Share

3. Wisuda

Hari itu Artika kuliah dari seorang profesor.

Disebuah ruangan kuliah umum dengan judul "War and Nursing"

Perawat spesialis daerah konflik dan bencana alam berkarya, khususnya terkait dengan daerah konflik. 

Pada bagian awal kuliah Prof. Satami menjelaskan secara singkat mengenai konsep-konsep umum terkait kondisi perang, bencana alam, dan serangan teroris. 

Semua peristiwa tersebut menimbulkan jatuhnya korban, baik yang meninggal dunia maupun yang masih bisa diselamatkan. 

Korban yang masih hidup itulah yang menjadi fokus 

dalam memberikan pertolongan.

Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, Prof. Satami mengingatkan, bila suatu saat memiliki kesempatan menjadi bagian tim penolong bagi korban perang maupun bencana, pastikan untuk selalu memegang teguh prinsip etik; menjadi penolong yang adil bagi semua orang; dan tidak ada diskriminasi.

Keterampilan yang perlu dimiliki seorang perawat dalam kondisi perang dan bencana, tidak beda jauh dengan kompetensi seorang perawat gawat darurat. 

Setiap orang diharapkan mampu memilah pasien sesuai dengan kondisi kegawatannya dengan tepat. 

Merawat luka, menangani patah tulang, bedah minor seperti nekrotomi atau memotong jaringan tubuh yang sudah mati, dan kegiatan perioperatif.

Pada bagian-bagian akhir presentasinya, Prof. Satami menunjukkan foto atau gambar ketika dirinya bergabung dengan tim Red Cross di daerah konflik Pakistan dan Afganistan.

Kondisi rumah sakit darurat yang didirikan  di daerah konflik seperti itu, tentunya tidak memenuhi standar yang seharusnya. 

Mulai dari bangunan gedungnya, fasilitas dan peralatan medis tidak semuanya tersedia. 

Karena itu, Profesor mengingatkan agar perawat mampu berpikir kritis untuk mencari solusi lain dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di tempat tersebut.

Saat foto-foto korban ditunjukkan, mahasiswa yang tampak serius menyimak langsung dan ada perawat yang menjerit pelan. Terlihat ada tungkai yang putus; jari-jari tangan yang hancur; seorang gadis remaja yang kehilangan kakinya; dan masih banyak gambar tragis lainnya. 

Termasuk anak-anak yang menunjukkan muka murung, menunjukkan bukan hanya terjadi luka fisik, tapi batinnya juga ikut terobek.

Kuliah yang berlangsung kurang lebih 2 jam itu diakhiri dengan sesi diskusi.

***

Meski sudah diwisuda dan diangkat sumpah sebagai seorang perawat, tetapi perawat tidak bisa langsung bekerja dan terjun merawat langsung pasien.

Para perawat harus kembali melaksanakan uji kompetensi  untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi agar bisa bekerja di dunia kesehatan.

Uji kompetensi sendiri menjadi sulit bagi para perawat,  dan bisa jadi mengikutinya hinga berkali-kali.

Adanya uji kompetensi adalah sebagai pertimbangan untuk menyaring tenaga-tenaga perawat yang berkompeten.

Perkuliahan D3 Keperawatan berlangsung selama enam semester dengan beban studi sekitar 116 SKS. 

Beberapa matakuliahnya antara lain Anatomi Fisiologi, Biokimia, Etika Keperawatan, Ilmu Gizi, Keperawatan Profesional, Mikrobiologi dan Parasitologi, Patologi, Praktek Keperawatan Mutakhir, serta Riset Keperawatan.

Namun Artika meneruskan ke program D4. 

Karena Alumni D4 dapat langsung bekerja tanpa harus mengikuti pendidikan profesi sebagaimana alumni S1 atau D3.

 Alumni D4 Keperawatan dianggap lebih cekatan dan terampil daripada alumni S1 Keperawatan. Selama delapan hingga 10 semester perkuliahannya, program D4 Keperawatan memang lebih banyak terfokus pada praktik.

***

Kehamilan Artika sudah berumur empat bulan, perutnya sudah mulai terlihat meski masih bisa disembunyikan. 

Agar tidak ada seorang pun di sekolah yang akan menebak tentang kehamilan, Artika mengenakan pakaian perawat yang longgar selama sebulan terakhir.

Kini dia akan diwisuda.

"Apakah kamu sudah?" kata Yudika melihat Artika berdiri di depan cermin  memeriksanya dengan teliti. 

"Saya sudah selesai, apakah saya terlalu gemuk," tanya Artika. 

"Iya, kamu kelihatan gemuk, tapi kelihatan tidak hamil."

Ujar Yudika menguatkan hati gadis itu. 

"Ayo pergi, aku mencintaimu!" Yudika mulai menciumnya, tapi Artika menjauh dari dirinya. 

"Aku mencintaimu juga! Sekarang ayo, bersiap-siap," ajak Artika.

"Cium saja keningku, lalu sentuh perutku dan kita pergi." Artika tertawa melihat Yudika yang ingin selalu berciuman dibibir. 

Tapi ke aula, Artika sendirian karena harus minta izin dari kuliah dan mengisi absen. 

Melambai lagi dengan rutinitas.

Berjalan ke aula pertemuan, tempat upacara kelulusan  akan berlangsung. 

Kamar ini didekorasi dengan indah dengan meja untuk makanan ringan dan minuman. 

"Hai Artika, kamu tampak gemuk, ” kata Tati  menghampiri Artika memeluk dan mencium pipinya.

"Dimana Yudika? Apakah dia tidak datang?"

"Tentu saja dia datang," ujar Artika.

"Mungkin sebentar lagi, dia masih kuliah."

Tati pergi untuk menyapa teman-temannya yang lain.

Berdiri selama sepuluh menit lagi, sampai  ke panggung dan acara mulai dibuka.

"Lulusan kami yang terkasih, kami mengucapkan selamat kepada Anda atas masuknya kamu semua ke masa dewasa"

Artika mencari Yudika di sekitar aula, dia tidak bisa ditemukan, dia gelisah. 

Tapi kemudian seseorang mendatangi Artika. Dia adalah teman perempuan kuliah Yudika dan selalu ingin mengganggunya. 

Mungkin ini bercanda atau bersungguh sungguh karena Artika tahu gadis itu ingin jadi pacar Yudika. 

"Artika, aku akan memberi tahu kepadamu."

"Mana mas Yudika mbak?" Tanya Artika.

“Kamu benar-benar tidak tahu?" dia berhenti sebentar, dan kemudian melanjutkan bicaranya. 

"Yudika tidak akan datang dan meninggalkan kamu."

Tentu saja dia tidak tahu, bahwa Yudika adalah suami Artika.

Yudika tidak akan melakukan itu. Jadi Artika tertawa saja dalam hati.

Lebih mungkin Yudika sibuk dan tidak akan melewatkan acara ini.

Artika akhirnya kembali ke aula.

" Artika," Ia mendengar suara Yudika tercinta dan berbalik, berlari ke arahnya.

'"Kamu kawatir iya, maaf aku terlambat,"

 "Aku menghubungi ponsel kamu dan tidak menjawab," kata Artika. 

Sambil tertawa Artika berkata lagi,

"Ada yang mengatakan kepada saya bahwa kamu memutuskan untuk meninggalkan saya."

"Pasti Sarah, temanku. Dia bercanda."

Yudika menatap Artika lebih dekat, dan lebih erat.

"Kamu adalah hal terbaik yang dalam hidupku," kata Yudika pula.

"Cepatlah masuk ruangan," ajak Artika. 

Artika berlari kedalam ruangan. Ada beberapa saat lagi acara akan dimulai. 

Artika duduk bersama Yudika menunggu. 

 

Semua lulusan diberikan sertifikat, dan sekarang giliran Artika. 

"Artika Hasta Dewi tampil untuk kedepan," seru pengatur acara.

Artika  pergi ke panggung untuk mengambil ijazahnya dan menjalani prosesi wisuda. 

Artika  mengambil dokumen dan  teman sekelas dan guru menyalaminya. 

Artika tersenyum dengan riang dan meninggalkan panggung.

Tidak ada yang tahu bahwa Astika dan Yudika sudah menjadi suami dan istri.

Satu satunya keinginan Artika adalah pulang. 

"Ayo kita pulang saja, apakah masih  kuliah?" Tanya Artika.

"Tidak lagi, sudah izin." Seru Yudika.

Tapi mereka masih saja bersalaman dan berbicara.

Dengan diam diam mereka pulang. 

*** 

Di Apartemen Artika sudah lelah.  Ia meraba perutnya dan mengelusnya. 

Yudika juga, melihat perut yang sudah membulat. 

"Si kecil itu mungkin capek juga," komentar Yudika. 

Tapi dia mulai mencium Artika  di kamar tidur.

Yudika duduk di tempat tidur dengan Artika dalam pelukannya. 

Yudika mulai dengan tangan 

masuk ke bawah baju Artika dan membelai punggung Artika. 

T-shirt itu naik lebih tinggi dan lebih tinggi, memperlihatkan punggung, perut, dan kemudian dada Artika.

"Aku ingin menjenguk si kecil didalam," guraunya ingin memasuki diri Artika. 

"Kamu kuat? Apa selalu bergairah seperti itu. Bagaimana kalau kehamilanku sudah besar?"

"Tidak ada halangan suami istri," kata Yudika tertawa. 

Artika menjauh dari Yudika agar dia bisa melepas bajunya sama sekali, dan kemudian membuang pakaian yang tidak dia butuhkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status