Share

Bab 3

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2023-01-09 22:09:43

Part 3

 

Aku melangkahkan kaki menyusuri deretan toko perhiasan yang terhampar di sepanjang jalan di depan sebuah mall besar di kota Jambi ini.

 

Kumasuki salah satu toko yang merupakan langgananku. Di sana aku biasa membeli perhiasan campuran. Bukan emas murni. 

 

Ya, aku memang tidak sekaya itu. Gaji Mas Donny yang hanya mentok di angka empat juta sekian itu memang membuatku tak bisa leluasa membeli barang-barang kebutuhan perempuan yang kuinginkan.

 

Aku hanya bisa gonta-ganti perhiasan yang bahannya terbuat dari emas campuran, bahkan tak jarang barang imitasilah yang kubeli. Sekadar supaya penampilan di depan suami menjadi cantik dengan perhiasan, tak peduli itu hanya barang tiruan.

 

Ya, demi cinta dan pengabdian pada suami, aku rela menggunakan barang-barang palsu, sayang sikap nerimo itu bukannya berbuah manis, tapi nampaknya justru berbuah pahit seperti ini.

 

Saat kudapatkan Mas Donny membeli perhiasan emas murni dengan harga jutaan rupiah, perhiasan itu justru bukan hendak diberikan padaku, istri yang telah setia mendampinginya selama dua tahun ini melainkan hendak ia berikan pada selingkuhannya. Menyakitkan.

 

"Pak, ada tidak perhiasan yang mirip kalung ini tapi bahannya terbuat dari bahan imitasi, Pak?" tanyaku pada penjual perhiasan langgananku itu.

 

Bapak pemilik toko memandang kalung emas yang kuambil dari tas Mas Donny tadi, lalu mengalihkan pandangan pada deretan perhiasan emas imitasi yang ia jual. 

 

Setelah melihat-lihat beberapa saat, bapak pemilik toko itu lantas mengambil sebuah kalung yang bentuk dan besarnya hampir sama persis dengan kalung yang ada dalam genggamanku saat ini. Setelah diambil lalu diperlihatkannya padaku.

 

"Ini gimana? Model dan besarnya hampir sama kan? 11-12. Bedanya yang itu emas asli, kalau yang saya jual ini imitasi. Dipake sebulan, luntur kuningnya. Tapi bisa bagus lagi kalau disepuh lagi," ujar si bapak menawarkan. 

 

Aku pun mengangguk.

 

"Iya, Pak. Sama. Berapa harganya ini?" tanyaku tertarik.

 

"Murah saja. Seratus ribu, Dik."

 

"Oh kalau gitu saya ambil ya, Pak," ucapku lagi.

 

"Oke, sebentar saya bungkus ya."

 

Bapak pemilik toko lalu bergegas membungkus kalung yang kubeli dan menyerahkannya padaku.

 

Setelahnya aku pun bergegas kembali pulang ke rumah. Ingin secepatnya memberi tahu Mas Donny kalau aku sudah menemukan kalung emas yang ia cari-cari.

 

Sebenarnya harga seratus ribu rupiah itu bagiku masih lumayan mahal, tapi tak apalah. Kalau penggantinya adalah perhiasan emas senilai lima belas juta rupiah, tentu saja aku masih untung banyak. 

 

"Hallo, Mas. Apa ini kalung yang kamu cari-cari?" tanyaku saat melakukan video call pada Mas Donny yang saat ini terlihat sedang berada di depan kantornya. Wajahnya tampak masam. Mungkin galau karena kehilangan kalung yang sedianya akan diberikan pada selingkuhannya itu.

 

Melihat kalung yang saat ini ada di tanganku dan tengah kuperlihatkan padanya, sontak wajah suamiku yang semula gundah itu berubah ceria.

 

"Bener, Sayang. Di mana kamu menemukannya? Syukurlah. Sebentar lagi mas ambil ya," jawab Mas Donny girang dari seberang.

 

Aku hanya menganggukkan kepala tanpa banyak kata.

 

Setengah jam kemudian, mobil Mas Donny terdengar memasuki halaman rumah.

 

Beda dari biasanya yang akan gegas menyambutnya, kali ini aku hanya diam saja menunggu lelaki itu masuk di depan televisi.

 

"Sayang, mas pulang." 

 

Suara Mas Donny yang membuka pintu ruang depan dan masuk rumah dengan suara girang terdengar. Mendengar nada suaranya, ada yang terasa berdenyut di dalam hati ini. Ah, betapa demi wanita itu, Mas Donny rela berlaku seperti ini. Membuatku merasa tak nyaman dan cemburu. Andai dia melakukan itu hanya padaku ....

 

"Mas, benar ini kalung yang kamu cari-cari? Memangnya mau mas berikan ke siapa sih? Kok mas sedih banget waktu hilang tadi?" tanyaku. Kali ini gagal menghadirkan senyum karena rasa sakit yang begitu dalam kurasakan.

 

"Buat ibu, Sayang. Kan sudah mas bilang tadi di telepon," sahut Mas Donny tanpa nada bersalah atau pun tak enak. 

 

"Kenapa? Kamu mau juga? Kalau mau, nanti kalau kamu ulang tahun, mas belikan juga ya. Tapi nggak bisa sebesar ini. Yang campuran aja seperti biasanya nggak papa kan? Gaji mas sudah habis soalnya buat bayar cicilan mobil. Jadi cuma bisa belikan yang tiruan," sambungnya lagi sambil tertawa kecil.

 

Mendengar kata-kata laki-laki itu aku hanya tersenyum kecut. Betapa tak adilnya dia, untuk wanita lain ia sanggup membelikan perhiasan mewah dan mahal harganya sementara untukku yang jadi istri sahnya selama dua tahun ini, dia hanya bisa memberikan perhiasan emas campuran yang murah meriah harganya. Sungguh keterlaluan.

 

"Kalau buat ibu, aku aja yang ngasih gimana, Mas? Soalnya aku juga punya rencana mau mengunjungi ibu kamu. Tadi aku masak bubur kacang ijo banyak soalnya. Pengen ngasih ibu sebagian," ucapku.

 

"Oh, nggak usah, Sayang. Kalau kamu mau ke tempat ibu, datang aja tapi kalung ini biar mas sendiri aja yang ngasih. Soalnya ini surprise buat ibu, jadi kamu jangan ngomong-ngomong sama beliau kalau mas belikan perhiasan ya, takut nggak jadi surprise lagi soalnya," sahut Mas Donny buru-buru.

 

Aku pun hanya menjawab dengan senyuman tipis. Entah mengapa aku merasa kedok Mas Donny akan segera terbongkar. Tak biasanya lelaki ini bersikap begini. Biasanya kalau ia memang hendak memberikan sesuatu pada ibunya, Mas Donny justru akan minta bantuanku untuk mengantarkan ke sana karena alasannya ia tidak bisa meninggalkan pekerjaan di kantor sementara aku notabene lebih punya banyak waktu luang.

 

Selain belum punya anak, aku memang lincah menggunakan roda dua, jadi bisa mengunjungi mertua kapan saja aku mau. Itu pertimbangan Mas Donny setiap kali meminta bantuanku. Tapi kali ini saat aku menawarkan bantuan, ia justru menolak. Bukankah itu aneh?

 

"Ya, udah kalau gitu. Oh ya, Mas jadi nanti malam mau lembur?" tanyaku memastikan kembali rencana yang ia katakan pagi tadi, hendak menginap di kantor karena ada kerja lembur bersama temannya.

 

"Jadi dong, Sayang. Ya, sudah, mas pergi dulu ya. Nggak enak sama Dika kalau kelamaan nunggu. Akhir tahun sudah dekat soalnya. Semua pertanggung jawaban keuangan sudah diminta."

 

"Iya, Mas. Pergilah kalau memang kamu sudah ditunggu teman," sahutku datar.

 

Setelah mengecup keningku, Mas Donny lalu gegas ke luar rumah dan pergi dengan cepat bersama roda empatnya. Meninggalkanku yang hanya bisa menatap nanar dan tersenyum hambar.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Keyla Putri
lanjut makin seru biar si lakor tau rs dpt emas imitasi ...
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
sayang "lho maduk ke jurang biar tahu rasa doni pengkhianat,istrinya cerdas
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 29 (TAMAT)

    POV DONNYSetelah diperintahkan hakim untuk melakukan mediasi, kami berdua pun akhirnya menghadap hakim mediasi di ruangan kerjanya.Kulihat Nisa menatap garang saat aku berjalan lebih dulu menuju ruangan tersebut. Aku memang berharap hakim mediasi dapat menyatukan kami berdua kembali. "Jadi, Pak Hakim, saya ingin rujuk lagi dengan istri saya ini. Saya memang sudah melakukan kesalahan fatal dengan mengkhianati perkawinan kami, tapi saya sangat menyesali hal itu, Pak Hakim.""Saya juga kasihan sama Nisa, istri saya ini. Kalau dia jadi janda, pasti namanya akan buruk di mata masyarakat. Dia akan jadi bahan gunjingan tetangga. Orang-orang akan takut kalau Nisa merebut suami mereka. Lagi pula, zaman begini banyak laki-laki suka seenaknya saja. Mereka berpikir janda itu perempuan yang mudah digoda dan diajak berbuat yang tidak-tidak.""Makanya saya ingin mengajak Nisa rujuk. Apalagi, Nisa ini hanya ibu rumah tangga biasa. Tidak punya banyak pilihan. Hanya laki-laki yang benar-benar baik s

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 28

    POV DONNY"Saudari Nisa, Saudari yakin hendak melanjutkan gugatan perceraian pada suami Saudari, yakni Saudara Donny ini? Sudah dipertimbangkan masak-masak? Kami masih memberikan kesempatan bila mana Saudari hendak membatalkannya," ucap salah seorang hakim pada Nisa yang kemudian mengangguk yakin sebagai jawaban."Yakin, Yang Mulia. Sudah saya pertimbangkan masak-masak, saya akan tetap melanjutkan gugatan saya ini," jawab Nisa dengan nada tegas."Baik." Hakim mengangguk-anggukkan kepalanya lalu meneruskan pertanyaan kembali."Apa alasan dan dasar hingga Saudari memutuskan untuk menggugat cerai suami Saudari?" lanjut hakim pula."Karena suami saya sudah menikah lagi tanpa izin dari saya maupun izin atasan tempat ia bekerja sehingga saat ini status kepegawaian suami saya pun terancam dipecat dan berakhir. Bukan itu saja, saat ini suami saya juga sudah memiliki seorang putri dari pernikahan keduanya itu, Yang Mulia dan sebagai seorang istri, rasanya saya tidak bisa menerima dan mentoleri

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 27

    POV DONNYSetelah dengan terpaksa meninggalkan rumah ibu NIna, aku pun melajukan roda dua menyusuri jalanan kota yang mulai sepi di jam tengah malam seperti ini.Hampir semua rumah penduduk sudah tutup. Hanya warung kopi dan warung pinggir jalan saja yang tampaknya masih buka.Aku pun membelokkan kendaraan ke sebuah warung kopi yang terlihat ramai.Kubiarkan saja tas pakaian berada di jok motor sementara aku duduk di bangku santai yang berjajar di sepanjang pinggir trotoar."Kopi, Mas. Satu," ucapku pada pelayan.Pelayan mengangguk. Aku pun menunggu, tetapi hingga beberapa saat lamanya, pesanan kopiku tak juga kunjung datang.Aku pun memanggil pelayan itu kembali dan dengan tak sabar, meminta pesananku segera dibuatkan.Pelayan tampak grogi. Namun, sesaat kemudian ia membawakan juga pesanan kopi yang kuminta. "Maaf ya, Mas. Kami kurang anggota, jadi pesanan lama nunggu," ujarnya sambil menundukkan kepala, meminta maaf."Kekurangan anggota? Maksudnya kurang pekerja?" tanyaku dengan na

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 26

    POV DONNY"Nina, apa ini? Keterlaluan kamu! Kamu selingkuh ya! Atau ... jangan-jangan kamu ju*al diri! Kamu gila! Baru saja selesai nifas, sudah berbuat seperti ini! Bukan sama suami, tapi sama orang lain! Dasar perempuan jal*ng!" bentakku kalap saat melihat keadaan Nina yang demikian.Kurenggut kimono yang dikenakan perempuan itu hingga sobek di beberapa bagian.Nina berusaha mempertahankan dan menutup bagian atas tubuhnya yang terbuka dengan telapak tangan, tapi percuma sebab tangan itu pun kurenggut paksa."Percuma kamu tutupi! Aku sudah melihat semuanya, Nina! Kamu selingkuh, kan! Iya, kan!" bentakku lagi dengan kalap.Nina hanya mampu menatapku nanar."Apa kata kamu! Hentikan, Mas! Apa-apaan kamu!" dengkusnya keras."Kamu yang apa-apaan! Kenapa badan kamu merah-merah begini! Kamu habis ngapain! Jelaskan!" bentakku untuk ke sekian kalinya dengan nada penuh curiga dan emosi.Nina hendak membuka mulutnya, tapi urung saat Naura tiba-tiba tersentak bangun dari tidurnya lalu memekik ke

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 25

    POV DONNY"Bu, memangnya Nina mau ke mana sih? Hari sudah sore, apa nanti nggak kemalaman di jalan?" tanyaku pada ibu mertua saat Nina sudah keluar dari rumah, menggunakan ojek online yang dipesan oleh istriku itu untuk pergi. Entah ke mana."Nina ke mana nggak perlu kamu tanyakan lagi, Don. Biar aja dia pergi. Doakan saja istrimu itu selamat! Yang penting nanti pulang bawa uang. Kamu nggak bisa ngasih istri dan anakmu makan lagi, jadi nggak usah banyak tanya deh!" jawab ibu mertua dengan ketus sambil berlalu ke belakang."Kok ibu ngomong gitu? Sebelum SK pemecatan Donny keluar, Donny kan masih bisa dapat gaji, Bu. Lagi pula gajian kemarin semua uangnya sudah Donny kasih ke Nina, kok dibilang Donny udah nggak bisa ngasih makan Nina dan Naura lagi sih, Bu!" protesku sedikit keras pada beliau sambil membuntuti langkah ibu mertua ke belakang. Namun, beliau mengibaskan tangannya."Iya, bulan ini mungkin masih bisa makan. Tapi itu juga pas-pasan, karena sembako sekarang naik semua. Minyak

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 24

    POV DONNY"Bu, maaf apa lowongan pekerjaan ini masih ada, Bu?" tanyaku pada ibu pemilik warung yang baru saja mengantarkan teh dingin yang kupesan.Ibu tersebut menganggukkan kepalanya."Masih. Siapa yang butuh pekerjaan? Tapi gajinya kecil ya, cuma lima ratus ribu sebulan. Kerjanya cuci piring sama ngantarin makanan ke meja tamu," sahut sang ibu dengan wajah datar."Lima ratus ribu, Bu? Kecil sekali ya," ucapku tanpa sadar. Membuat sang ibu pemilik warung makan mencebikkan bibirnya tak suka. Hari gini mencari pekerjaan memang susah. Sejak pandemi Corona melanda, hampir semua sektor usaha terdampak. Apalagi rumah makan yang notabene jam operasinya dibatasi sebab pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat."Gajinya kecil? Namanya juga kerja di rumah makan, Mas. Kalau mau gaji besar, situ ngelamar aja jadi menteri apa presiden sekalian. Ya, sudah. Nanti es tehnya nggak usah dibayar! Hitung-hitung saya sedekah sama sampean. Pengangguran aja sok minta digaji besar. Belum tentu juga saya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status