Share

Bab 2

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2023-01-09 22:08:13

Part 2

 

 

"Nisa, hape mas ketinggalan. Lihat nggak?" tanya Mas Donny saat aku tengah melamun menatap layar ponsel yang kini sudah menjadi gelap kembali. Notifikasi pesan w******p dari kontak bernama Ela itu tak terlihat lagi.

 

Hmm, belum lima menit lelaki itu meninggalkan ponselnya dan kini ia sudah kembali lagi untuk mengambilnya. Apa Mas Donny begitu merasa khawatir aku akan membuka-buka ponselnya dan mengetahui semua rahasianya sehingga ia tak memberiku waktu dan kesempatan sedikit pun untuk memegang ponselnya dan melihat-lihat siapa saja friends list-nya dan siapa sebenarnya si pemilik nomor kontak yang mengiriminya pesan pribadi tadi?

 

Tapi aku tak putus asa, setelah ini tentu saja aku akan berusaha mengorek dan mencari tahu semua ini secara diam-diam tanpa disadari dan diketahui oleh Mas Donny. Aku tak mau pengkhianatannya itu terbongkar terlalu cepat sehingga ia punya kesempatan untuk menghilangkan barang bukti dan menyembunyikan perselingkuhannya itu.

 

"Eh, Mas? Iya ini hapenya ketinggalan. Untung belum jauh ya?" ucapku sembari mengulurkan benda itu ke arahnya dan tersenyum lembut Sama seperti biasanya setiap kali ia pulang kantor.

 

Ya, aku tak mau Mas Donny menaruh rasa curiga kalau aku tiba-tiba bersikap dingin atau pun marah-marah tak jelas setelah membaca notifikasi pesan w******p yang tadi bergulir di layar ponselnya.

 

Aku tak ingin Mas Donny tahu secepat ini di saat aku belum punya bukti sama sekali siapa sebenarnya perempuan yang tadi mengirimi suamiku itu pesan pribadi dan ada hubungan apa sebenarnya di antara mereka.

 

Aku ingin keadaan berjalan dengan normal sama seperti biasanya saat aku belum membaca pesan pribadi itu. Aku ingin diam-diam saja membongkar semua pengkhianatan Mas Donny.

 

"Makasih ya. Tadi mas buru-buru. Oh ya mungkin malam ini mas nggak pulang. Baru ingat kalau malam ini mas ada lembur di kantor," ucapnya tiba-tiba.

 

Aku mengernyit mendengar ucapannya.

 

"Lembur di kantor? Kok tumben? Biasanya lembur cuma sampai sore, nggak pernah sampai nginap. Kok sekarang pake nginap segala, Mas?" tanyaku pura-pura kaget dan tak curiga padahal dalam hati aku merasa sangat penasaran sekaligus geram.

 

"Iya, banyak banget SPJ yang mau dikerjain, Sayang. Nggak apa-apa kan mas nginap semalam aja di kantor? Nggak enak sama Dika, teman kantor mas, kalau dia harus kerja sendirian soalnya," jawab Mas Donny lagi dengan wajah serius. Tapi entah mengapa aku merasa suamiku itu sedang berbohong. Tampak dari bola matanya yang menghindar saat kutatap dengan tajam.

 

"Ya nggak apa-apa lah, Mas kalau begitu.. Kalau memang sudah menjadi tanggung jawab pekerjaan, mau gimana lagi," sahutku pura-pura menegaskan kalau aku percaya pada kata-katanya. Padahal kepercayaan itu sekarang mulai berkurang.

 

Ya Lihat saja nanti malam, aku akan minta Aris, adik lelakiku yang bekerja sebagai petugas keamanan untuk diam-diam menyelidiki apa benar Mas Donny lembur di kantornya atau tidak.

 

"Ok, kamu memang istri yang baik dan penuh pengertian. Jadi makin cinta deh sama istri mas yang satu ini."

 

Mas Donny mengedipkan sebelah matanya dan mencubit daguku menggoda, tetapi aku hanya tersenyum tipis saja.

 

Apa? Cinta? Benarkah yang suamiku itu ucapkan? Kalau ia memang betul-betul cinta, tentu tak akan ada wanita kedua di dalam hatinya.

 

Tapi aku memang tak boleh dilanda cemburu buta. Aku perlu dan harus menyelidiki kebenaran hal itu terlebih dahulu. Aku tak mau menuduhnya tanpa bukti-bukti yang jelas. Aku tak mau gegabah.

 

"Ya, udah. Mas berangkat lagi ya. Kamu hati-hati di rumah. Kunci pintu dan jendela rapat-rapat. Nanti ada yang iseng lagi, tahu istri mas yang cantik ini di rumah sendirian," godanya sambil tertawa lebar. Namun, aku hanya tersenyum tipis. Entah mengapa, hati ini mendadak jadi merasa hambar dan hampa melihatnya.

 

Ah, Mas Donny benarkah kamu punya wanita lain selain aku, istrimu? Kalau iya, mengapa kamu lakukan itu?

 

*****

 

Aku baru saja hendak menunaikan salat Zuhur setelah azan berkumandang, tetapi urung naik ke atas sajadah saat melihat layar ponselku berkedip-kedip. Nama Mas Donny tertera di layar. Ada apa ya suamiku itu menelepon?

 

"Hallo, Mas. Ada apa nelpon?" Kugeser tombol hijau lalu menyapa suamiku itu.

 

"Nis, kamu ada ngeliat atau ketemu kalung dalam tas kerja mas nggak?" tanya Mas Donny dari seberang terdengar panik dan buru-buru.

 

"Kalung? Kalung apa, Mas? Aku nggak lihat tuh," sahutku dengan nada pura-pura tak tahu. Terpaksa bagiku harus berbohong pada lelaki yang telah menjadi imamku sejak dua tahun lalu itu. Mau bagaimana lagi? Kalau aku mengakui telah menyimpan kalung itu, tentu Mas Donny akan marah dan memintanya kembali lalu memberikannya pada perempuan entah siapa gerangannya itu.

 

"Kalung emas, Nis? Rencananya mau mas berikan ke ibu. Mas kan barusan dapat honor  kegiatan di kantor. Rencananya mau ngasih ibu kalung emas, tapi malah hilang." Mas Donny terdengar sedih dan kecewa di seberang sana.

 

Mendengar perkataannya, sekelebat rencana bermain di kepalaku.

 

"Oh, kalau gitu, coba nanti Nisa cari lagi ya, Mas. Barangkali aja jatuh di kamar. Soalnya tadi Nisa buru-buru ambil tas nya," sahutku menawarkan pertolongan. Padahal itu hanya trik supaya aku tahu kebenaran ucapannya. Benarkah kalung itu untuk ibunya atau untuk wanita lain?

 

"Iya, Nis. Tolong ya carikan. Mahal soalnya kalung itu. Ya nggak mahal-mahal kali sih sebenarnya, cuma dua juta mas beli, tapi kan buat orang tua, apapun pemberian anaknya pasti akan diterima dengan suka cita dan bahagia. Iya kan, Sayang?" Mas Donny terdengar lega saat aku mengatakan akan mencari kalung itu.

 

Mendengar perkataannya, aku hanya mengulum senyum tipis.

 

"Sip, Mas. Nanti aku cari ya. Kalau sudah ketemu nanti aku infokan ke mas, oke?"

 

"Oke, Sayang. Makasih banyak ya sebelumnya. Tapi kabari mas secepatnya kalau sudah ketemu ya," ucap Mas Donny lagi penuh harap seolah sangat kecewa karena telah kehilangan benda berharga itu. Benda yang entah akan diberikannya pada siapa? Katanya tadi akan diberikannya pada ibu mertua. Benarkah? Aku akan menanyai ibu nanti kalau benar apa yang telah diucapkan suamiku itu. Tapi kalau tidak, jangan pernah berharap ia akan selamat dari amarahku.

 

Setelah menutup telepon dan menunaikan salat Zuhur yang tertunda, aku pun bersiap-siap menjalankan rencana yang sudah ada di kepala.

 

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Keyla Putri
dsr tukang selingkuh,,, buang kelaut aja suami modelan ky gitu
goodnovel comment avatar
Isabella
dasar tukang selingkuh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 29 (TAMAT)

    POV DONNYSetelah diperintahkan hakim untuk melakukan mediasi, kami berdua pun akhirnya menghadap hakim mediasi di ruangan kerjanya.Kulihat Nisa menatap garang saat aku berjalan lebih dulu menuju ruangan tersebut. Aku memang berharap hakim mediasi dapat menyatukan kami berdua kembali. "Jadi, Pak Hakim, saya ingin rujuk lagi dengan istri saya ini. Saya memang sudah melakukan kesalahan fatal dengan mengkhianati perkawinan kami, tapi saya sangat menyesali hal itu, Pak Hakim.""Saya juga kasihan sama Nisa, istri saya ini. Kalau dia jadi janda, pasti namanya akan buruk di mata masyarakat. Dia akan jadi bahan gunjingan tetangga. Orang-orang akan takut kalau Nisa merebut suami mereka. Lagi pula, zaman begini banyak laki-laki suka seenaknya saja. Mereka berpikir janda itu perempuan yang mudah digoda dan diajak berbuat yang tidak-tidak.""Makanya saya ingin mengajak Nisa rujuk. Apalagi, Nisa ini hanya ibu rumah tangga biasa. Tidak punya banyak pilihan. Hanya laki-laki yang benar-benar baik s

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 28

    POV DONNY"Saudari Nisa, Saudari yakin hendak melanjutkan gugatan perceraian pada suami Saudari, yakni Saudara Donny ini? Sudah dipertimbangkan masak-masak? Kami masih memberikan kesempatan bila mana Saudari hendak membatalkannya," ucap salah seorang hakim pada Nisa yang kemudian mengangguk yakin sebagai jawaban."Yakin, Yang Mulia. Sudah saya pertimbangkan masak-masak, saya akan tetap melanjutkan gugatan saya ini," jawab Nisa dengan nada tegas."Baik." Hakim mengangguk-anggukkan kepalanya lalu meneruskan pertanyaan kembali."Apa alasan dan dasar hingga Saudari memutuskan untuk menggugat cerai suami Saudari?" lanjut hakim pula."Karena suami saya sudah menikah lagi tanpa izin dari saya maupun izin atasan tempat ia bekerja sehingga saat ini status kepegawaian suami saya pun terancam dipecat dan berakhir. Bukan itu saja, saat ini suami saya juga sudah memiliki seorang putri dari pernikahan keduanya itu, Yang Mulia dan sebagai seorang istri, rasanya saya tidak bisa menerima dan mentoleri

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 27

    POV DONNYSetelah dengan terpaksa meninggalkan rumah ibu NIna, aku pun melajukan roda dua menyusuri jalanan kota yang mulai sepi di jam tengah malam seperti ini.Hampir semua rumah penduduk sudah tutup. Hanya warung kopi dan warung pinggir jalan saja yang tampaknya masih buka.Aku pun membelokkan kendaraan ke sebuah warung kopi yang terlihat ramai.Kubiarkan saja tas pakaian berada di jok motor sementara aku duduk di bangku santai yang berjajar di sepanjang pinggir trotoar."Kopi, Mas. Satu," ucapku pada pelayan.Pelayan mengangguk. Aku pun menunggu, tetapi hingga beberapa saat lamanya, pesanan kopiku tak juga kunjung datang.Aku pun memanggil pelayan itu kembali dan dengan tak sabar, meminta pesananku segera dibuatkan.Pelayan tampak grogi. Namun, sesaat kemudian ia membawakan juga pesanan kopi yang kuminta. "Maaf ya, Mas. Kami kurang anggota, jadi pesanan lama nunggu," ujarnya sambil menundukkan kepala, meminta maaf."Kekurangan anggota? Maksudnya kurang pekerja?" tanyaku dengan na

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 26

    POV DONNY"Nina, apa ini? Keterlaluan kamu! Kamu selingkuh ya! Atau ... jangan-jangan kamu ju*al diri! Kamu gila! Baru saja selesai nifas, sudah berbuat seperti ini! Bukan sama suami, tapi sama orang lain! Dasar perempuan jal*ng!" bentakku kalap saat melihat keadaan Nina yang demikian.Kurenggut kimono yang dikenakan perempuan itu hingga sobek di beberapa bagian.Nina berusaha mempertahankan dan menutup bagian atas tubuhnya yang terbuka dengan telapak tangan, tapi percuma sebab tangan itu pun kurenggut paksa."Percuma kamu tutupi! Aku sudah melihat semuanya, Nina! Kamu selingkuh, kan! Iya, kan!" bentakku lagi dengan kalap.Nina hanya mampu menatapku nanar."Apa kata kamu! Hentikan, Mas! Apa-apaan kamu!" dengkusnya keras."Kamu yang apa-apaan! Kenapa badan kamu merah-merah begini! Kamu habis ngapain! Jelaskan!" bentakku untuk ke sekian kalinya dengan nada penuh curiga dan emosi.Nina hendak membuka mulutnya, tapi urung saat Naura tiba-tiba tersentak bangun dari tidurnya lalu memekik ke

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 25

    POV DONNY"Bu, memangnya Nina mau ke mana sih? Hari sudah sore, apa nanti nggak kemalaman di jalan?" tanyaku pada ibu mertua saat Nina sudah keluar dari rumah, menggunakan ojek online yang dipesan oleh istriku itu untuk pergi. Entah ke mana."Nina ke mana nggak perlu kamu tanyakan lagi, Don. Biar aja dia pergi. Doakan saja istrimu itu selamat! Yang penting nanti pulang bawa uang. Kamu nggak bisa ngasih istri dan anakmu makan lagi, jadi nggak usah banyak tanya deh!" jawab ibu mertua dengan ketus sambil berlalu ke belakang."Kok ibu ngomong gitu? Sebelum SK pemecatan Donny keluar, Donny kan masih bisa dapat gaji, Bu. Lagi pula gajian kemarin semua uangnya sudah Donny kasih ke Nina, kok dibilang Donny udah nggak bisa ngasih makan Nina dan Naura lagi sih, Bu!" protesku sedikit keras pada beliau sambil membuntuti langkah ibu mertua ke belakang. Namun, beliau mengibaskan tangannya."Iya, bulan ini mungkin masih bisa makan. Tapi itu juga pas-pasan, karena sembako sekarang naik semua. Minyak

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 24

    POV DONNY"Bu, maaf apa lowongan pekerjaan ini masih ada, Bu?" tanyaku pada ibu pemilik warung yang baru saja mengantarkan teh dingin yang kupesan.Ibu tersebut menganggukkan kepalanya."Masih. Siapa yang butuh pekerjaan? Tapi gajinya kecil ya, cuma lima ratus ribu sebulan. Kerjanya cuci piring sama ngantarin makanan ke meja tamu," sahut sang ibu dengan wajah datar."Lima ratus ribu, Bu? Kecil sekali ya," ucapku tanpa sadar. Membuat sang ibu pemilik warung makan mencebikkan bibirnya tak suka. Hari gini mencari pekerjaan memang susah. Sejak pandemi Corona melanda, hampir semua sektor usaha terdampak. Apalagi rumah makan yang notabene jam operasinya dibatasi sebab pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat."Gajinya kecil? Namanya juga kerja di rumah makan, Mas. Kalau mau gaji besar, situ ngelamar aja jadi menteri apa presiden sekalian. Ya, sudah. Nanti es tehnya nggak usah dibayar! Hitung-hitung saya sedekah sama sampean. Pengangguran aja sok minta digaji besar. Belum tentu juga saya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status