“Terima kasih semuanya karena telah mendukung saya, terima kasih!” tegas Toni dengan lantang dan bersikap berwibawa seperti seorang Pendekar elit sungguhan.
Sorakan semua orang akhirnya bergema dengan tepuk tangan yang meriah menyambut kemenangan Toni seolah-olah telah menjadi tokoh paling berjasa di seluruh Wilayah Sabit.
Toni dianggap seperti pahlawan yang berhasil memberantas hama tikus berbahaya yang menyusup ke dalam Wilayah Sabit yang tentu saja hama itu adalah Raskar.
“Ha-ha-ha!” Toni tertawa terbahak-bahak di tengah pujian semua orang.
Sang juri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi langsung bergegas menuju arena. Kali ini, pria tua sebelumnya tidak lagi berusaha untuk menghentikannya.
Tak merasa ada hambatan lagi, sang juri langsung mengecek kondisi tubuh Raskar yang sudah terlihat begitu mengenaskan tanpa ada tanda-tanda kesadaran.
“Sial! Meski dia masih bernapas, tapi vitalitasnya sudah sangat melemah sekali. Kemungkinan dia harus koma selama beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun!” batin sang juri tak kuasa membayangkan konsekuensi dari kejadian ini.
Melihat kondisi Raskar begitu mengenaskan, sang juri mendongak dan menatap tajam ke arah Toni. Tatapan yang mengandung kekuatan seorang Pendekar Tingkat 7 mengguncang pikiran Toni.
Dia yang sebelumnya mabuk dalam pujian seketika merinding tak elegan seperti sebelumnya. Toni akhirnya sadar kalau sang juri menatap ke arahnya.
“A–apa yang coba kamu lakukan kepadaku? Tidakkah kamu sadar diri berusaha menekan seorang Pendekar Tingkat 2 sepertiku ini, hah?” Toni berteriak keras agar semua orang mendengarnya.
Para penonton yang mendengar dan melihat kejanggalan di dalam arena akhirnya kembali terfokus pada sosok sang juri.
“Ada apa sekarang?”
“Juri itu tampaknya sedang marah kepada Toni. Pendekar Tingkat 7 seperti itu malah mau ikut campur, apa-apaan semua ini?!”
“Hei, keluar dari arena sekarang! Jangan mencoba untuk menindas sang juara pertempuran di arena kali ini!”
“Benar itu! Keluar dan pergi sana!”
Berbagai ucapan dan keluhan secara beruntun di arahkan kepada sang juri. Toni tampak sedikit rileks ketika mendengar orang-orang disekitarnya mulai mencoba untuk menolongnya.
“Heh! Kamu ingin menindasku? Jangan bermimpi!” batin Toni masih membuat ekspresi takut padahal dia diam-diam tersenyum di dalam hatinya.
Sang juri yang sadar dengan perubahan situasi akhirnya menarik pandangannya dan fokus mengangkat tubuh Raskar yang sudah begitu lemah tak berdaya.
Dia juga tahu kalau Toni adalah jenius muda dari Suku Fanto. Sang juri tentu saja tidak bisa memperlakukan dengan kasar pemuda berbakat penuh dengan potensi masa depan seperti Toni.
Di sisi lain, juri tahu bahwa biang kerok dari semua ini tak lain adalah pria tua sebelumnya, sang mantan Sultan ke-98.
“Hmph!” Juri mengangkat tubuh Raskar sebelum mendengus dingin melihat Toni sekilas dan langsung bergegas pergi dengan cepat.
Toni yang melihat tatapan tidak sopan itu menjadi geram di hatinya. “Lancang! Aku akan membalas tatapanmu kelak ketika aku menjadi sosok terkuat di seluruh Wilayah Sabit!”
Toni menggerutu sebelum akhirnya segera mengabaikan semua keluhannya dan fokus menyapa semua penonton. Pemuda itu terlihat seperti selebritis yang baru naik daun saja.
“Ha-ha-ha! Terima kasih semuanya atas dukungannya yang melimpah!” Toni tertawa terbahak-bahak dengan puas menjadi bintang paling bersinar terang di bawah panas dan teriknya matahari.
“Toni! Toni! Toni!”
Sosoknya begitu berkilau seperti berlian yang dikagumi oleh semua orang. Namanya akan semakin terkenal pada hari itu.
Selain daripada berhasil mengalahkan Raskar yang merupakan musuh publik di seluruh Wilayah Sabit, Toni juga berhasil menunjukkan kejeniusannya ketika berhasil menggunakan jurus khusus Suku Fanto yang tentu saja sangat sulit dipelajari.
“Masa depan Toni ini memang tidak terbayangkan!”
“Cepat atau lambat, namanya akan sangat terkenal selama dia tidak mati!”
“Mati? Apa maksud perkataan seperti itu, hah? Jelas sekali kamu hanya iri saja!”
“Iri? Ini hanya fakta di dunia yang kejam ini. Bahaya ada di mana-mana. Kalau Toni masih bersikap ceroboh seperti ini, dia pasti tidak akan berumur panjang!”
“Hmph! Sudahlah kalau begitu, waktunya pulang! Hiburannya sudah selesai!”
Diskusi acak terjadi dan seiring berjalannya waktu mulai meredup. Orang-orang berpisah dan sudah waktunya pulang.
Lagi pula, pertempuran ini hanya bisa dianggap sebagai pemanasan saja sebelum Ujian Seribu Pendekar diadakan tiga bulan lagi dari sekarang.
Ujian Seribu Pendekar adalah acara akbar paling populer yang diikuti oleh semua Pendekar elit mulai dari Tingkat 1 hingga Tingkat 9.
Pertarungan sengit seringkali terjadi dengan beberapa korban luka parah hingga meninggal dunia sudah tidak asing lagi.
Alasan acara brutal ini diselenggarakan hanya demi melatih moral dan kekuatan tempur para Pendekar Wilayah Sabit dalam situasi pertempuran nyata.
Berlebihan? Memang begitulah adanya. Kekuatan adalah segalanya di dunia ini. Lagi pula, musuh besar acara ini adalah Pasukan Mata Api yang berada di dalam Portal.
Semua Pendekar yang mengikuti acara ini akan dikirim ke dalam portal tempat Pasukan Mata Api bersiap untuk menyerang.
Penilaiannya cukup sederhana. Ada pelacak di pakaian Tekno Pusaka milik para Pendekar yang akan mencatat semua pencapaian gemilangnya.
Selain itu, hadiah dari acara ini benar-benar sangat menggoda dan tak tertahankan oleh siapa pun hingga bahkan Pendekar Tingkat 10 pun sedikit tak mampu untuk berkedip berulang kali.
Alasan Pendekar Tingkat 10 tidak boleh ikut serta tak lain karena mengawasi semua pertempuran dan bertindak sebagai pemimpin atau pelindung bagi para pendekar di bawahnya.
Semua penonton yang tahu itu akhirnya bergegas untuk pulang dan mempersiapkan diri sendiri. Jika saja mereka bisa sedikit meningkatkan kekuatannya, itu akan sangat membantu ketika berada dalam acara paling brutal itu.
Tak jauh dari sudut tertentu tempat para penonton berada, terlihat ada dua pemuda aneh tampak menikmati makanan nasi kotaknya dengan begitu lahap.
“Alpha! Bagaimana menurutmu dengan hasil pertempuran kali ini?” tanya seorang pemuda gemuk yang mengenakan masker aneh.
Maskernya itu hanya menutupi dagunya saja seolah-olah ada sesuatu yang ingin disembunyikan olehnya sehingga orang lain tidak akan melihat apa pun.
Pemuda gemuk itu bertanya kepada pemuda gemuk lainnya yang tampak persis serupa wajahnya. Hanya saja, pemuda tersebut mengenakan ikat kepala yang menutupi dahinya.
“Hmm…? Entahlah, biasa saja menurutku. Memangnya, apa ada hal yang menarik perhatianmu tadi, Beta?” tanya pemuda yang disebut Alpha itu.
“Hah? Tentu saja bukan itu maksudku, Alpha! Aku berbicara peluang kita mendapatkan Poin Kontribusi akan semakin lebar dengan memanfaatkan situasi ini!” sahut pemuda yang disebut Beta dengan cemberut.
Alpha sedikit bingung dan terus melahap makanan di nasi kotaknya sebelum akhirnya bertanya, “Aku tak begitu paham dengan maksud perkataanmu sebelumnya. Apa sebenarnya maksudmu, Beta?”
Alpha tampak begitu polosnya bertanya dengan wajah gemuk yang begitu imut. Beta sedikit mengerutkan keningnya dan bola matanya menyipit menatap ke arah Alpha yang memang terlihat masih santai menikmati menu makanan nasi kotaknya dengan begitu lahap.
“Seharusnya, kalian saling bertarung terlebih dahulu sebelum menyadari kalau kekuatan kalian satu sama lain ternyata setara yang mana sudah jelas tidak pernah kalian lakukan sama sekali sebelum memutuskan beraliansi. Mungkinkah kalian bisa menerawang kemampuan sebenarnya satu sama lain? Mana mungkin bisa begitu, kan?!”“Ada juga orang berwajah jelek itu yang telah aku bantu berikan sentuhan berupa pukulan lemah lembut kepada wajahnya agar ke depan terlihat lebih jelek lagi. Dia seharusnya marah besar dan memang sudah terasa ingin menghancurkan diriku sebelum tiba-tiba tidak jadi karena dia melihat ke sisi kiriku secara singkat. Pastinya, dua orang tersebut terlihat diskusi melalui pesan telepati!”“Dengan demikian, sudah sangat jelas sekali hubungan kalian berlima tidak lain adalah rekan satu kelompok yang sedang berpura-pura seolah-olah saling tidak mengenal satu sama lain. Kalian berlima mungkin saja bisa menipu orang lain, tapi tidak dengan diriku!”“Oh iya…! Berdasarkan instingku
“Perasaan, seingatku memang tidak ada sama sekali peraturan omong kosong yang berbunyi dan mengikat seperti itu, bueh!” sahut Raskar dengan tegas memberikan jawaban yang sangat ambigu sambil mengejek dan tentunya membuat musuhnya semakin marah.“Orang-orang ini benar-benar kuat. Tidak salah lagi dengan hal ini. Bukan hanya kemampuan intelektualnya saja melainkan juga kehati-hatian serta respon mereka yang sigap dalam menghadapi setiap serangan yang diarahkan kepadanya.”“Pukulan dengan kekuatan penuhku tadi seharusnya sudah lebih dari cukup untuk memaksanya jatuh tersungkur dan pingsan seketika. Tidak disangka, dia dengan cepat mengalirkan seluruh Energi Sabit di dalam tubuhnya tepat di dagunya yang menjadi target pukulanku! Menarik sekali!”“Mereka seolah-olah seperti para veteran bertubuh mungil yang telah berpengalaman dalam segala macam pertarungan sengit sehingga reflek, kemampuan analisa, dan ketenangan mereka tidak bisa diremehkan!”Raskar membatin dengan perasaan kalau hasil p
“Aku pasti bisa! Saatnya menunggu dengan sabar terlebih dahulu!” batin Raskar tetap diam mengamati.Tak butuh waktu lama bagi kelima orang tidak tahu malu sama sekali tersebut dengan cepat melenyapkan satu persatu orang-orang yang ternyata juga mulai bermunculan untuk melakukan serangkaian serangan menyelinap.“Hiyah…!”“Lemah! Hmph…!”“Argh…! Uhuk-uhuk…!”Brak…!Dan begitulah seterusnya, tampak tidak ada satu pun yang berhasil dari sejumlah orang dengan sisa kekuatan mereka berusaha mengalahkan setidaknya satu orang saja dari ke lima orang tidak dikenal tersebut.Hal ini semakin memperkuat fakta yang sangat membuka mata lebar-lebar siapa pun yang melihatnya. Tidak peduli kepada para penguji yang sedang mengawasi, tiga orang tersisa dari kelompoknya Dirto Buras, dan tentunya Raskar sendiri.“Singkirkan semua pecundang ini! Tidak perlu lagi berlama membiarkan mereka terus sembuh akibat bantuan daripada Bola Abadi yang menyebalkan ini!” tegas salah satu orang tampak bosan dan tidak lagi
Dari luar, mereka seperti saling tidak mengenal sama sekali, tapi sebenarnya memiliki tujuan yang kurang lebih sama yaitu mencari suatu benda tertentu. Sesuatu yang tidak akan pernah diketahui siapa pun apalagi Raskar yang tengah bertahan untuk bersembunyi selama mungkin.Keberadaan benda yang tidak diketahui asal usulnya tersebut mendorong mereka untuk tiba di sana. Siapa dan dari mana mereka berasal masih belum jelas diketahui asal usulnya?! Hanya satu hal yang pasti yaitu keberadaan mereka yang lainnya telah ada di sana selama beberapa tahun belakangan.Segera menemukan objek yang disebut sebagai “Benda Hilang” adalah mutlak dan tidak boleh terjadi tawar menawar apalagi kegagalan. Beban berat tidak hanya dipikul oleh mereka berlima, tetapi juga masih banyak orang lainnya.Dengan demikian, sudah begitu jelas tak lagi bisa diragukan betapa pentingnya “Benda Hilang” bagi mereka untuk segera didapatkan sebelum diserahkan kepada atasan mereka. Kegagalan hanya berujung kepada kematian ya
“Hmph…! Bukankah sudah jelas kalau kelimanya hanya pecundang yang ketakutan sehingga harus bersembunyi sampai sejauh ini?”“Hush…! Jangan lupakan dua pengkhianat dari kelompok kita yang juga bersembunyi dengan baik! Mereka bukan pecundang, hanya saja lebih mengarah sangat licik sekali. Kemungkinan besar, lima orang ini tidak lemah sama sekali!”Ketiga orang yang berada di luar Bola Abadi tentunya sangat tidak menyangka bakal menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik tepat ketika ketiganya berpikir kalau semuanya sudah benar-benar berakhir dan tidak lagi terlalu berarti sama sekali.“Ehem…, sudahlah! Kalian mau bertarung atau tidak, hah? Kalau tidak, bukankah sebaiknya kita segera memutuskannya saat ini juga agar dapat istirahat sejenak terlebih dahulu?!”“Hmm…, meski aku tidak percaya kepada satu pun di antara kalian semua, tapi memang cara seperti ini yang mampu dilakukan menghadapi situasi kita berlima saat ini!”“Masuk akal…! Lagi pula, kalau kita berlima masih bisa muncul, besar k
Bak-buk-bak…! Bang…!“Argh…! Uhuk-uhuk…! Kurgh…!”Brak…!Orang tersebut tak lagi bisa memblokir serangan beruntun musuh dan akhirnya terpaksa menerima kenyataan sebelum menjerit dan jatuh tersungkur tanpa daya sama sekali.“Ha-ha-ha…! Sekarang, hanya tersisa kita berdua! Aku pasti akan men–, huh? Argh…! Uhuk-uhuk…!”Orang yang baru saja menyerang dengan percaya diri menjadi dipermalukan dengan serangan mendadak yang cepat dari pihak musuhnya. Jelas orang yang melakukan itu sudah menunggu momen musuhnya lengah.“Kurgh…! Si–sialan, aku akan membunuhmu…!” teriak orang tersebut tak senang dihajar sewaktu tak siap.“Banyak omong kau…! Aku yang pasti menang….! Hiyah…!”“Hmph…! Dasar dungu sekali yang tidak tahu kekuatan musuhnya! Hiyah…!”Dua orang tersisa berteriak dengan keras sekali. Sudah begitu jelas disertai dengan hempasan sisa terakhir Energi Sabit di dalam tubuh keduanya. Gejolak dahsyat kembali mengeluarkan getaran hebat.Whoosh….!Bang…!Keduanya langsung melesat dan saling baku