Kepercayaan dirinya semakin meningkat ketika pergerakan Toni benar-benar terbaca oleh inderanya. Raskar tak pikir panjang langsung mundur dan terus menghindar.
“Ha-ha-ha! Raskar, kau tidak bisa kabur dariku!”
Toni bergerak secepat dia mampu. Namun, gerakannya tidak begitu cepat di mata Raskar. Pemuda itu sadar kalau dia harus menjaga jarak di antara keduanya agar Toni segera kelelahan.
Boom!
Meski tubuhnya sudah tidak bisa bertahan lama, Raskar menggertakkan giginya dan langsung bergerak secepat mungkin menghindari setiap saat Toni mendekat.
“Urgh…. Cederaku, sakit sekali! Aku tak tahan lagi,” batin Raskar mencoba terus menghindar.
Seteguk darah keluar dari mulutnya karena terlalu memaksakan diri bergerak terlalu cepat di tengah luka-luka yang terlalu dalam untuk diabaikan begitu saja.
“Raskar! Jangan lari kau! Hiyah!” Toni meraung keras dan langsung menghantam ke arah Raskar.
Boom!
“Hmm? Dahsyat sekali! Namun, Raskar ini boleh juga instingnya lumayan bagus kali ini. Saya awasi dulu sebelum bertindak ikut campur apabila situasi memburuk,” ujar juri yang kembali siaga mengawasi jalannya pertarungan di atas arena.
Ledakan keras kembali terdengar dengan debu yang semakin berterbangan hingga sulit bagi para penonton untuk melihat kondisi sebenarnya.
“Ada apa? Apa yang sedang terjadi?”
“Ayolah! Siapa yang menang sekarang?”
“Toni ini, mengapa dia butuh waktu yang lama sekali untuk mengalahkan bocah terkutuk yang sudah terluka parah itu?”
“Hmph! Jelas sekali kalau Toni itu tidak becus mengendalikan jurusnya. Tekad Raskar dalam menghindarinya benar-benar tepat sekali!”
“Menghindar? Dia hanya pengecut setengah sadar! Toni pasti menang!”
Berbagai tanda tanya yang mengandung segudang pertanyaan terus dilontarkan di antara para penonton yang sedari tadi melihat pertempuran Toni melawan Raskar.
Ada yang lumayan takjub dengan upaya Raskar mengendalikan situasi, tetapi banyak juga yang terus mencacinya dan tidak berharap kalau dia akan bertahan lama di tengah serangan ganas Toni.
Whoosh!
Debu yang pekat di dalam arena semakin memudar. Terlihat dua sosok yang berdiri tegak dipisahkan jarak beberapa langkah kaki.
“Hosh, hosh! K–kuat sekali dampaknya! A–aku tak kuat lagi bertahan.”
Raskar dengan napas tersengal-sengal sudah tak kuasa lagi menahan rasa lelahnya. Cederanya sudah parah sejak awal dan sekarang bertahap semakin memburuk.
Di sisi lain, Toni memiliki ekspresi suram sekali di wajahnya. Dia memiliki ekspektasi yang begitu tinggi terhadap jurus yang digunakannya itu.
Namun, dia tidak menyangka kalau Raskar masih saja dengan lihainya mampu menghindar di saat-saat terakhir jurusnya tiba mendekat ke arah pemuda itu.
“Grrr…. Mengapa dia masih bisa menghindar? Meskipun mampu, seharusnya dampak seranganku pasti membuatnya pingsan seketika!”
Toni menggertakkan giginya begitu geram melihat sosok Raskar yang sudah seperti ranting pohon yang bisa patah kapan saja itu masih berdiri tegak di hadapannya seakan tak mampu diguncang olehnya.
“Hmm? Celaka! Kendali jurusku sudah tak mampu bertahan lama lagi. Jika terus seperti ini, tidak lama lagi kalau jurusku akan semakin melemah seiring waktu berjalan!”
Toni semakin menyipitkan matanya. Dahinya mengerut tak sedap dipandang. Dia yang merasa kekuatannya semakin lama terkuras habis mulai gelisah.
Di saat inilah, Raskar kembali berteriak keras untuk memprovokasinya. “Toni! Inikah kekuatan Pendekar Tingkat 2 dengan jurus khususnya sukunya, hah? Lemah sekali!”
Raungan keras Raskar terasa seperti seekor harimau yang sedang terdesak tak berdaya dan hanya bisa meraung-raung untuk menakut-nakuti musuhnya.
Meski begitu, Toni tetap terpengaruh dengan perkataannya dan semakin gila untuk segera menghancurkan Raskar saat itu juga.
“Raskar! Dasar licik dan pengecut kau! Beraninya hanya kabur! Cuih!” Toni balas mengejek dan meludah ke atas arena melampiaskan kekesalannya.
“Licik dan pengecut? Kalau aku Pendekar Tingkat 1 yang berani melawan Pendekar Tingkat 2 seperti dirimu disebut seperti itu, lalu bagaimana denganmu, hah?” sahut Raskar dengan sebuah pertanyaan yang begitu indah dilesatkan ke segala arah.
Para penonton yang menyaksikan pemandangan keduanya beradu mulut untuk saling memprovokasi dan melemahkan mental masing-masing hanya bisa terdiam melihatnya.
Keheningan singkat tepat setelah perkataan Raskar itu seakan tahun demi tahun telah berlalu begitu cepatnya.
Situasi tegang semakin memuncak manakala Toni sudah meradang tak kuasa menahan amarahnya lagi.
“Raskar! Mampus kau, hiyah!”
Toni tak berbasa-basi lagi langsung menyerang Raskar dengan sekuat tenaga. Hentakan langkah kakinya kembali berguncang begitu hebat.
Tampaknya, beban jurusnya semakin sulit untuk dikendalikannya tak peduli seberapa jeniusnya Toni. Ini adalah batasannya menggunakan jurus yang terlalu kuat itu.
Boom!
Pukulan begitu ganas dengan badai debu bertebaran di sekelilingnya membuat Raskar semakin gemetar dengan keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya.
Serangan jurus aneh Toni jauh melebihi semua jurus yang selama ini sudah Raskar temui. Terlalu mematikan meski kekuatan jurusnya belum lengkap.
“Me–mengerikan! Jika aku terkena serangan itu sekali, aku pasti akan mati! Toni ini, jelas sekali ingin membunuhku sekarang!” Raskar menggertakkan giginya sebelum dengan cepat bergerak ke samping kiri hendak memutari arena.
“Hmph! Lalu apa? Aku hanya perlu menghindarinya hingga efek jurusnya berakhir. Aku menolak percaya kalau dia bisa terus-terusan menggunakan jurus anehnya itu!” batin Raskar berusaha menenangkan hatinya.
Gerakan lincahnya perlahan terbentuk meski terkadang tidak sempurna. Dirinya yang tertatih-tatih menghindar tampak seperti orang yang benar-benar ingin bertahan hidup.
“Mau lari lagi? Jangan harap!” teriak Toni dengan cepat mengarahkan serangannya ke titik Raskar berusaha kabur darinya.
Toni sadar betul kalau terus berusaha melayangkan serangan jarak dekat hanyalah mimpi ketika Raskar masih saja bergerak dengan lincah menghindarinya.
Satu-satunya harapan adalah melepaskan seluruh sisa kekuatan jurusnya dalam satu pukulan garis lurus yang akan menghempaskan Raskar.
“Meski efeknya akan melemah, aku tidak peduli lagi. Raskar, kamu pasti menderita sekali yang lebih buruk daripada kematian!” batin Toni yang semakin pucat wajahnya karena kelelahan menggunakan jurusnya itu.
Boom!
“Urgh…!” Raskar tak kuasa menahan serangan jarak jauh yang tiba-tiba itu hingga terlempar melayang di angkasa, lalu jatuh berguling-guling seperti layang-layang yang putus talinya.
“Wohek!” Suara muntahan terdengar begitu menyedihkan dari rongga mulut Raskar.
Banyak sekali tumpahan sisa-sisa makanan di dalam perutnya dengan darah yang juga ikut keluar menyertainya secara bersamaan.
Sorot matanya dipenuhi kebingungan dan keputusasaan yang begitu dalam tak tertahankan lagi. Pandangannya juga semakin kabur dan tak mampu bertahan lama lagi.
“A–aku…. A–apa sudah tidak ada harapan lagi?” gumamnya lirih tak lagi berdaya.
Semangat dan percaya dirinya benar-benar hancur saat itu. Sebelumnya, dia merasa kalau dirinya berhasil menemukan celah yang bisa dimanfaatkan dengan baik.
Namun, kenyataan begitu kejam dengan pahit menghancurkan semua teori liarnya yang dipercaya oleh dirinya sendiri. Tentu saja semua itu tidak masuk akal dan inilah hasil akhirnya.
Jarak antara Pendekar Tingkat 2 dengan Tingkat 1 sudah seperti langit dan kandang ayam warga. Meski terlihat dekat selisihnya, itu terlalu jauh pada kenyataannya.
“Ketika mereka yang berada di luar memutuskan untuk menyerang, maka hanya pada momen itu saja yang bisa membuktikan kalau kelompok mereka bukanlah bagian daripada orang-orang yang ada di luar sana.”“Bukanlah hal atau sesuatu yang sebenarnya terlalu sulit untuk dilakukan. Hanya saja, pada momen tersebut terjadi pastinya akan segera menimbulkan segala macam kekacauan yang terjadi secara berturut-turut tanpa henti-hentinya yang dapat membuat segalanya semakin rumit untuk dijelaskan dengan kata-kata lagi!”“Hmm…. Sulit sekali rasanya! Apa aku menyerah saja dengan Bola Abadi ini dan mencoba di tempat lainnya? Barangkali ada kemungkinan di tempat Bola Abadi lainnya, kan? Tidak ada yang tahu akan hal itu baik atau buruk untuk kita berdua, tapi tentunya tidak perlu dikobarkan terlalu berlebihan.”“Huuh…, menyebalkan sekali! Aku harus tetap bertahan sebaik mungkin dengan keadaan yang seburuk mungkin seperti ini. Tes aneh macam apa ini yang alih-alih menilai secara individu malah dibuat seolah
Dua orang licik saling menatap dengan tatapan yang terlihat begitu sangat kebingungan dari raut wajahnya mereka semua. Jelas sekali rasanya kalau mereka juga tidak bisa menahan diri daripada keterkejutannya tersebut.“Hei, Harka Tenang! Apa yang harus kita lakukan sekarang? Mereka semua yang ada di luar Bola Abadi berjumlah seratus orang lebih. Kedatangan mereka dengan damai atau tidaknya masih tidak kita ketahui sama sekali!”“Kalau mereka semua datang dengan damai, tentu rasanya tidak akan menjadi masalah yang terlalu berlebihan untuk dihadapi sama sekali. Namun, kalau mereka datang dengan maksud untuk merebut secara langsung, maka kita semua yang ada di sana dipaksa untuk bertarung bersama-sama, kan?!”Harka Tarung mengirimkan pesan telepatinya kepada rekannya tersebut dengan tegas dan jelas sekali isi pesannya tanpa perlu susah-susah untuk diartikan sama sekali sebab sudah jelas kalau Harka Tarung benar-benar khawatir.Harka Tenang yang disampingnya tentu saja mengerti dengan baik
Braka Dirju sebenarnya terlihat begitu menyedihkan ketika dia terus berusaha mendekatkan diri ke arah Bola Abadi di hadapannya tersebut ketika sosoknya tak henti-hentinya disenggol dari segala sisi hingga terkadang membuatnya jatuh.Bruk…!“Urgh…! Sialan kau, wanita mengerikan! Lihatlah baik-baik kalau aku kelak tidak akan sama sekali melepaskan dirimu. Demi Allah tidak akan sama sekali! Setelah semua ini berakhir, aku pasti akan berlatih sekeras mungkin!”“Apabila diperlukan untuk berlatih terus menerus sampai jenggotku tumbuh memanjang sebelum akhirnya rontok karena sudah waktunya. Intinya, aku pasti akan membalas semua perbuatanmu kepadaku tanpa terkecuali!”“Rasa sakit yang telah kau tempelkan di dalam hatiku ini benar-benar tidak akan pernah bisa dihapuskan begitu saja. Demi burung yang terbang ke langit, aku pasti akan melampaui dirimu suatu saat nanti sampai kau sendiri pasti akan dikejutkan dengan kehebatanku di masa depan yang akan datang!”Braka yang tersungkur itu terus men
Selain kelompoknya Dirto Buras dan bawahannya itu, semua orang yang ada di sana diam-diam saling bertukar pikiran melalui pesan telepatinya yang kurang lebih merasa ada yang aneh dengan semua kejadian yang baru saja selesai beberapa saat yang lalu itu.Kebingungan mereka semua tentunya didasarkan kepada fakta kalau mereka telah berada di dalam Bola Abadi hampir dalam waktu yang bersamaan dengan dua orang licik dan Raskar yang sejak tadi sudah menguasai Bola Abadi ini.Dengan demikian, mereka yang tahu betul dengan hubungan antara dua orang licik tersebut dengan Raskar merasa seperti secara paksa dibuat bingung dan bimbang terkait tingkah laku daripada ketiga orang tersebut yang terasa aneh.Ada sebagian yang berasumsi kalau semua perselisihan dan perdebatan di antara ketiga orang tersebut sebelumnya hanyalah sandiwara yang digunakan untuk memicu konflik berkepanjangan di antara semua orang yang ada di dalam Bola Abadi tersebut.Namun, tidak sedikit pula yang skeptis dengan asumsi liar
“Apa lagi memangnya selain mundur dan kembali duduk dengan tenang di tempat kita sebelumnya, hah?! Hanya itu saja yang paling bisa aku pikirkan sebagai solusi untuk penyelesaian masalah huru-hara yang kau ciptakan ini!”“Hah…? Sudah aku bilang tidak perlu menyalahkanku terus-menerus! Lagi pula, kau sendiri juga tidak mampu mengendalikan diri gara-gara melihat tatapan matanya Raskar juga, kan?! Kita berdua memang pada kenyataannya sedang dijebak oleh bocah terkutuk itu sejak awal tadi dan ini semua bukanlah salahku!”“Hmph…! Kalau bukan karena ulahmu sendiri yang terlalu berlebihan malah menatapnya, kita berdua pasti tidak akan terjerumus dalam ilusi dan pengaruh jurus yang kemungkinan besar dibuat oleh Raskar itu sendiri!”“Cuih…! Terserah kau saja kalau begitu! Aku sudah benar-benar bosan terus-menerus berdebat dengan orang menyebalkan sekali seperti dirimu ini. Menyebalkan sekali!”“Hmph…! Apakah kau pikir aku tidak berpikiran yang serupa sepertimu, begitu? Aku juga sudah bosan dari
Tatapan berdenyut dengan cepat melihat ke arah Harka Tarung yang tiba-tiba juga terlihat mempunyai perubahan situasi yang jelas. Kenyataannya memang demikianlah bahwa Harka Tarung juga mulai merasa aneh.“Hei…. Apa kau merasa kalau kita berdua ini seperti orang yang tidak bisa mengendalikan emosi gitu, kah? Ini jelas-jelas tidak seperti diri kita yang biasanya. Mungkinkah kau tidak merasa ada yang aneh?” tanya Harka Tenang melalui pesan telepatinya kepada Harka Tarung dan dengan cepat membuat Harka Tarung benar-benar terkejut.Pria garang tersebut yang sebelumnya ingin sekali segera menghancurkan Harka Tenang tiba-tiba harus terdiam manakala diberikan sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu dari perkara yang juga mengganjal di dalam hatinya.“Hmm…. Apa maksudnya dia bertanya tentang sesuatu yang ada di pikiranku? A–apa mungkin dia juga merasakan ada sesuatu yang salah juga di dalam dirinya sendiri? Mustahil! Tidak mungkin sesuatu yang baru saja masuk ke dalam pikiranku secar
Meski begitu, ada sesuatu yang membuat dia sendiri semakin waspada dengan perasaan penuh kebingungan terkait dengan perubahan situasi yang ada di depan matanya saat ini.“Tetap tenang di tempat kalian masing-masing dan jangan bergerak gegabah! Jika memang mereka semua sebenarnya mengincar kita, tentu saja kita semua pasti sudah siap sedia untuk melawan balik musuh-musuh kita semua ini!”“Namun, aku juga masih meragukan itu. Keterkaitan di antara mereka semua lebih rumit daripada yang telah aku bayangkan sebelumnya. Bisa jadi, mereka semua sebenarnya adalah satu kelompok yang sama sebelum kedatangan kelompok kita di Bola Abadi ini!”Dirto Buras dengan serius memberikan respon dan arahan yang jelas sehingga langsung bisa dengan mudah dimengerti oleh semua orang yang ada di sana dengan kompak dan juga sangat berhati-hati di dalam hatinya.Jelas sekali kalau dugaannya tidak bisa dikatakan benar dan salah juga sebab hubungan antara mereka semua sebelumnya memang ada kerja sama sebelum semu
“Hmph…! Apa kau pikir aku takut denganmu, hah?! Tidak sama sekali dan kau harus ingat itu baik-baik! Meski kau tidak percaya, semuanya akan terbukti nantinya. Hanya saja, tidak untuk sekarang!”“Ha-ha-ha…! Omong kosong belaka lagi! Kau hanyalah pengecut semata yang terus-menerus saja membuat berbagai macam alasan palsu hanya untuk menutupi seluruh bagian tubuhmu yang takut denganku ini!”“Aku tidak pengecut, dasar bocah bodoh! Lihatlah pakai matamu baik-baik orang-orang yang ada di sekeliling kita saat ini! Apa kau pikir mereka tidak akan menyingkirkan kita berdua apabila kita terlalu lemah untuk melindungi diri sendiri masing-masing, hah?! Jawab pertanyaanku ini!”“Hmph…! A–aku juga sudah tahu hal sepele semacam ini sejak awal tadi. Sudah aku bilang berulang kali untuk tidak mengaitkan masalah ini lagi dengan topik-topik lainnya. Sudah cukup sekian omonganmu itu. Sekarang, jadi bertarung atau tidak?”Kedua orang licik tersebut malah sibuk dengan perdebatan di antara mereka sendiri de
Kepatuhan terhadap Dirto Buras bukan hanya sekedar kebetulan dalam menjalankan tugas melainkan sebuah kepercayaan yang sudah dibentuk bersama-sama selama beberapa lama waktu yang mereka lalui bersama.Dirto Buras bukanlah pemimpin kelompok yang bodoh dan amatir juga. Dia sudah lumayan lama memiliki pengalaman di dalam bidang kepemimpinan dengan para bawahannya yang cukup patuh dan cakap sekali tersebut.Dengan begitu, tidak ada komentar yang meragukan lagi karena perkataan Dirto Buras sudah seperti titah seorang Kaisar yang tidak bisa dianggap remeh atau sebatas omong kosong belaka saja itu pun tidak boleh sama sekali.Alhasil, mereka semua sadar kalau pasti ada maksud tertentu dibalik semua hal yang tidak mereka ketahui ini dengan leluasa membuat semua orang menerima kenyataan yang cukup membingungkan tersebut.Tatapan mata semua orang dengan begitu cepat tertuju kepada Raskar sekilas sebelum mengalihkan pandangannya dengan cepat menuju ke arah posisi Harka Tenang dan Harka Tarung se