkan oleh sekumpulan orang-orang aneh seperti kalian semua! Aku pasti bisa lulus tes kali ini. Tidak, aku pasti akan lulus tes kali ini dan menjadi bagian daripada Institut Teknologi Buyar tanpa kegagalan sedikit pun!”Raskar membatin dan tampak begitu membara di dalam hatinya dengan kesiapan mental yang sudah ditingkatkan lagi disertai dengan kondisi tubuhnya yang jauh lebih baik daripada beberapa waktu yang lalu.Sedangkan Harka Tenang tidak berpikiran demikian karena merasa cemas dengan sosok yang ada di dekatnya itu. Sebenarnya keadaan di depan matanya tersebut sudah sangat jelas sekali rasanya kalau Harka Tarung akan segera marah alih-alih semakin tenang. Sesuatu yang sangat tidak diharapkan sama sekali oleh Harka Tenang yang sebelumnya berencana membuat keadaan menjadi lebih baik malah berubah semakin membusuk.Benar saja, tatapan matanya Harka Tarung yang sebelumnya diarahkan kepada Raskar seketika
“Sekumpulan orang yang datang sebelumnya jelas sekali terasa aneh. Mereka datang secara tiba-tiba dan langsung menawarkan gencatan senjata sebelum akhirnya masuk dengan banyak orang. Mungkin saja mereka semua adalah bala bantuan dua orang licik itu!”“Tampaknya, keduanya pasti sudah merencanakan segala macam trik rahasianya. Aku hanya perlu tetap tenang meski perkataan orang ini yang berani menghina ibuku sudah sangat keterlaluan sekali! Aku akan mengingatnya dan akan membalas perkataan lancangnya itu nanti!”Raskar tampak begitu bingung sekaligus semakin berpikiran dengan jeli dan menyeluruh untuk memahami segala macam situasi yang ada di hadapannya saat ini. Tatapan matanya bergantian melihat ke arah dua orang licik dan kelompok Dirto Buras.Dirto Buras dengan hati-hati dan tenang terus mengawasi situasi yang tengah bersitegang tersebut. Dia juga melihat tatapan mata Raskar yang penuh kewaspadaan tinggi jelas sekali diarahkan kepadanya.“Hmm…? Ada apa ini yang sebenarnya? Mengapa ra
Harka Tarung tetap diam di tempatnya seolah-olah tidak ingin memberikan tanggapan sama sekali. Hal ini semakin membuat Harka Tenang tak bisa mengendalikan dirinya dari kebingungannya yang semakin memuncak.Tidak seperti namanya yang ada kata tenangnya, tampaknya Harka Tenang tidak setenang itu sebagai seorang individu. Dia jelas bocah biasa yang terkadang juga tidak menahan diri untuk panik.Apalagi ketika situasi yang ada ternyata cukup mendesak dirinya dan semakin membuat jantung hatinya berdebar tak terkira lagi jumlahnya. Sebuah pengalaman hidup yang sangat langka baginya.Meski demikian, Harka Tenang memang terkenal dengan kemampuannya menganalisis situasi dengan cepat sebelum merespon dengan spontan pilihan yang paling baik untuk diambil olehnya sebelum terlambat.Karakternya yang solutif tersebut mampu membuat Harka Tenang selalu aman menghadapi segala macam situasi mendesak yang ada di dekatnya tidak peduli seberapa banyak dan besarnya itu.Sebuah kenyataan yang patut diacungi