Share

DIKURUNG

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-09-25 08:03:04

"San'aelah, calon lo bukan kakek-kakek'kan? Lagian kalau cowok lebih dewasa tuh bagus. Kita bisa manja coz doi yang ngemong. En, lo jadi terhindar dari pergaulan bebas, lo gak bakal kejebak dosa zina!"

Pengen ngakak guling-guling denger Nindia ngomongin dosa. Apa otaknya konslet tumben bicara benar sedikit.

"What? Lo ngomong dosa? Kapan lo jadi ustazah, Jeng!"

"Diih, cantik-cantik gini gue lebih lempeng dari lo! Omongan kakak mentor agama masih nerap di otak gue!" cerocosnya.

Lumayanlah ngobrol kesana-sini sama Nindia mengurangi beban pikiran dan hati. Sahabatku itu meski koplak, kadang ada benarnya. Kuakui dia lebih religi. Kadang cerewet nyuruh-nyuruh teman satu genknya untuk sholat. Kadang aneh, kok masih ada mahluk seperti itu di dunia.

*

Ini hari kelima aku dikurung di kamar. Rasanya bete tiada tara. Kadang aku berteriak-teriak untuk meluapkan kekesalan. Kalau sudah keterlaluan, papa akan masuk untuk menenangkan. Jika sudah begitu rasa iba masuk di dada ini. Tak tega melihat lelaki yang sudah berjuang mati-matian mendirikan perusahaan harus kehilangan segalanya.

Kadang terpikir siapa sebenarnya orang yang telah mengobrak-abrik perusahaan kami? Jahat sekali orang itu. Demi kesuksesan, dia menari di atas derita orang lain. Seperti itukah dunia bisnis kapitalis?

Andai aku bertemu dengan orang jahat itu, ingin rasanya menceramahi panjang lebar. Aku pun punya niat balas dendam atas kelakuan buruk itu. Bagaimana tidak, karena ulahnya aku harus terjebak dalam pernikahan menyebalkan ini. Brengsek memang!

Di tengah lamunan, pintu kamar diketuk. Lewat dari sehela napas, suara cempreng dari arah luar meminta izin masuk. Kuputarkan dua bola mata sebelum menjawabnya.

Wanita yang tingginya lebih pendek lima senti dariku melenggang masuk saat izin kukeluarkan. Kualihkan pandangan keluar jendela agar tak bertemu pandang dengan mata bulat itu. Jujur saja, meski sudah lima tahun hidup bersama, tak ada kata perdamaian untuknya.

"Ganti pakaianmu kita akan ke butik sekarang! Malam ini papamu akan mengadakan pertemuan dengan Mr Hans Alexander!"

Ucapan itu sukses membuatku mengarahkan pandangan padanya. Di tengah kekagetan, mulutku pun berkata,

"What?"

"Kenapa kalian mutusin seenaknya. Aku gak mau ketemu siapapun!"

Kutajamkan pandangan pada mata yang dihiasi kontak lensa biru. Makin melihatnya, makin mual perut ini. Apakah benar tak ada jalan untuk menolak pernikahan itu? Oh, Tuhan cobaan macam apa ini? Aku' kan masih muda, masa harus secepat ini berubah status?

"Jangan kekanak-kanakan, Kanaya! Ayolah, harusnya kau merasa beruntung sebab akan menjadi nyonya besar, nyonya Hans Alexander. Kau tahu, dia itu pengusaha paling berpengaruh. Banyak wanita mengejarnya. Jangan naif, Nay. Hidup tanpa harta itu tak berguna!"

Sepertinya rasa mual ini sudah naik ke kerongkongan. Untung saja tak kusemburkan ke arah mukanya. Lebih baik kuturuti saja permintaan nenek sihir itu daripada bicara tanpa henti.

"Aku mau ganti baju, apa mama mau liat?"

"Nah, gitu dong cantik. Mama yakin Mr Hans akan jatuh cinta padamu. Punya wajah cantik itu jangan disia-siakan, Kanaya Sayang!"

Setelah mengakhiri ucapannya. mama langsung pergi. Sekilas aku masih menangkap senyum khasnya. Senyum menyebalkan. Namun, aku tak terlalu memusingkan hal itu sebab kini muncul ide gila yang tak boleh gagal dijalankan.

*

"Wow, amazing!" puji mama.

Mama berdecak melihat penampilanku kali ini. Ia berputar mengelilingi badanku, matanya tak sedetik pun lepas dari balutan gaun pesta ini. Tempat yang berisi fashion wanita kelas atas ini memang tak diragukan kualitasnya. Pejabat, pengusaha dan artis tentu tak salah jika kerap bertandang ke sini.

"Perfecto!" sanjung pemilik butik high class ini. Ia pun tak mau kalah mengumbar puja puji yang cukup melambungkan hatiku. Di ruangan yang pencahayaan berasal dari lampu berderet ini aku dijadikan model percobaan berbagai gaun.

Lepas dua jam memilih fashion dan perhiasan kami pun mengakhiri shoping. Akhirnya kesempatan untuk kabur datang juga.

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PENGANTIN BELIA   SENTUHAN MANIS

    HANS"Jangan-jangan malam pertama pun belum, ya? Hahaha! Tragis sekali hidupmu, Teman!"Aku tak mau meladeni ejekannya. Meski itu fakta, tak suka juga mendapat pelecehan. Lebih baik melihat keadaan Kanaya. Siapa tahu sudah siuman. Sudah dua jam anak itu pingsan, sekarang sedang di temani orang tuanya.Ben mendapat luka cukup parah, untung masih dapat diselamatkan. Dia kakak yang baik karena bertaruh nyawa untuk adik semata wayangnya. Sementara teman-teman Kanaya, setelah mendapat perawatan mereka dibawa pulang keluarganya. Para penjahat yang mencoba melecehkan Kanaya dan teman-temannya itu tak ada yang tewas hingga John tak perlu ribet berurusan dengan polisi. Seperti biasa John akan menyumpal aparat dengan sejumlah uang cukup besar hingga kasus penembakan itu takkan dipersoalkan. Tentu penjahat itu juga akan mendapat ganjaran berkali lipat di penjara sana. Apalagi ini menyangkut Kanaya, Nyonya Alexander. Siap-siap saja mereka membusuk di penjara. Meski aku dan beberapa anak buah me

  • PENGANTIN BELIA   RESIKO

    HANSDi tengah kepanikan, John mengabarkan bahwa ada kerusuhan di konser gedung Harmoni. Ia memberikan prediksi bahwa kemungkinan Kanaya ada di sana. Tanpa lama aku perintahkan supir untuk menuju tempat itu.Benar saja, setelah supir menyetel berita, terpampang hiruk pikuk peserta konser. Menurut reporter kerusuhan itu akibat provokasi beberapa penonton yang memicu keributan hingga menjalar menjadi besar. Para provokator sebagian sudah tertangkap, sementara lima lainnya masih dalam pencarian.Aku menajamkan mata untuk meneliti apakah di antara penonton yang tertangkap kamera ada Kanaya di sana. Sial, tak ada!"Brengsek!" Sekali lagi aku mengumpat sebab jalanan menuju tempat itu macet total. Akhirnya supir mengambil rute alternatif menuju area belakang gedung. Lumayan jauh jaraknya ke tempat itu.John kembali menelepon. Ia memastikan. Kanaya tak ada di tempat itu. Hanya saja, aku masih tak percaya hingga kuperintahkan harus tetap ada sebagian anak buah di sana, dan yang lain menyebar

  • PENGANTIN BELIA   DALAM. BAHAYA

    KANAYA"Si, siapa kalian!"Bukannya menjawab, tiga lelaki yang sekarang menghampiri itu terbahak. Kami mundur untuk menghindari kekurangajaran mereka. Samar, aku masih bisa melihat seringai dan tatapan liar orang-orang berbadan kekar itu. Sepertinya preman yang sudah terbiasa dalam dunia hitam. "Jangan buru-buru. Kita bersenang-senang saja dulu, Ok!" ucap lelaki berkepala botak sambil terus mengikis jarak. Sementara, yang bertubuh lebih pendek mengincar Lili, sedang yang gemuk mendekati Alika. Jantung ini sudah tak terbayang berapa oktaf kenaikan level detakannya. Aku memegang tas selempang mini kuat-kuat, berpikir akan menghantamkan benda ini Sekuat-kuatnya jika dia berani menjamah.Ternyata tangannya lebih cepat dari gerakanku. Pria bejat itu menarik paksa lenganku hingga tubuh ini hampir menempel di dada dan perutnya. Sekuat mungkin aku berontak, memukul, mencakar atau menendang. Namun, itu tak berguna sama sekali. Cengkaramannya malah makin kuat. Yang terjadi pada Lili dan Alika

  • PENGANTIN BELIA   EFEK BURUK

    KANAYA Teman-teman terus membujuk hingga aku takluk. Mereka meyakinkan bahwa Mr Hans tidak akan marah. Acaranya tak sampai larut malam. Untuk merealisasikan rencana ini, kami mengatur strategi untuk kabur dari Om John. Soalnya pasti lelaki itu tak akan menyetujuinya. Jujur, hati ini tak setuju dengan rencana gila itu. Namun, mengingat ini kebersamaan yang terakhir dengan mereka, aku mengiyakan. Rasa bersalah pada lelaki yang sangat baik itu sekuat mungkin Kutepis. Pun dengan rasa takut akan murkanya. Ah, gimana nanti sajalah, yang penting happy.Untuk memuluskan rencana aku menyuruh John duduk jauh dari kami di dalam bioskop. Dengan alasan HP lowbat aku titipkan benda itu padanya. Hal itu dilakukan agar saat kabur tak bisa dilacak. Jelaslah lelaki berwajah sangar itu tak bisa menolak perintah nyonyanya ini.Setelah film berlangsung seperempat putaran, satu per satu dari kami keluar dalam jeda lima menit per-orang. Hal itu untuk menghindari kecurigaan John jika matanya menangkap ada

  • PENGANTIN BELIA   MEMBUAT ULAH

    KANAYA"Yeaaa, akhirnya gue bisa keluar!"Aku berguling-guling dikasur untuk meluapkan kebahagiaan. Sprei ya g tertata rapi sampai acak-acakan. Pun dengan bantal dan guling sudah pindah posisinya. Bagaimana tidak, sebulan dalam kurungan itu menyesakkan banget. Meski ia sangat perhatian tetap saja belum menjadikanku betah di rumah. Kupandangi kartu berharga yang ia berikan. Otakku mencoba menaksir jumlah saldo di dalamnya. Uh, jadi senyum-senyum sendiri menyadari kekonyolan ini. Maklumlah ini kali pertama dapat mempergunakan uang semaunya. Kalau dulu, keuangan dipegang mama. Meski aku anak kandung papa, tetap saja dibatasi oleh wanita yang sok berkuasa itu.Curangnya, Ben boleh membeli apapun, sedang aku harus melalui interogasi tingkat tinggi. Makanya kalau ada keinginan aku akan menyuruh Ben yang minta. Untung saja cowok koplak itu tak seperti saudara tiri dalam dongeng. Dia baik, sangat baik. Mungkin karena sama-sama tak punya saudara jadi hati kami bertaut.Jadwal ketemuan teman-t

  • PENGANTIN BELIA   MENGHILANG

    HANSSeumur hidup tak pernah aku merasa setakberharga ini. Ditolak itu menyakitkan. Segala cara telah kugunakan untuk meluluhkan hati Kanaya. Hasilnya sia-sia belaka. Ia dekat, tapi tak tercapai tangan.Kemewahan yang kuberi tak membuatnya membuka hati. Kemegahan ini tak menyilaukannya sama sekali. Perhatian, ketulusan yang tak pernah kuberikan pada orang lain pun seakan tak mampu menerjang karang terjal itu. Ia lebih keras kepala dari yang kukira.Helaan panjang napas ini tak mampu meredakan kesesakan yang memenuhi dada. Kini, aku hanya mampu mandangi bintang. Berharap semua dapat meringankan sedikit lara.*"Teman-teman mengundangku ke acara perpisahan sebelum kami kuliah di tempat berbeda, bolehkah aku datang?" pintanya pagi ini. Sendok yang akan masuk ke dalam mulut kutarik kembali. Setelah melepaskannya, mata ini melempar tatapan menyelidiki padanya. Jujur, aku tak suka dengan permintaan itu."Hanya perempuan. Mereka teman-teman satu genk saat kelas tiga. Lepas ini mereka akan per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status