Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Bab 117 Arca Dewa Baruna

Share

Bab 117 Arca Dewa Baruna

Author: Freya
last update Huling Na-update: 2025-04-25 23:59:51
Mereka menerobos kerimbunan hutan di lereng Merapi. Ternyata jalur menuju goa itu tidak semudah yang terlihat dari jauh. Mereka masih harus berjalan agak jauh. Samar terdengar suara air mengalir dengan deras, semakin dekat suara air mengalir itu semakin jelas terdengar.

Akhirnya tibalah mereka di depan sebuah bukit batu yang terjal. Di atas bukit batu itu ada sebuah goa. Sesampainya di depan bukit batu, Rangga berdiri terpaku. Bukit itu ternyata curam dan dipenuhi oleh bebatuan yang terjal, licin dan berlumut.

"Kalau dengan cara biasa kita akan kesulitan mencapai goa itu,"Rangga berkomentar.

"Lalu apa kamu mau mundur dan mencari tempat lain?"tanya Saraswati.

"Tidak, kita tetap ke sana, kamu pegangan yang kenceng, aku bawa kamu ke sana,"Rangga memeluk pinggang Saraswati lalu melompat ke bukit batu, menapaki bebatuan dengan ilmu meringankan tubuh Sang Hyang Bayu. Saraswati yang terkejut berteriak kaget.

"Hei, kamu tidak perlu menggendongku seperti ini. Aku juga bisa!"

"Sudah
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 135 Penyusup

    "Penyusup...ada penyusup!"para prajurit istana berteriak memperingatkan untuk mengepung si penyusup. Medang menghunus pedangnya menghadapi para prajurit yang menyerangnya. Suara denting senjata dan teriakan pertarunganť memecah kesunyian malam itu. Tiba-tiba seorang wanita berseru "Hentikan, biarkan dia menemuiku!" Para prajurit itu sontak menghentikan serangannya dan mundur teratur. Seorang wanita muncul dari dalam gazebo. Bhre Pajang Sureswari datang, para prajurit langsung memberi hormat kepadanya. Bekel prajurit memberi hormat lalu berkata, "Gusti Ratu sebaiknya berhati-hati dengan Medang, orang ini menyusup ke istana. Pasti dia ingin membunuh anda untuk membalaskan dendam bapaknya. Kami mengkhawatirkan keselamatan anda. Jadi biarkan kami menangkap dan menghukumnya." "Jika adik sepupuku datang berkunjung sopankah jika aku mengusirnya? Dia bukan orang jahat atau orang asing bagiku, jadi tinggalkan kami berdua di sini,"perintah Bhre Pajang. Namun Bekel itu masih tak menye

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 134 Kampung Tamtaman

    Emosi Rangga semakin memuncak, tiba-tiba Rangga merasakan hawa panas di tubuhnya mulai bergejolak. Celaka, energi Sang Hyang Agni mulai menyala, aku tak ingin membunuhnya tapi api ini harus bisa ku keluarkan dari tubuhku,pikir Rangga."Aku tak mau mengotori tanganku dengan darahmu. Pergilah kamu dari sini dan biarkan aku pergi!"Rangga menggerakan energi Sang Hyang Agni ke telapak tangannya, lalu mengarahkannya ke pohon Talok di sebelah si Kepala Penjara."Wwwuuug!"Api langsung membakar pohon Talok di sebelah Kepala Penjara. Sontak wajah kepala penjara itu berubah, tatapannya yang jumawa langsung berubah menjadi sorot mata ketakutan. Dia langsung balik kanan, lari menyelamatkan diri sejauh-jauhnya. Kesempatan ini digunakan Rangga untuk melarikan diri dari komplek penjara. Namun dii depannya terbentang dinding batu bata setinggi kurang lebih 8 meter. Tak ada jalan lain, di belakangnya para prajurit sudah bergerak menangkapi napi yang melarikan diri, sementara di depannya ada dindin

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 133 Perkelahian di Penjara

    Sepertinya ini memang sudah diatur, seharusnya tidak boleh ada senjata tajam di dalam penjara. Bahkan keris pemberian Romo Mada saja sudah mereka rampas. Mereka sudah merencanakan untuk membunuhku di tempat ini, pikir Rangga sambil tetap waspada. Kilatan belati bergerak, spontan Rangga menangkis serangan, memuntir tangan penyerangnya sehingga belati terjatuh di lantai penjara. Dia mendorong penyerangnya ke arah teman-temannya sehingga tubuhnya jatuh menimpa temannya."Bruuuk."Suara makian memenuhi sel, teman-temannya kembali mendorong badan penyerang Rangga. Untuk sesaat mereka saling ribut sendiri. Terlalu berbahaya jika aku berlama-lama di sini. Aku harus bisa keluar dari tempat ini, tapi aku tidak ingin menggunakan ilmu Sang Hyang Agni untuk membunuh mereka, pikir Rangga. Rangga teringat, para prajurit Pajang itu hanya merampas kerisnya tapi dia masih punya pisau bedah yang tersembunyi di lipatan setagen. Rangga mengambil pisau bedah itu untuk berjaga-jaga menakuti musuh. Seme

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 132 Jebakan

    Setelah seharian berlatih bersama Ki Bima, Rangga mengemukakan keinginannya untuk pergi mencari Saraswati."Ki Bima, sudah saatnya saya pergi mencari Saraswati, besok saya akan ke Trowulan mencari Saras yang diculik Hasta.""Aku ikut ke Trowulan, sekalian mau menengok Wening di Kasogatan Dharma Suci. Lagipula berada di rumah ini malah membuatku sedih. Setiap hari aku bisa melihat bayangan isteriku di setiap sudut rumah ini ,"keluh Ki Bima.Rangga menyambut baik keinginan Ki Bima."Tentu saja, lebih baik jika ada teman di perjalanan."Keesokan paginya waktu subuh, Rangga dan Ki Bima sudah berangkat dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju Pajang. Saat mereka tiba di kota, hari sudah siang dan merasa lapar dan haus."Kita mampir ke Kedai Medang temanku. Masakannya enak dan murah,"ajak Ki Bima.Saat tiba di kedai Medang, kedatangan mereka disambut oleh seorang pelayan yang segera mempersilahkan mereka masuk. Baru saja mereka duduk di tikar, seorang laki-laki seumuran Ki Bim

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 131 Pertemuan Siwi

    Saat sadar, Rangga mendapati dirinya sudah berada di tempat tidurnya. Untuk sesaat Rangga bingung dengan peristiwa yang dialaminya. Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat. Ki Bima menghampiri dirinya membawa cawan di atas nampan. "Aah kamu sudah bangun...ini ada beras kencur, minumlah supaya badanmu segar lagi,"Ki Bima menyodorkan cawan kepada Rangga. Sebenarnya saat itu Rangga merasa kesal terhadap Ki Bima. Namun hatinya mulai luluh saat Ki Bima memberinya minuman. Rangga menyambut cawan lalu menenggak habis isinya. "Terimakasih, sebenarnya apa yang tadi anda lakukan pada saya?"tanya Rangga dengan nada emosional. Ki Bima menghela nafas panjang lalu menatap Rangga dengan pandangan serius. "Aku menunjukmu sebagai ahli waris Ilmu Sang Hyang Bayu. Anak-anakku sudah tidak bisa kuharapkan lagi untuk melestarikan ilmu itu. Aku mohon pergunakanlah ilmu itu untuk kebaikan dan turunkanlah pada generasi berikutnya." Rangga tertegun, ternyata Ki Bima telah m

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 130 Perjumpaan dengan Ra Tanca

    Rangga hanya bisa menatap pisau bedah yang bergerak tak beraturan tanpa berani menyentuhnya. Beberapa saat kemudian, pisau bedah itu berhenti bergerak. Dengan hati-hati Rangga mencoba menyentuh pisau itu. Ternyata tak ada reaksi dari pisau bedah itu, Rangga bernafas lega lalu memasukan pisau bedah ke dalam peti, setelah itu tidak ada suara lagi dari dalam peti.Rangga kembali ke tikarnya dan kembali berbaring lalu memejamkan matanya mencoba tidur kembali. Saat akan terlelap antara terjaga dan tidak, Rangga melihat asap keluar dari dalam peti. Asap itu makin lama makin tebal membentuk satu sosok. Kemudian asap mulai menipis dan sosok itu makin terlihat jelas. Rangga melihat seorang laki-laki berpakaian serba putih berdiri di depan peti.Sontak Rangga langsung terjagaPisau bedah itu mulai menampakan penghuninya, pikir Rangga.Laki-laki itu menyapa Rangga"Anakku, ternyata kamu sekarang sudah besar. Aku senang melihatmu menjadi seorang tabib yang mumpuni."Rangga terkejut, barulah dia.m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status