Share

Bab. 3

last update Last Updated: 2023-07-14 12:16:48

Perempuan ini selalu saja mencari cara agar keributan terus terjadi antara dirinya dan Danu. Lelaki beristri yang dulu ia pisahkan dari istrinya.

“Kalau iya, kenapa?” Danu mulai jengah. Ia tak menyangka bila perempuan yang nampak kalem dan polos dari luarnya tak lebih dari seekor ular berbisa yang menjebaknya di tahun ketiga pernikahannya saat bersama Kirani dulu.

“Bagus!, lakukan saja kalau berani, selingkuh saja kalau bisa. Dan akan kupastikan akan mencari siapa perempuan selingkuhanmu, Mas. Biar kuberi pelajaran agar jangan mengganggu suami orang. Perempuan gatal mana yang membuatmu sering terlambat pulang? Hah?”

Herda terus mencecar Danu dengan tuduhan-tuduhan yang membuat pria ini terbakar amarah. Marah, namun tak bisa melawan.

Tak ada kebahagiaan sama sekali yang dirasakan Danu dengan rumah tangga keduanya. Jangankan dilayani dengan baik, diberi kata-kata yang halus dan menentramkan hati saja sudah cukup. Namun tak ada sama sekali.

Mungkin Herda sedikit menghargainya di awal-awal pernikahan dulu. Namun seiring bujukan wanita itu mengganti kepemilikan nama rumah yang mereka tinggali, berubah jugalah perangai istri keduanya itu.

“Berani, kau lakukan itu. kupastikan kau yang akan keluar dari rumah ini!” desis Danu tajam. Ia sudah tak tahan dengan tingkah laku Herda yang semakin tak beradab. Cemburu tak beralasan. Meski di hati Danu memang ada satu nama yang tak bisa tergatikan, namun perempuan itu tak tahu bila namanya masih begitu merajai hati pria ini.

“Jadi, benar kamu selingkuh?” Herda masih dengan emosinya.

“Kalau benar, kenapa?” Danu menatap tajam dengan alis bertaut ketat, menandakan emosi pria ini hampir sampai di ubun-ubun.

“Kamu tega ya, Mas. Kamu lupa dengan anakmu yang kulahirkan susah payah. Kamu jahat. Kamu bukan ayah yang baik untuk Dinar!” Herda meraung. Kali ini diiringi air mata yang selalu ia jadikan senjata untuk meluluhkan hati Danu.

Dua tahun setelah pernikahan diam-diam Danu dan Herda, wanita ini melahirkan seorang anak perempuan. Anak perempuan yang cukup manis, namun sayangnya, wajahnya sama sekali tak ada miripnya dengan Danu.

“Aku, memang bukan ayah yang baik, bahkan bukan suami yang baik. Karna dulu aku tega, membuang istriku yang begitu patuh dan menghargaiku demi seorang wanita yang hanya menginginkan hartaku saja. Aku juga bukan ayah yang baik bagi Dinar, karna…” Danu berhenti sejenak, ia amati dengan lamat wajah Herda yang nampak mulai panik. Mungkin ia tak menyangka, bila hari ini Danu akan melawan kata-katanya yang cukup pedas di telinga.

“Karna apa, Mas?” Herda tak tahan menunggu, apa yang akan dikatakan suaminya.

“Karna… aku bukanlah ayah dari anakmu itu!”

Laksana petir di siang bolong. Apa yang Herda dengar hari ini dari mulut Danu, adalah rahasia yang ia jaga begitu rapat. Rahasia yang tak boleh ada satu orang pun yang mengetahui, kecuali pria yang menanam benih di rahimnya enam tahun yang lalu.

Seketika, Herda terdiam. Malu, tentu saja. Namun dia masih berusaha tenang, berusaha mencari cara agar suaminya kembali takluk, walau kali ini akan terasa sulit.

“Jangan cari, aku. Malam ini aku akan tidur di rumah orang tuaku!” Danu melangkah kearah pintu. Belum sempat masuk ke kamar, pria ini kembali melangkah keluar. Moodnya benar-benar kacau hari ini.

Perasaannya yang sudah kacau melihat Kirani tadi ditambah dengan sambutan hangat yang diberikan istrinya, membuat Danu sebaiknya menyingkir sementara ke rumah ibunya, malam ini.

“Ayah…” suara bocah mungil dengan mata sipit itu terdengar berlari mengejar Danu. “Ayah, mau kemana, kapan beli es cream untuk Dinar?” tangan itu melambai kemudian menarik-narik ujung kemeja kerja yang Danu yang sudah kusut.

Sejenak Danu menarik nafas, meski sedang marah, namun ia berusaha menahan diri. Jangan sampai kemarahannya dilihat oleh anak yang tak berdosa ini.

“Dinar, sama ibu dulu, ya. Ayah mau ke rumah nenek.” Dengan terpaksa Danu melepaskan cekalan tangan anak itu dari bajunya. Bahkan sekadar menggendong sebentar pun, sudah tak Danu lakukan. Entah, anak ini memang tak bersalah, namun Danu tetap kecewa.

Sementara Herda yang melihat respon dingin Danu pada putrinya, semakin merasa takut. Jangan sampai Danu nekat menyebarkan aib yang selama ini ia sembunyi rapat-rapat.

__

“Ran, ini udah kedua kalinya aku kasi tahu, kamu. Cobalah buka hatimu. Masa, sendiri terus, Sih.” Fatma yang sudah berkeringat sebesar biji jagung, kembali membujuk Kirani, untuk menerima perjodohan yang gencar ia usahakan antara Kirani dan ayahnya Sofia.

“Duh, makan dulu aja, jangan bahas yang lain dulu. Laper ini.” Kirani kembali berkilah. Keduanya sedang duduk di warung bakso yang tak jauh dari pasar. Meski ke pasar sudah cukup sore, namun panas dan lelah tetap dirasa. Keduanya tadi berkeliling pasar mencari kain brokat untuk dijadikan kebaya. Insya Allah, dua minggu lagi adalah pernikahan Fatma. Ini juga pernikahan kedua Fatma. Tiga tahun yang lalu suaminya menceraikan dirinya karna dianggap tak bisa hamil.

Kisah kedua sahabat ini hampir mirip, hanya beda di reaksi mertua saja. Bila mantan mertua Kirani dulu sangat tak setuju Kirani dan Danu berpisah, maka mantan mertua Fatma, justru mendukung perselingkuhan putranya dengan seorang wanita pengusaha salon kecantikan.

Fatma dan Kirani, sama-sama single, dan keduanya juga belum dikarunia anak.

“Ih, kamu nih, nolak melulu. Trauma apa gimana sih, bunda Kirani ini.” celutuk Fatma merasa gemas dengan kawannya ini.

“Haus, Fat. Pesan minum dulu, lah,” kembali Kirani mengelak.

“Aku es jeruk peras, deh,” pinta Fatma sambil menghapus keringatnya yang jatuh-jatuh.

“Sama, aku juga. Panas benget hari ini.”

“Kayanya mau hujan sebentar malam,” Fatma menimpali. Kemudian wanita ini memesan dua mangkok bakso dan dua gelas es jeruk peras.

“Biar hujan dulu, panas betul hari ini.”

Cuaca memang sedang tak menentu akhir-akhir ini. bila siang hari, cuaca akan terasa sangat panas, namun bila malam, biasanya habis isya, hujan akan turun dengan derasnya.

Lalu keduanya segera menyeruput minuman masing-masing, saat seorang pelayan sudah selesai mengantar pesanan mereka.

Namun baru dua suapan kuah bakso yang masuk ke tenggorokan Kirani, tiba-tiba pandangannya tertuju pada pria yang cukup ia kenal, jalan bergandengan tangan dengan seorang wanita bergaun pendek. Kedua pasangan itu juga memasuki warung tempat Kirani dan Fatma makan.

Lalu Pria itu juga nampak terkejut, saat melihat Kirani sedang duduk bersama seorang perempuan yang sedang duduk membelakangi pintu masuk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si kirani menunggu mantan suaminya yg penjahat kelamin. belum nisa move on dg alasan trauma
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 85_Extra Part Keenan dan Alya

    Waktu berjalan begitu pantas dan berlalu tanpa bisa dihentikan. Masa-masa derita, sakit hati, kecewa dan air mata kini berganti tawa bahagia. Meski luka itu tetap meninggalkan bekasnya. Namun duka itu sebisa mungkin tak diingat-ingat lagi oleh Sofia dan Arbi. Pun dengan Kirani yang sudah terlebih dahulu memaafka luka masa lalu yang dulu membuatnya menangis kecewa. “Nenek sudah makan?” Davka yang sudah kelas lima SD menghampiri Kirani yang terlihat sedang menjahit sebuah jaket berwarna coklat tua. “Sudah, tadi ibumu sudah bawakan nenek ubi jalar rebus. Nenek sudah dua hari tak makan nasi, ibumu yang melarang.” “Karna mama bilang, gula darah nenek tinggi lagi!” Davka memperhatikan jaket coklat yang sering digunakan neneknya akhir-akhir ini. Terlihat ada tiga bekas jahitan pada baju hangat itu. “Nenek, kayanya suka sekali dengan jaket kakek ini?” “Ya, suka sekali. Kakekmu itu baik dan sangat sayang pada nenek.” Bukan sekali dua kali Kirani menceritakan tentang Gani pada cucu mere

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 84

    “Kok, begitu liatnya, Mas?” Kening lebat Sofia berkedut heran, melihat Arbi menatapnya seolah tak berkedip. Baju dinas belum sempat Sofia lepas, bahkan rambut panjangnya hanya dicepol asal. Sofia sedikit terlambat pulang, siang ini. Membuatnya harus terburu mengeluarkan bahan makanan dari kulkas. Ia ingat suaminya pasti belum makan siang. Tinggal di desa seperti ini, tak seperti di kota, bila lapar bisa lari ke warung makan yang bertebaran dimana-dimana. Di sini, belum banyak yang menjual makanan masak. Hanya ada bakso, ayam crispy dan jajanan cilok dan sejenisnya. Penampilan berantakan itu malah membuat Sofia semakin terlihat cantik. Wajahnya terlihat bersinar. Bisa jadi karna efek KB juga. Sofia tak ingin kecolongan. Setelah memastikan dirinya tak hamil, segera saja ia meminta suntik KB satu bulan. Mungkin Kbnya cocok di tubuh Sofia. Ia tak merasa pusing atau keluhan lainnya. Lagian masa lalu yang menyakitkan itu membuatnya masih takut untuk memberi adik lagi pada Davka. Arbi me

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 83

    “Fia,”“Y-ya, Mas!”Rasanya begitu gugup. Bukan hanya Sofia, tapi juga Arbi. Benar-benar canggung. Bahkan debaran itu semakin menggila saat Arbi melihat lagi rambut sebahu istrinya yang begitu indah. Bertahun-tahun baru ia melihat mahkota legam itu lagi. Ditambah dengan Sofia yang masih menggunakan baju mandi saja, membuat Arbi semakin, ah ...Tak jadi masuk, Arbi malah keluar lagi, mengganti lampu di ruang TV dengan yang lebih redup.“Huf! Selamat,” batin Sofia.Namun ...“Lho kok dimatiin lampunya, Mas?”Arbi masuk lagi, mematikan lampu kamar. Namun pintu kamar ia buka sedikit agar tetap bisa mengawasi Davka yang sedang tertidur di depan. Ingin tidur di kamar ini juga tak bisa, sebab kasurnya hanya muat untuk dua orang. Memang malam ini mereka harus tidur bertiga di depan tv. Namun, Arbi ada keinginan sendiri yang tak bisa ditunda. Melihat penampilan Sofia tadi membuatnya seketika on fire.“Mas kangen banget sama, kamu!”Arbi mendekat, bahkan langsung memeluk. Mendekap tubuh itu d

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 82

    Sofia tergugu dalam isak tangisnya. Ini bukan tangis kesedihan lagi. Namun ini tangis keikhlasan. Keikhlasan yang membawanya kembali pada jodoh pertamanya.Ingin sekali rasanya Arbi memeluk tubuh terguncang itu, tapi disini ada bunda Kiran, dan tentu Sofia tak ingin disentuh terlalu jauh, sebab keduanya belum menjadi muhrim lagi.Antara bahagia dan sedih, juga rasa khawatir menyatu, mengepung benak perempuan tiga puluh tiga tahun ini. “Mama, maukah mama maafkan papa, biar papa bisa bobo sama kita disini?”Davka berdiri dengan sebuah kotak cincin sederhana di belakang Sofia yang sedang mengusap air mata yang tak ingin berhenti.Pertanyaan yang sudah diajarkan Arbi berulang kali tadi pada sang putra sebelum mereka masuk ke dapur menemui Sofia yang sedang menghapus air matanya yang tak ingin berhenti.Pernyataan Arbi tadi bila akan menikah, membuat hatinya nelangsa dan semakin hilang separuh rasanya.“Eh, Avka. Apa itu, Nak? Kembalikan sama papa.” Jujur hati Sofia sedikit tercubit, meli

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 81

    Arbi yang dulu selingkuh, Arbi pula yang merasa kecewa. Keputusan Sofia yang belum ingin membuka hatinya kembali, cukup membuat Arbi merasa kecewa, sekaligus takut. Mengapa kecewa?Sebab Arbi merasa Sofia bukan hanya sedang menghukum dirinya, tapi juga sedang menghukum Davka yang begitu ingin melihat mama papanya tinggal serumah.“Kamu nggak, kasihan sama Davka, kah?”“Nanti pasti akan mengerti, Mas.”Sofia selalu yakin bila suatu hari Davka akan mengerti tentang kondisi orang tuanya yang tak sudah tak bersama. Kelak pun akan diceritakannya pada putranya itu bila, papa mamanya sudah berpisah sebelum dirinya dilahirkan.“Kok, papa nggak pernah bobo sama kita, Ma?” Pertanyaan polos seperti itu bukan satu dua kali meluncur dari bocah tampan berhidung mangir mirip ayahnya. Namun Sofia menguatkan hati, selalu mencari jawaban yang tepat, agar sang putra tak merasa sedih.“Papa kan, kerja, Nak. Jadi tidak bisa tinggal disini.”“Papanya Nanda juga kerja, tapi selalu diantar ngaji sama papa m

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 80

    Masa sudah berlalu. Siang dan malam berkejaran laksana busur panah yang tak bisa dihentikan. Musim penghujan pun berganti dengan kemarau yang cukup panjang. Violetta menatap jauh kebawah sana. Pemadangan hijau nan asri begitu menyejukkan mata. Ia berdiri di balkon villa milik ibunya. Membelakangi Adam yang tampak begitu berharap padanya.“Mengapa menutup diri terlalu kuat, Vio. Apa tak ada cinta sedikit pun di hatimu untuk aku?”“Rasa mungkin bisa dipupuk kembali, Mas. tapi restu yang utama, kan? aku ini janda dan punya masa lalu yang cukup buruk. Menikah tanpa restu sudah pernah kurasakan. Dan akhirnya begitu sakit.”Violetta tersenyum kecut. Perasaannya untuk Arbi belum hilang sepenuhnya. Bukan hanya perasaan cinta, tapi juga ada dendam yang masih belum tuntas. Violetta cukup terharu, melihat kesungguhan di mata Adam. Namun Violetta juga tahu, jalannya bersama lelaki ini tidak akan semudah keinginan pria bermata tajam ini. Violetta mendekat mengelus cambang kasar yang tumbuh di s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status