Share

Bab 2

Part 2

 

 

"Nisa, hape mas ketinggalan. Lihat nggak?" tanya Mas Donny saat aku tengah melamun menatap layar ponsel yang kini sudah menjadi gelap kembali. Notifikasi pesan w******p dari kontak bernama Ela itu tak terlihat lagi.

 

Hmm, belum lima menit lelaki itu meninggalkan ponselnya dan kini ia sudah kembali lagi untuk mengambilnya. Apa Mas Donny begitu merasa khawatir aku akan membuka-buka ponselnya dan mengetahui semua rahasianya sehingga ia tak memberiku waktu dan kesempatan sedikit pun untuk memegang ponselnya dan melihat-lihat siapa saja friends list-nya dan siapa sebenarnya si pemilik nomor kontak yang mengiriminya pesan pribadi tadi?

 

Tapi aku tak putus asa, setelah ini tentu saja aku akan berusaha mengorek dan mencari tahu semua ini secara diam-diam tanpa disadari dan diketahui oleh Mas Donny. Aku tak mau pengkhianatannya itu terbongkar terlalu cepat sehingga ia punya kesempatan untuk menghilangkan barang bukti dan menyembunyikan perselingkuhannya itu.

 

"Eh, Mas? Iya ini hapenya ketinggalan. Untung belum jauh ya?" ucapku sembari mengulurkan benda itu ke arahnya dan tersenyum lembut Sama seperti biasanya setiap kali ia pulang kantor.

 

Ya, aku tak mau Mas Donny menaruh rasa curiga kalau aku tiba-tiba bersikap dingin atau pun marah-marah tak jelas setelah membaca notifikasi pesan w******p yang tadi bergulir di layar ponselnya.

 

Aku tak ingin Mas Donny tahu secepat ini di saat aku belum punya bukti sama sekali siapa sebenarnya perempuan yang tadi mengirimi suamiku itu pesan pribadi dan ada hubungan apa sebenarnya di antara mereka.

 

Aku ingin keadaan berjalan dengan normal sama seperti biasanya saat aku belum membaca pesan pribadi itu. Aku ingin diam-diam saja membongkar semua pengkhianatan Mas Donny.

 

"Makasih ya. Tadi mas buru-buru. Oh ya mungkin malam ini mas nggak pulang. Baru ingat kalau malam ini mas ada lembur di kantor," ucapnya tiba-tiba.

 

Aku mengernyit mendengar ucapannya.

 

"Lembur di kantor? Kok tumben? Biasanya lembur cuma sampai sore, nggak pernah sampai nginap. Kok sekarang pake nginap segala, Mas?" tanyaku pura-pura kaget dan tak curiga padahal dalam hati aku merasa sangat penasaran sekaligus geram.

 

"Iya, banyak banget SPJ yang mau dikerjain, Sayang. Nggak apa-apa kan mas nginap semalam aja di kantor? Nggak enak sama Dika, teman kantor mas, kalau dia harus kerja sendirian soalnya," jawab Mas Donny lagi dengan wajah serius. Tapi entah mengapa aku merasa suamiku itu sedang berbohong. Tampak dari bola matanya yang menghindar saat kutatap dengan tajam.

 

"Ya nggak apa-apa lah, Mas kalau begitu.. Kalau memang sudah menjadi tanggung jawab pekerjaan, mau gimana lagi," sahutku pura-pura menegaskan kalau aku percaya pada kata-katanya. Padahal kepercayaan itu sekarang mulai berkurang.

 

Ya Lihat saja nanti malam, aku akan minta Aris, adik lelakiku yang bekerja sebagai petugas keamanan untuk diam-diam menyelidiki apa benar Mas Donny lembur di kantornya atau tidak.

 

"Ok, kamu memang istri yang baik dan penuh pengertian. Jadi makin cinta deh sama istri mas yang satu ini."

 

Mas Donny mengedipkan sebelah matanya dan mencubit daguku menggoda, tetapi aku hanya tersenyum tipis saja.

 

Apa? Cinta? Benarkah yang suamiku itu ucapkan? Kalau ia memang betul-betul cinta, tentu tak akan ada wanita kedua di dalam hatinya.

 

Tapi aku memang tak boleh dilanda cemburu buta. Aku perlu dan harus menyelidiki kebenaran hal itu terlebih dahulu. Aku tak mau menuduhnya tanpa bukti-bukti yang jelas. Aku tak mau gegabah.

 

"Ya, udah. Mas berangkat lagi ya. Kamu hati-hati di rumah. Kunci pintu dan jendela rapat-rapat. Nanti ada yang iseng lagi, tahu istri mas yang cantik ini di rumah sendirian," godanya sambil tertawa lebar. Namun, aku hanya tersenyum tipis. Entah mengapa, hati ini mendadak jadi merasa hambar dan hampa melihatnya.

 

Ah, Mas Donny benarkah kamu punya wanita lain selain aku, istrimu? Kalau iya, mengapa kamu lakukan itu?

 

*****

 

Aku baru saja hendak menunaikan salat Zuhur setelah azan berkumandang, tetapi urung naik ke atas sajadah saat melihat layar ponselku berkedip-kedip. Nama Mas Donny tertera di layar. Ada apa ya suamiku itu menelepon?

 

"Hallo, Mas. Ada apa nelpon?" Kugeser tombol hijau lalu menyapa suamiku itu.

 

"Nis, kamu ada ngeliat atau ketemu kalung dalam tas kerja mas nggak?" tanya Mas Donny dari seberang terdengar panik dan buru-buru.

 

"Kalung? Kalung apa, Mas? Aku nggak lihat tuh," sahutku dengan nada pura-pura tak tahu. Terpaksa bagiku harus berbohong pada lelaki yang telah menjadi imamku sejak dua tahun lalu itu. Mau bagaimana lagi? Kalau aku mengakui telah menyimpan kalung itu, tentu Mas Donny akan marah dan memintanya kembali lalu memberikannya pada perempuan entah siapa gerangannya itu.

 

"Kalung emas, Nis? Rencananya mau mas berikan ke ibu. Mas kan barusan dapat honor  kegiatan di kantor. Rencananya mau ngasih ibu kalung emas, tapi malah hilang." Mas Donny terdengar sedih dan kecewa di seberang sana.

 

Mendengar perkataannya, sekelebat rencana bermain di kepalaku.

 

"Oh, kalau gitu, coba nanti Nisa cari lagi ya, Mas. Barangkali aja jatuh di kamar. Soalnya tadi Nisa buru-buru ambil tas nya," sahutku menawarkan pertolongan. Padahal itu hanya trik supaya aku tahu kebenaran ucapannya. Benarkah kalung itu untuk ibunya atau untuk wanita lain?

 

"Iya, Nis. Tolong ya carikan. Mahal soalnya kalung itu. Ya nggak mahal-mahal kali sih sebenarnya, cuma dua juta mas beli, tapi kan buat orang tua, apapun pemberian anaknya pasti akan diterima dengan suka cita dan bahagia. Iya kan, Sayang?" Mas Donny terdengar lega saat aku mengatakan akan mencari kalung itu.

 

Mendengar perkataannya, aku hanya mengulum senyum tipis.

 

"Sip, Mas. Nanti aku cari ya. Kalau sudah ketemu nanti aku infokan ke mas, oke?"

 

"Oke, Sayang. Makasih banyak ya sebelumnya. Tapi kabari mas secepatnya kalau sudah ketemu ya," ucap Mas Donny lagi penuh harap seolah sangat kecewa karena telah kehilangan benda berharga itu. Benda yang entah akan diberikannya pada siapa? Katanya tadi akan diberikannya pada ibu mertua. Benarkah? Aku akan menanyai ibu nanti kalau benar apa yang telah diucapkan suamiku itu. Tapi kalau tidak, jangan pernah berharap ia akan selamat dari amarahku.

 

Setelah menutup telepon dan menunaikan salat Zuhur yang tertunda, aku pun bersiap-siap menjalankan rencana yang sudah ada di kepala.

 

    

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Keyla Putri
dsr tukang selingkuh,,, buang kelaut aja suami modelan ky gitu
goodnovel comment avatar
Isabella
dasar tukang selingkuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status