Share

PERCIK (Aku Mencintaimu, Bang!)
PERCIK (Aku Mencintaimu, Bang!)
Penulis: Adny Ummi

Bab 1 : Mayat

Hari ini sesosok wanita tua, ia adalah seorang guru ngaji yang dikenal dengan sebutan Bi Lela memutuskan untuk menyuci pakaian di sebuah batu besar di tepi sungai. Sore itu sungai sudah surut setelah dua hari pasang. Saat ini memang musim penghujan, sehingga orang-orang malas ke sana sebab air sungai sering keruh akibat erosi dan sampah-sampah bekas pepohonan dari hulu.

Tanpa sengaja mata tuanya yang mulai kabur itu menangkap sesuatu tersangkut di bebatuan bertumpuk dengan ranting-ranting pohon. Benda itu tidak jauh dari tempat Bi Lela menyuci.

"Apa itu?" gumam Bi Lela. Hatinya bertanya-tanya.

Kemudian wanita tua itu bangkit dan melangkah mendekati sesuatu yang tersangkut tersebut.

"Haa? Itu ... itu ... itu mayat?" Betapa terkejutnya Bi Lela. Ternyata benda itu adalah sesosok tubuh manusia. Kaki tuanya tiba-tiba terasa sedikit bergetar. Akan tetapi, dengan ragu-ragu ia terus mendekat sembari mencoba menilik lebih teliti sosok tersebut.

Dengan hati-hati Bi Lela mengalihkan ranting-ranting pohon serta dedaunan yang menutupi tubuh itu. Jantung wanita tua tersebut berdebar sangat kencang. "Ya Allah ... ini ... ini perempuan ...."

Perempuan itu adalah Rubi yang ternyata hanyut hingga ke bagian hilir sungai karena saking derasnya arus ketika ia jatuh dari jembatan empat hari yang lalu. Selama empat hari pula ia terbawa arus dalam keadaan pingsan.

Bi Lela mengalihkan rambut yang menutupi wajah perempuan tersebut. Terlihat beberapa luka di bagian kepala yang darahnya mulai mengering. Pakaian yang dikenakan Rubi pun sobek di beberapa bagian. Kemudian jemari Bi Lela yang gemetar mencoba merasai apakah ada udara yang keluar dari hidung sosok yang ditemukannya itu.

"Masih hidup!" serunya tertahan. Sedikit kelegaan menyelinap di dalam dada wanita tua yang memakai kerudung berwarna hijau tersebut.

Dengan tergesa wanita tua tersebut bangkit dan beranjak dari tempat itu. Dengan debar di dada yang bertalu-talu ia berjingkat dan berjalan cepat sebisanya menuju ke rumahnya.

"Harun! Harun!" teriak Bi Lela memanggil seseorang ketika kakinya menjejak di sebuah rumah berdinding papan yang sederhana.

"Ada apa, Bi?" Seorang lelaki dengan perawakan yang gagah muncul dari dalam rumah itu.

Bi Lela berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah. Hal itu membuat lelaki yang bernama Harun heran. Alisnya bertautan. "Ada apa, Bi?" tanyanya cemas.

Harun menuangkan air minum dari teko yang ada di sebuah meja di dekatnya ke dalam sebuah gelas. Kemudian ia serahkan kepada sang bibi yang terlihat pucat sembari menggiring orang tua itu duduk di kursi kayu di tengah rumah tersebut.

Setelah duduk dan meminum seteguk air, Bi Lela berkata dengan terbata, "Aaa–da perempuan sangkut di batu di pinggir sungai!"

Dahi Harun semakin mengernyit. "Apa?"

"Ayuk!" Bi Lela menyambar pergelangan tangan dan menyeret Harun ke luar rumah, lalu berjalan cepat ke arah sungai.

"Siapa, Bi?" tanya Harun di dalam perjalanan. Wajahnya tampak bingung dengan ketergesaan sang bibi yang terus menarik tangannya.

"Gak tahu! Pokoknya cepet tolongin ajah!" omel Bi Lela kepada Harun.

Sesampainya mereka di pinggir sungai, Harun terperanjat melihat seorang wanita muda yang cantik dengan kulit putih pucat seperti mayat di sana. Ia langsung berlari kecil ke arah bebatuan tersebut dan dengan sedikit ragu mengangkat tubuh itu. Ia tidak pernah menyentuh wanita yang bukan mahram baginya. Akan tetapi, ini terpaksa. Ia khawatir akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan jika sosok itu tidak segera mendapatkan pertolongan.

Untung saja Harun mempunyai tenaga yang besar, karena sudah terbiasa bekerja keras sejak kecil. Hal itu tampak dari bentuk badannya yang berotot dan gagah. Ia tidak begitu merasa berat mengangkat tubuh Rubi yang semampai.

Sebentar kemudian ia letakkan wanita itu ke pinggir sungai dan memeriksanya. Harun merasa lega, karena perempuan itu masih bernapas.

"Bawa ke rumah, Run!" seru Bi Lela.

"I–iya, Bi!" jawab Harun terbata. Ia sedikit terpesona dengan wanita muda di hadapannya. Walaupun pucat, tetapi kecantikannya sangat jelas. Lelaki itu pun kembali menggendong Rubi yang tidak sadar tersebut menuju ke kediamannya.

***

"Sudah lima hari kita menyusuri sungainya, Pak. Akan tetapi, tidak mendapatkan petunjuk berarti," ujar ketua tim SAR menjelaskan kepada Kristian Dirgantara, ayah dari Rubi.

"Kemungkinannya bagaimana, Pak?" tanya Kristian dengan wajah lelah dan sedih. Beberapa hari ini ia kurang tidur memikirkan anak gadis semata wayangnya yang kecelakaan dan sampai kini masih menghilang.

"Baru kemarin sungai surut dan hari ini kembali pasang karena hujan kembali turun deras. Besok atau lusa sepertinya kita akan menghentikan pencarian, Pak. Mudah-mudahan masih ada harapan," jelas ketua tim SAR kepada Kristian.

Kristian pun mengangguk-angguk lemah sembari memijat tengkuknya sendiri.

"Saya permisi dulu, Pak!" pamit ketua tim SAR tadi, kemudian ia melenggang menuju pinggir sungai dan kembali mengawasi jalannya proses usaha evakuasi.

"Kita pulang dulu, Om," ajak Vicky, lelaki yang tadinya hendak ditunangkan kepada Rubi.

Kristian melangkah gontai mengekori calon menantunya dan mereka pun pergi dari tempat itu.

*Flashback on

"Iya, Pa! Aku pulang sekarang juga," ujar Rubi meyakinkan sang ayah lewat sambungan telepon selulernya.

Wanita cantik itu baru saja selesai melakukan meeting dengan kliennya di sebuah hotel di wilayah Bekasi dekat perbatasan dengan Kota Bogor. Sang ayah meneleponnya berkali-kali hanya ingin mengingatkan bahwa malam ini  Rubi akan melangsungkan acara pertunangan yang sebenarnya tidak diharapkan anak gadisnya. Ya, hal itu karena saat ini wanita tersebut masih ingin terus mengejar karir.

"Kamu sudah Papa bilangin jangan berangkat, masih aja berangkat. 'Kan, bisa Rico yang pergi, Rubi!" Suara Kris terdengar kesal.

"Aku gak bakal telat, Pa ... tenang aja. Ini, 'kan, masih siang," balasnya, "ya udah, aku berangkat pulang sekarang. Dah, Papa ... muach!" Rubi pun menutup telepon selulernya tanpa menunggu jawaban dari sang ayah.

Rubi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan memang tidak begitu ramai, bahkan cukup sepi di siang hari yang sejuk karena baru saja selesai hujan yang sangat deras. Wanita jelita itu sengaja membuka kaca jendelanya, sebab masih ingin menikmati aroma petrikor di wilayah itu. Ketika akan melewati sebuah jembatan, sebuah truk berjalan agak lamban menghalangi mobilnya, padahal ia sedang terburu-buru. Akhirnya ia memutuskan untuk menyalip truk tersebut.

Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang membawa keranjang di kanan-kiri jok belakangnya muncul di hadapan mobil Rubi. Wanita muda itu sangat terkejut sehingga tanpa sadar ia memutar stir dengan mendadak dan akhirnya bagian kanan mobilnya menabrak pagar besi pembatas jembatan. Karena ia lupa memasang seatbelt, Rubi terlempar ke luar jendela dan tercebur ke dalam sungai yang tengah pasang dan berarus deras. Wanita cantik itu pun terbawa arus yang deras tersebut.

*Flashback off

***

Rubi mengerjapkan mata, ia mencoba mengumpulkan kesadaran.

"Alhamdulillaah ... akhirnya kamu sadar, Neng!" Bi Lela sedikit terpekik kegirangan. Dua hari wanita tua itu merawat Rubi di rumah, akhirnya wanita muda itu pun sadar. Genap enam hari ia pingsan.

"Bibinya sadar, Nek?" tanya Azzam, anak kedua Harun yang masih berusia empat tahun.

"Iya," jawab Bi Lela sambil tersenyum, "Nada, ambilkan air minum, Cu!" suruhnya pada Nada, gadis kecil berusia tujuh tahun, putri pertama Harun.

Gadis kecil yang pendiam itu bergegas ke dapur dan mengambilkan segelas air, kemudian diantarkannya kepada sang nenek.

Harun ialah seorang duda beranak dua. Tak lama dari melahirkan anak kedua, Sofia meninggal dunia. Kehadiran wanita manis itu sangat berkesan di hati sang suami. Sudah empat tahun Harun setia dengan status dudanya, sebab masih belum bisa meninggalkan masa lalunya bersama Sofia.

Meski banyak gadis ataupun janda cantik yang tertarik pada Harun yang memang berwajah tampan, pria berjanggut tipis tersebut masih setia kepada mendiang istrinya. Hati lelaki itu ikut bersama jasad yang sudah terkubur di dalam tanah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status