Share

PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN
PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN
Penulis: RATU LANGIT

Bab 1

Penulis: RATU LANGIT
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 19:17:47

Hei, tunggu! Berhenti! Jangan lari!”

Cleo terus berlari, menghindari kejaran para preman. Sudah sebulan ini hidupnya tak tenang. Ayahnya, Rudi Baskoro, terlilit hutang dengan bandar judi, dan tak sanggup membayarnya. Alih-alih mencari solusi, sang ayah justru nekat menjadikan Cleo sebagai jaminan.

Sesampainya di rumah, Cleo langsung mengamuk.

“Ayah keterlaluan! Kenapa aku dijadikan jaminan hutang?!”

“Cleo, Ayah nggak punya pilihan. Ayah panik, jadi asal bicara.”

“Berapa total hutangnya?”

“Lima miliar.”

“APA?!” Cleo hampir terjatuh. Dengan gaji bulanannya yang hanya empat juta, sampai kiamat pun tak akan cukup untuk melunasi hutang ayahnya.

“Ayah keterlaluan. Sudah kubilang, berhenti berjudi! Sekarang aku harus apa?!”

Rudi hanya menunduk. Cleo mengepalkan tangan, menahan amarah.

“Selama ini aku yang biayai kebutuhan rumah, sekolah Willy, dan Ayah malah begini. Aku capek!”

Ketukan keras menggema dari depan pintu. Preman. Rentenir. Penagih hutang.

"Cleo, cepat lari! Jangan sampai mereka menangkapmu!”

“Sial...” Cleo mengumpat, meraih tas, dan kabur lewat pintu belakang. Tapi salah satu preman melihatnya.

“Dia kabur dari pintu belakang! Kejar!”

“Aawww!” Cleo berteriak, mempercepat langkah. Untung dia pernah jadi atlet lari saat sekolah. Kecepatannya menyelamatkannya dari kejaran para preman.

“Huft... aman... tapi besok gimana? Lusa?” napas Cleo memburu. Matanya menatap kosong.

“Dan Koh Chen, si kakek tua hidung belang itu. Istrinya banyak, masih aja doyan daun muda. Jijik!”

Cleo terus menggerutu di perjalanan menuju tempat kerja. Koh Chen bukan orang sembarangan, keras, kejam, dan rakus. Banyak yang jatuh miskin karenanya. Atau hilang nyawa.

Pak Rudi dulunya rekan bisnis Koh Chen. Karena itu, Koh Chen tahu betul soal Cleo dan adiknya, Willy. Sekarang mereka diawasi ketat.

Cleo sendiri gadis cantik, berkulit putih bersih, bermata sipit, postur tinggi ramping, rambut panjang bergelombang. Tapi sikap cuek dan gaya tomboy membuatnya jauh dari urusan cinta. Cinta baginya hanya beban tambahan.

“Harusnya aku nggak lahir di dunia sekejam ini,” gumamnya lirih. Tanpa sadar, ia sudah dikepung. Seorang preman menarik kerah jaketnya.

“Akhirnya ketemu juga. Mau lari ke mana lagi, hah?”

Cleo pura-pura menurut. Tapi saat hendak dimasukkan ke dalam mobil, ia menginjak kaki preman dan menghantam wajah mereka.

“ARGH!”

Satu preman mencoba menangkapnya lagi, tapi Cleo menendang bagian vitalnya. Mereka tumbang. Cleo lari sekencangnya. Mobil preman mengejarnya.

Panik, Cleo memasuki gang-gang sempit, lalu keluar ke jalan yang ramai. Deretan toko dan pusat perbelanjaan membuatnya sedikit lega.

Tanpa pikir panjang, ia masuk ke sebuah butik pengantin, lalu bersembunyi di balik gaun lebar milik manekin.

Napasnya tercekat. Keringat mengucur.

Sementara itu, seorang laki-laki berbaju rapi dan elegan masuk ke butik pengantin, matanya langsung menyapu sekeliling ruangan. Ia mencari seorang gadis bernama Calia putri dari keluarga Affandi yang sudah dijanjikan akan menemuinya di butik itu.

Namun, Dio tiba-tiba melihat sosok perempuan yang terlihat mencurigakan tengah bersembunyi di balik salah satu manekin besar berbalut gaun pengantin. Raut wajahnya gelisah, napasnya tersengal, dan pandangannya liar seperti sedang ketakutan.

Dio mengernyit, lalu melangkah mendekat.

“Permisi... apa anda, Nona Calia?” tanyanya hati-hati, sambil menunduk sopan.

Gadis itu yang tak lain adalah Cleo menoleh dengan mata membelalak. Wajahnya pucat, masih ketakutan setelah dikejar para preman. Tapi mendengar nama Calia, sebuah ide gila terlintas cepat di benaknya.

“Calia. Siapa Calia? Apa aku menyamar jadi Si Calia itu saja, Ya? Siapa tahu aku bisa selamat dari kejaran preman” batin Cleo gelisah.

Melihat Dio menatapnya penuh harap dan sopan,

Cleo akhirnya mengangguk pelan.

“I-iya, aku... Calia,” jawabnya gugup, suaranya sedikit bergetar.

Dio tampak lega. Ia tidak begitu mengenal Calia, hanya diberi deskripsi singkat oleh tuannya, Devan, dan belum pernah bertemu langsung sebelumnya. Jadi wajar jika ia tidak menyadari penyamarannya.

“Kalau begitu, mari ikut saya, Nona,” ujar Dio, sopan sambil mengisyaratkan Cleo untuk berjalan bersamanya.

Dio lalu membawa Cleo ke sebuah ruangan eksklusif di sudut butik. Pintu itu terbuka perlahan, memperlihatkan interior elegan dengan lampu gantung kristal yang memancarkan cahaya lembut. Ruangan itu sangat mewah, dilengkapi dengan sofa empuk, cermin besar berbingkai emas, serta deretan gaun pengantin yang menggantung rapi.

Cleo melangkah masuk dengan mata membelalak. Ia nyaris lupa bahwa dirinya sedang dalam pelarian.

“Astaga... ini ruang ganti? Ruang ganti apa istana?” batinnya takjub.

“Silakan duduk, Nona,” ucap Dio sopan, sambil menutup pintu dari dalam.

Cleo menurut. Ia menjatuhkan tubuhnya perlahan ke sofa empuk berlapis beludru,

Tak lama kemudian, seorang pelayan butik datang sambil membawa sebuah gaun putih berkilau di tangannya. Senyum ramahnya tak pernah lepas.

“Selamat sore, Nona Calia. Ini gaun pengantin yang sudah dipesan khusus oleh Nyonya Sandara. Mari, saya bantu kenakan.”

Cleo yang sedang sibuk mengamati langit-langit ruangan mewah itu langsung memutar kepala.

“A-apaa? Gaun pengantin?”

“Iya, Nona. Ini adalah gaun utama untuk pernikahan anda hari ini. Mohon masuk ke ruang pas, kami akan bantu memakaikannya.”

Cleo membeku di tempat. Nafasnya tercekat.

“Pe-pe-pernikahan? Hari ini?”

Langkah pelayan itu terhenti. Ia mengerutkan dahi, tampak heran dengan reaksi Cleo.

“Iya, bukankah anda sudah tahu, Nona? Ini hari yang sangat penting.”

Cleo ingin tertawa, ingin menangis, atau setidaknya menghilang seperti tokoh utama di drama-drama yang biasa ia tonton. Tapi ini nyata. Dirinya memang sedang menyamar sebagai orang lain, dan orang itu rupanya akan menikah hari ini!

“Astaga Cleo... kamu mau lari dari masalah. Tapi kenapa malah nyemplung ke masalah yang lebih dalam?” batinnya gemetar.

Dia menatap gaun putih yang begitu cantik di hadapannya, namun rasanya seperti menatap jaring laba-laba raksasa yang siap menangkapnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 33

    Cleo terduduk lemas. Napasnya tercekat, kakinya gemetar. Dunia serasa berputar. Ucapan Bu Sandara barusan menghantam jantungnya tanpa ampun—pernikahan itu... sah."Enggak... ini enggak mungkin..." bisiknya, seakan menolak kenyataan. Matanya mulai basah.Keenan refleks menahan tubuh Cleo yang nyaris ambruk. "Cleo, tahan. Aku tidak tahu kalau ibuku akan bertindak sejauh ini," ucap Keenan dengan suara parau.Tapi sebelum Cleo bisa menjawab, sebuah suara berat menggema dari ambang pintu. Suara itu dingin. Penuh kemarahan yang tertahan."Apa maksud kalian semua?"Mereka semua menoleh bersamaan. Devan berdiri di sana. Rahangnya mengeras, tatapannya tajam menusuk. Langkahnya mantap seperti badai yang siap menghancurkan apa pun di hadapannya.Bu Sandara terpaku. "Devan. Ka—kau disini?""Jangan panggil nama saya seolah kita masih di pihak yang sama!" bentak Devan. "Kalian pikir aku main-main waktu bilang ini hanya sandiwara? Kalian pikir aku ini boneka yang bisa kalian mainkan sesuka hati?!"P

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 32

    Devan menatap Cleo yang kini berlutut di hadapannya. Gadis itu—yang selama ini ia lindungi, ia cintai, dan ia jaga—kini memohon padanya… untuk berpura-pura mencintai wanita lain. Untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang bahkan pernah menyakitinya. Darah Devan seperti berhenti mengalir.Air mata menggenang di pelupuknya, lalu jatuh, satu demi satu, tanpa bisa ia cegah. Ia menoleh ke arah Pak Affandi dan Bu Sandara yang juga masih berlutut, wajah mereka penuh harap. Keenan hanya menunduk, menggenggam tangan ibunya. Tak satu pun kata keluar dari mulut mereka, tapi semuanya bersuara—tentang rasa takut kehilangan, tentang cinta yang telah putus asa.Namun yang paling menghantam adalah tatapan Cleo. Bukan tatapan marah, bukan tatapan kecewa—tapi pasrah. Tulus. Dan retak.Devan mengatupkan rahangnya. Hatinya menjerit. Tapi perlahan ia berlutut juga, tepat di hadapan Cleo.Tangannya terulur, menyentuh pipi Cleo yang basah oleh air mata. “Maafkan aku,” bisiknya lirih. “Maaf karena harus membua

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 31

    Cleo turun dari mobil dengan langkah yang berat. Udara pagi terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin hanya pantulan dari kegelisahan yang mencengkeram hatinya. Ia mengikuti langkah Devan masuk ke rumah sakit, menuju ruang IGD.Begitu tiba, pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Pak Affandi berdiri lemas di depan pintu ruang gawat darurat, wajahnya pucat, mata sembab. Di sampingnya ada Bu Sandara, memeluk tubuhnya sendiri seolah berusaha menahan kepedihan. Keenan berdiri tak jauh dari mereka, tampak berusaha tenang meski wajahnya tak kalah cemas.Pak Affandi buru-buru mendekat begitu melihat Devan.“Devan…” suaranya parau. Ia menggenggam tangan Devan dengan erat, seolah sedang bergantung pada satu-satunya harapan terakhir. “Calia... dia... dia mencoba mengakhiri hidupnya. Dia pecahkan vas bunga di kamarnya dan... menggores pergelangan tangannya sendiri.”Cleo menutup mulutnya, syok. Devan menghela napas keras, rahangnya menegang.“Kenapa bisa terjadi seperti ini, Pak?” tan

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 30

    Cahaya matahari pagi menembus tirai tipis kamar Devan. Di atas ranjang luas itu, Cleo dan Devan masih terbaring dalam satu selimut. Setelah semalam menghabiskan malam panas bersama. Ya, mereka telah menjadi suami—istri seutuhnya.Devan memeluk Cleo dari belakang, dagunya bersandar di bahu Cleo, sementara Cleo menggenggam tangan Devan yang melingkar di pinggangnya.Cleo membuka matanya perlahan, merasa hangat dan nyaman. Ia tersenyum kecil, lalu berbalik menatap wajah tampan Devan yang masih memejamkan mata, tampak damai.Tiba-tiba, Devan membuka matanya perlahan. Mereka bertatapan. Tak ada kata-kata. Hanya sorot mata yang berbicara lebih lantang dari segala dialog.“Masih sakit luka di pelipis mata, Kamu?” tanya Cleo lirih, suaranya hampir seperti bisikan yang takut terdengar dunia.Devan mengangguk pelan. “Sakit,” katanya dengan senyum tipis, “Tapi lebih sakit waktu kamu pergi.”Cleo menunduk, menyembunyikan matanya yang mulai basah. Tapi Devan segera merengkuhnya, memeluk Cleo erat

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 29

    Malam mulai larut. Jarum jam hampir menyentuh angka sembilan. Ketika Devan akhirnya pulang ke kediaman keluarga Darelano. Rumah megah masih terang, cahaya lampu taman yang menyala, menyorot jalan setapak menuju pintu utama.Langkah Devan berat. Wajahnya lelah, matanya sayu. Seharian ini ia sengaja menyibukkan diri di kantor, menumpuk dan menandatangani berkas demi berkas tanpa jeda. Semua itu dilakukan demi satu hal: melupakan Cleo.Namun, saat membuka pintu dan melangkah ke ruang tengah, langkah Devan terhenti.Di sana, di ruang keluarga, seorang pria tua dengan rambut memutih duduk di kursi favoritnya, menatapnya tajam dengan sorot mata penuh tanya. Kakek Richard.“Sudah pulang juga kau, Devan” suara berat sang kakek terdengar serak namun tegas. Devan menghela napas panjang. Ia melepas jasnya, meletakkannya dengan lelah di sandaran sofa.Sang kakek berdiri perlahan, menghampiri cucunya. “Kau bisa sibuk seharian, tapi wajahmu tetap menunjukkan luka. Apa yang sebenarnya terjadi antar

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 28

    Cleo dan keluarganya baru saja tiba di rumah. Keenan memarkir mobilnya dengan tenang, lalu turun dan membantu Pak Rudi membuka pintu. Lelaki paruh baya itu menyambut Keenan dengan senyum hangat, seolah menyambut anaknya sendiri. Keakraban mereka tak bisa disangkal, dan Cleo menyadari hubungan mereka sudah dekat dalam waktu yang cukup lama. "Masuk dulu, Keenan. Kita belum sempat benar-benar ngobrol," ucap Pak Rudi ramah sambil menepuk bahu Keenan. "Baik, Pak," jawab Keenan sambil tersenyum, lalu melangkah masuk. Di ruang tengah, Willy yang iseng menyalakan televisi tiba-tiba menghentikan kegiatannya. Matanya terpaku pada layar. Berita siang itu menampilkan laporan keuangan dua perusahaan besar yang dalam waktu singkat mengalami penurunan drastis hingga dinyatakan dalam kondisi kritis dan nyaris bangkrut. "Apa ini?" gumam Willy. Cleo ikut menoleh. Tatapannya langsung membeku saat melihat wajah-wajah yang tak asing di layar. Dua dari tiga laki-laki yang pernah menghantui malam kelam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status