Share

DIAKAH?

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-09-25 08:06:07

Dengan sedikit rengekan, wanita berusia empat puluh lima tahun itu mau juga menuruti permintaanku untuk masuk ke area supermarket. Sengaja kubuat ia kelelahan dengan berputar-putar dari satu tenant ke tenant lain.

"Mama tunggu saja di depan, aku masih harus nyari beberapa barang lagi!"

Sudah kuduga, ia menyerah. Meski rautnya terlihat jengkel, mama tak berani marah di tempat umum. Takut jatuh wibawa mungkin.

Setelah kupastikan mama tak melihat, aku langsung menyelinap di antara susunan rak dan etalase. Sukses! Saat dia sadar, tentu saja aku sudah pergi jauh.

Tak kurang dari lima menit aku sudah sampai di koridor lantai dua. Gerbang tempat ini adalah pintu utama yang langsung menghadap jalan raya. Dari sana bisa langsung naik taksi. Semua sudah kurencanakan dengan matang saat ganti pakaian di rumah.

"Aaw!"

Karena tak fokus, tubuhku menabrak seseorang yang badannya serupa dinding tebal. Ah, pantas saja keras, badan lelaki itu tinggi besar. Namun, saat sadar siapa pria itu aku kontan berteriak,

"Ben!"

Kurang asem kenapa Beni sialan ada di sini! Gagal sudah rencanaku. Argh!

"Mau kabur kemana adikku sayang? Dasar nakal, disuruh kawin aja pake acara kabur. Ayo pulang!"

"Kanaya, Ben!"

Aku dan Beni menengok bersamaan ke arah sumber suara. Rasanya ingin menjerit meluapkan emosi. Kenapa harus tertangkap, sih?

Ternyata Beni memang sengaja disuruh mama mengikuti kami. Anak dan ibu itu sama saja. Matre. Meski Beni lebih baik dari ibunya, tetap saja kalau urusan harta dia pun sangat gila.

"Ayolah Kanaya Sayang, nikah itu enak, loh. Usia segitu bukan tua, tapi mateng. Hot banget pasti," canda Ben. Hal itu tentu saja membuat wajahku panas. Malulah masa bahas begituan sama cowok.

"Beni, jangan bicara begitu. Gak sopan!"

Sebelum aku menghardiknya, mama sudah membuka mulut duluan.

"Rasain!" Kuleletkan lidah pada pemuda yang masih cengar-cengir.

"Kamu juga, Nay. Ngerepotin aja. Kalau kamu kabur, papamu bisa dipancung sama Mr Hans. Mau kamu?"

Lebay banget wanita itu. Siapa juga Mr Hans itu sampai mau mancung papa. Enak saja. Ah, sudahlah mending lihat nanti bagaimana sosoknya.

*

"Kanayaaa! Cepaaat! Nanti kita terlambat, aduh kamu ini lambat sekali!"

Entah untuk ke berapa puluh kali mama memanggil dari luar kamar. Dari oktaf satu hingga ke delapan. Rasain, emang enak nunggu aku yang belum ganti baju. Mending tiduran, eh.

"Nay Sayang apa harus aku yang pakein bajumu?"

Gawat, rupanya mama nyuruh Beni menggertak. Sialan tuh cowok. Ya Tuhan akhirnya aku harus menyerah pada takdir ini

Tak selang dua puluh menit aku sudah siap dengan segala tetek bengek fashion pesta. Sedikit riasan, iya hanya sedikit saja. Asal tak terlalu pucat juga cukup. Aku tak mau repot dengan tutorial make up yang ribet.

"Jiah, cantik sangat adikku ini. Gue yakin Mr Hans bakal bertekuk lutut sama my Cleopatra." ledek Beni dengan gaya mata tak berkedip memandangku.

"Narsis!"

Kupukulkan clutch pada lengan pemuda yang tengah terbahak. Tak kupedulikan ringisannya kemudian. Rasain! Kupercepat langkah agar tak mendengar omelan mama akibat anak kesayangannya kesakitan. Dasar manja!

Selama perjalanan aku tak berselera menanggapi obrolan papa dan mama. Lebih baik menghitung jumlah kendaraan yang menyalip mobil kami. Sesekali memandang langit yang bintangnya mulai bertaburan.

Lepas tiga puluh menit kami tiba di restoran yang gemerlap lampu hiasnya menyilaukan mata. Para pelayan berseragam batik menyilakan dengan sopan. Katanya Mr Hans sudah menunggu di ruangan eksklusif.

Aduh Jantungku rasanya lepas pelan-pelan. Jariku yang dibalut sarung tangan sewarna kulit mendadak berkeringat. Seperti tahu kegrogian putrinya ayah meraih telapak tanganku. Kami bertiga pun berjalan beriringan.

Detakan di dada ini makin bertalu kala kaki ini menjejak lantai ruangan yang telah dipesan. Kulihat dari jauh seorang pria tinggi tegap mengangguk sopan, lalu menyimpul senyuman.

Diakah Mr Hans? Calon suamiku itu!

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PENGANTIN BELIA   SENTUHAN MANIS

    HANS"Jangan-jangan malam pertama pun belum, ya? Hahaha! Tragis sekali hidupmu, Teman!"Aku tak mau meladeni ejekannya. Meski itu fakta, tak suka juga mendapat pelecehan. Lebih baik melihat keadaan Kanaya. Siapa tahu sudah siuman. Sudah dua jam anak itu pingsan, sekarang sedang di temani orang tuanya.Ben mendapat luka cukup parah, untung masih dapat diselamatkan. Dia kakak yang baik karena bertaruh nyawa untuk adik semata wayangnya. Sementara teman-teman Kanaya, setelah mendapat perawatan mereka dibawa pulang keluarganya. Para penjahat yang mencoba melecehkan Kanaya dan teman-temannya itu tak ada yang tewas hingga John tak perlu ribet berurusan dengan polisi. Seperti biasa John akan menyumpal aparat dengan sejumlah uang cukup besar hingga kasus penembakan itu takkan dipersoalkan. Tentu penjahat itu juga akan mendapat ganjaran berkali lipat di penjara sana. Apalagi ini menyangkut Kanaya, Nyonya Alexander. Siap-siap saja mereka membusuk di penjara. Meski aku dan beberapa anak buah me

  • PENGANTIN BELIA   RESIKO

    HANSDi tengah kepanikan, John mengabarkan bahwa ada kerusuhan di konser gedung Harmoni. Ia memberikan prediksi bahwa kemungkinan Kanaya ada di sana. Tanpa lama aku perintahkan supir untuk menuju tempat itu.Benar saja, setelah supir menyetel berita, terpampang hiruk pikuk peserta konser. Menurut reporter kerusuhan itu akibat provokasi beberapa penonton yang memicu keributan hingga menjalar menjadi besar. Para provokator sebagian sudah tertangkap, sementara lima lainnya masih dalam pencarian.Aku menajamkan mata untuk meneliti apakah di antara penonton yang tertangkap kamera ada Kanaya di sana. Sial, tak ada!"Brengsek!" Sekali lagi aku mengumpat sebab jalanan menuju tempat itu macet total. Akhirnya supir mengambil rute alternatif menuju area belakang gedung. Lumayan jauh jaraknya ke tempat itu.John kembali menelepon. Ia memastikan. Kanaya tak ada di tempat itu. Hanya saja, aku masih tak percaya hingga kuperintahkan harus tetap ada sebagian anak buah di sana, dan yang lain menyebar

  • PENGANTIN BELIA   DALAM. BAHAYA

    KANAYA"Si, siapa kalian!"Bukannya menjawab, tiga lelaki yang sekarang menghampiri itu terbahak. Kami mundur untuk menghindari kekurangajaran mereka. Samar, aku masih bisa melihat seringai dan tatapan liar orang-orang berbadan kekar itu. Sepertinya preman yang sudah terbiasa dalam dunia hitam. "Jangan buru-buru. Kita bersenang-senang saja dulu, Ok!" ucap lelaki berkepala botak sambil terus mengikis jarak. Sementara, yang bertubuh lebih pendek mengincar Lili, sedang yang gemuk mendekati Alika. Jantung ini sudah tak terbayang berapa oktaf kenaikan level detakannya. Aku memegang tas selempang mini kuat-kuat, berpikir akan menghantamkan benda ini Sekuat-kuatnya jika dia berani menjamah.Ternyata tangannya lebih cepat dari gerakanku. Pria bejat itu menarik paksa lenganku hingga tubuh ini hampir menempel di dada dan perutnya. Sekuat mungkin aku berontak, memukul, mencakar atau menendang. Namun, itu tak berguna sama sekali. Cengkaramannya malah makin kuat. Yang terjadi pada Lili dan Alika

  • PENGANTIN BELIA   EFEK BURUK

    KANAYA Teman-teman terus membujuk hingga aku takluk. Mereka meyakinkan bahwa Mr Hans tidak akan marah. Acaranya tak sampai larut malam. Untuk merealisasikan rencana ini, kami mengatur strategi untuk kabur dari Om John. Soalnya pasti lelaki itu tak akan menyetujuinya. Jujur, hati ini tak setuju dengan rencana gila itu. Namun, mengingat ini kebersamaan yang terakhir dengan mereka, aku mengiyakan. Rasa bersalah pada lelaki yang sangat baik itu sekuat mungkin Kutepis. Pun dengan rasa takut akan murkanya. Ah, gimana nanti sajalah, yang penting happy.Untuk memuluskan rencana aku menyuruh John duduk jauh dari kami di dalam bioskop. Dengan alasan HP lowbat aku titipkan benda itu padanya. Hal itu dilakukan agar saat kabur tak bisa dilacak. Jelaslah lelaki berwajah sangar itu tak bisa menolak perintah nyonyanya ini.Setelah film berlangsung seperempat putaran, satu per satu dari kami keluar dalam jeda lima menit per-orang. Hal itu untuk menghindari kecurigaan John jika matanya menangkap ada

  • PENGANTIN BELIA   MEMBUAT ULAH

    KANAYA"Yeaaa, akhirnya gue bisa keluar!"Aku berguling-guling dikasur untuk meluapkan kebahagiaan. Sprei ya g tertata rapi sampai acak-acakan. Pun dengan bantal dan guling sudah pindah posisinya. Bagaimana tidak, sebulan dalam kurungan itu menyesakkan banget. Meski ia sangat perhatian tetap saja belum menjadikanku betah di rumah. Kupandangi kartu berharga yang ia berikan. Otakku mencoba menaksir jumlah saldo di dalamnya. Uh, jadi senyum-senyum sendiri menyadari kekonyolan ini. Maklumlah ini kali pertama dapat mempergunakan uang semaunya. Kalau dulu, keuangan dipegang mama. Meski aku anak kandung papa, tetap saja dibatasi oleh wanita yang sok berkuasa itu.Curangnya, Ben boleh membeli apapun, sedang aku harus melalui interogasi tingkat tinggi. Makanya kalau ada keinginan aku akan menyuruh Ben yang minta. Untung saja cowok koplak itu tak seperti saudara tiri dalam dongeng. Dia baik, sangat baik. Mungkin karena sama-sama tak punya saudara jadi hati kami bertaut.Jadwal ketemuan teman-t

  • PENGANTIN BELIA   MENGHILANG

    HANSSeumur hidup tak pernah aku merasa setakberharga ini. Ditolak itu menyakitkan. Segala cara telah kugunakan untuk meluluhkan hati Kanaya. Hasilnya sia-sia belaka. Ia dekat, tapi tak tercapai tangan.Kemewahan yang kuberi tak membuatnya membuka hati. Kemegahan ini tak menyilaukannya sama sekali. Perhatian, ketulusan yang tak pernah kuberikan pada orang lain pun seakan tak mampu menerjang karang terjal itu. Ia lebih keras kepala dari yang kukira.Helaan panjang napas ini tak mampu meredakan kesesakan yang memenuhi dada. Kini, aku hanya mampu mandangi bintang. Berharap semua dapat meringankan sedikit lara.*"Teman-teman mengundangku ke acara perpisahan sebelum kami kuliah di tempat berbeda, bolehkah aku datang?" pintanya pagi ini. Sendok yang akan masuk ke dalam mulut kutarik kembali. Setelah melepaskannya, mata ini melempar tatapan menyelidiki padanya. Jujur, aku tak suka dengan permintaan itu."Hanya perempuan. Mereka teman-teman satu genk saat kelas tiga. Lepas ini mereka akan per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status