Home / Urban / PERJAKA NEXT LEVEL / 3. Pelepasan Singkat

Share

3. Pelepasan Singkat

Author: Nezunez
last update Last Updated: 2025-10-07 21:29:53

Huhhh… Nobu melempar tubuh ke atas ranjang, tapi pikirannya masih terbelenggu pada kejadian tadi.

Zayreen, Dewi Zayreena.

Nama itu melekat jelas di kepala. Sosok apa sebenarnya wanita itu? Nobu pikir mimpi, tapi handuk kecil yang diberikan tadi, masih ada di tangannya. Bukan halusinasi, ini nyata.

Seharian dengan kejadian menguras emosi, serta kehadiran Zayreena, makhluk nisterius yang tiba-tiba datang, tiba-tiba hilang, membuat dirinya lelah.

Tidak perlu waktu lama, Tubuh itu pun terlelap, masuk menuju mimpi yang paling dalam.

Zzz ... zzz …

‘Kabut apa ini…? Hmm… nyamannya…’ Nobu menghirup nafas panjang.

Kabut kuning keabuan menyelimuti sekitar, lembut bagai sentuhan sutra membelai kulit. Aroma memabukkan—perpaduan cendana, melati, dan... sesuatu yang liar—sungguh menggoda indranya, menariknya lebih dalam, lebih nyaman.

Lalu lamat-lamat terdengar suara rintik air jatuh, ia berjalan ke arah suara, ternyata sebuah kolam. Diperhatikannya dengan mata menyipit.

"Apa itu …?" Sesuatu muncul ke permukaan air. Karena penasaran, mendekatlah Nobu ke sana. Semakin dekat semakin hangat pula rasanya.

Dahinya berkerut. “Gadis… seorang gadis?”

Sosok itu muncul. Gadis seksi melangkah keluar dengan gerakan begitu lembut, seolah menguasai setiap detik. Bikini coklat tipis miliknya basah kuyup, menempel ketat, menonjolkan setiap detil nakal, payudara menakjubkan dan pinggul yang menggoda.

Tsunade muda berbikini, atau karakter gadis yang keluar dari dunia hentai, begitulah yang ada di kepala Nobu.

Dan ketika gadis itu mengibaskan rambutnya .... Glek! Nobu menelan ludah. Tetesan air jatuh dari rambut basah itu, meluncur pelan ke leher... ke belahan dada... ke perut, hingga merambat mulus di pahanya. Sungguh, membuat Nobu kepanasan.

Gadis itu makin dekat. Dengan mata yang sengaja dikerlingkan, bibir merah basah, ia melangkah lambat sembari memainkan rambut dengan jemari.

“Apa kabar, Nobu! Aku sudah bilang kan kalau kita akan bertemu lagi.”

“Z-Zayreena?”

Barulah Nobu sadar. Dia berbeda sekali dari sebelumnya. Saat pertama, Zayreena menyerupai pria tampan yang seperti malaikat yang menolongnya.

“Kenapa kau begitu tegang, Nobu?”

"Wopz!" Nobu spontan menutup kemaluannya dengan kedua tangan. ‘Apa ketahuan punyaku tegang?’

“Haha.” Zayrena tertawa, tawanya anggun dan makin menggoda.

“S-sebenarnya kamu siapa?”

Zayreena tersenyum, “Aku adalah harapan terakhirmu, Nobu.” Dia melangkah lebih dekat. “Bagaimana kalau kukatakan aku ini Dewi Penolongmu. Aku bisa mengabulkan semua keinginanmu—jadi lelaki idaman, punya kekasih cantik, memenangkan semua ujian, atau … balas dendam pada perundungmu? Aku bisa mengabulkan semua impianmu itu.”

Nobu terdiam. Otaknya belum bisa mencerna. “Aku pasti sedang mimpi.”

Zayreena terkekeh. “Jangan khawatirkan apapun! Kau hanya perlu kerjasama denganku.”

“Kerjasama?” Nobu mulai skeptis. Tentu saja, mana ada yang gratis. Apalagi tawaran seluar biasa ini. ‘Apa mungkin dia akan mengambil jiwaku?’ Teringat olehnya ritual-ritual klenik, pesugihan, atau semacamnya.

“Aku butuh bantuanmu,” ucap Zayreena santai, tidak terdengar penekanan ataupun paksaan. “Ada yang harus kutemukan di dunia manusia, tapi hanya kau yang bisa membantuku.”

“A-aku? Kenapa harus aku?”

Dengan langkah anggun Zayreena melangkah lebih dekat lagi. Semakin dekat dia, semakin sesak pula nafas Nobu dibuatnya. Jarak mereka kini sangat dekat, bahkan nyaris menempel.

”Karena kau memiliki ini!” Ia menyentuh dahi Nobu, tepat di mana gambar setetes air bersinar terang. “Bening suci,” ucapnya. “Hanya perjaka dewasa terpilih yang memiliki simbol legendaris ini. Kaulah, perjaka terpilih itu, Nobu.”

Sungguh! Saat ini Nobu tidak peduli apakah Zayreena sedang memuji atau menghina status perjakanya, yang jelas gumpalan daging diantara kedua pahanya bereaksi kuat, tegang, berdiri tak tertahan.

Bagaimana tidak, saat Zayreena menyentuh dahinya, Nobu justru terpaku melihat buah dada sang dewi. Persis di depan matanya, begitu jelas, begitu menggiurkan. Nobu pernah melihat beberapa di film biru, tapi dia bersumpah, milik Zayreena adalah terindah!

“M-maaf…” Nobu cepat-cepat mundur. Ia sengaja menghindar, kalau tidak... adik kecilnya di bawah sana makin menjerit.

“Bagaimana? Kita sepakat?” Sang dewi mengulurkan tangan.

“T-tunggu dulu!” Walau hampir gila menahan hasratnya, tapi Nobu masih bisa berpikir jernih. “Terima kasih untuk tawaranmuu, tapi maaf aku tidak bisa.”

"Tidak perlu jawab sekarang. Aku akan memberimu waktu berpikir. Satu hari atau dua har―"

”Tidak. Aku tidak tertarik,” jawab Nobu mantap. Bukan angkuh, tapi Nobu merasa hidupnya sekarang saja sudah terkutuk, dia tak mau makin tersesat karna perjanjian dengan makhluk gaib.

"Kau yakin?"

"Tentu."

“Menarik.” Zayreena tersenyum penuh arti. Ternyata Nobu Si Monster bukanlah orang yang serakah, dan jujur, dewi gila itu juga menyukai sesuatu yang tidak mudah. Baginya, Nobu cukup menantang.

”Baiklah. Terserah padamu. Kau pertimbangkan atau tidak, tapi aku tetap memberimu waktu satu minggu. Jika nanti kau berubah pikiran, cukup panggil namaku, dan aku akan datang padamu saat itu juga."

Nobu hanya diam.

“Oh, satu lagi. Untuk pertemuan kedua ini, aku akan memberimu hadiah.”

"Hadiah?"

Zayreena mengayunan tangan, kemudian dengan cepat air dalam kolam terseret membentuk gumpalan, mendekat, lalu membalut seluruh tubuh Nobu.

“A-apa ini?” Awalnya terkejut, tapi lama-lama Nobu merasa sesuatu yang hangat membelai tubuhnya. Gumpalan air itu berubah seperti belasan tangan menjamahi tubuhnya dengan lembut. Nobu nyaris mendesah kuat, muncul rasa geli dan nikmat yang teramat luar biasa.

Ougghh… lenguh itu lepas saat sesuatu terasa mengulum miliknya, pelan-pelan…, dalam... lalu makin kencang dan… segalanya meledak!

“Aauuuuhhh….!” Nobu melolong bak serigala di puncak kenikmatan.

**

Embun pagi masih menempel di rumput saat Nobu sampai di taman. Dia duduk pada salah satu bangku, sendirian. Mungkin karena tidur nyenyak ditambah semalam terjadi pelepasan, pagi ini wajahnya lebih berseri.

Tetapi ada yang mengganggu pikirannya.

Besok batas akhir penyerahan tugas kelompok. Sedangkan tugas kelompok itu belum selesai, bisa saja dikejarnya sekarang, tapi sial laptop miliknya tiba-tiba rusak. Dia merogoh saku, "tujuh belas ribu. Segini mana cukup bayar sewa komputer dan ng-print. Belum lagi harus rangkap lima."

Nobu sudah coba datang ke tempat langganan, tapi toko percetakan itu pula kebetulan tutup beberapa hari kedepan. Sungguh apes yang beruntun.

Kalau saja kemarin dia tidak terbujuk ucapan Kevin dan Bagas untuk bayar makan dan angkutan online pakai uangnya duluan, pasti uangnya masih cukup. "Ahh!" Menyesal dia, dan lebih menyesal lagi karena kedua orang itu tak akan pernah mengganti uangnya.

“Biar saja. Nanti tinggal bilang ke Tama kalau Kevin dan Bagas yang pakai uang yang dia kasih. Mereka tidak memberiku sepeserpun.” Nobu sudah siapkan jawaban itu jika nanti mereka bertanya kenapa tugasnya tidak selesai.

“Tapi nilaiku? Ah!” Nobu masih berusaha, dia bukan orang yang tak bertanggung jawab. “Di mana aku bisa meminjam uang?”

Ia menunduk sambil menggaruk kepala.

"Kau persis monyet."

Sumpah! Suara itu membuat Nobu terperanjat.

“Berapa yang kau butuhkan?”

“Zayreena?” bertanya sambil memperbaiki kacamata yang melorot. Kali ini Zayreena dengan pakaian berbeda, gaun kuning panjang, tapi tetap saja terbuka dan banyak belahannya.

Zayreena mengulurkan tangan pada Nobu. "Ayo sepakatlah denganku. Uang? Hah, itu hal sepele," katanya dengan senyum angkuh.

Nobu menepis tangan itu, lalu ganti telapak tangannya yang menadah. “Kalau begitu… lima ratus ribu, pinjamkan aku. Bulan depan pasti kuganti.”

“Sepakat? Kau mau kerjasama denganku?”

“Harus bilang berapa kali, aku tidak tertarik. Aku hanya butuh sedikit uang, tapi kalau kamu tidak bisa meminjamkan, tidak apa-apa.” Nobu bangkit dari kursi.

“Hey!” panggil Zayreena. “Baiklah..baiklah… aku akan memberikannya, tapi…” Senyum liciknya terbit lagi. “Di dunia ini tidak ada yang gratis, bukan?”

“Tentu. Aku janji akan kembalikan.”

“Oh, itu tidak perlu.” Zayreena menutup mulutnya saat menguap. “Belakangan ini membosankan, aku butuh sedikit hiburan.”

“A-aku harus apa?” Isi kepala Nobu mulai tidak-tidak.

Sebaliknya, senyum Zayreena makin mencurigakan. “Aku mau kau mencium salah satu gadis di sini.”

"Gila!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Water Melon
cerita yang menarik, bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PERJAKA NEXT LEVEL   48. Ronde Kedua

    Nobu melangkah maju. Tepat di hadapan si kaos hitam, kaki kirinya maju setengah langkah, pinggul berputar.“JAB!”Tinju kanannya melesat lurus, mengenai dagu lawan.“BRAAK!”Kepala pria itu terdongak keras ke belakang, tubuhnya terangkat dari tanah, melayang dua meter, lalu menghantam aspal membuat suara dentum yang keras.Dia ambruk tak bergerak, darah segar langsung mengalir deras dari hidung dan sudut bibirnya, membentuk genangan kecil di bawah kepalanya yang jatuh miring.Dua pria yang tersisa langsung membelalak heran, kaki mereka gemetar sampai mundur selangkah bersamaan.Nobu menatap tangan kanannya yang masih mengepal, urat-urat di lengannya berdenyut keras. Matanya membulat—bukan takut, tapi girang setengah tak percaya.“Gila… cuma satu pukulan?!” Suaranya bergetar penuh adrenalin, senyum lebar mengembang di wajah itu. “Kekuatan ini… beneran nggak masuk akal!”Di kepalanya langsung berputar rencana-rencana gila yang dulu cuma berani dia simpan dalam khayalan.‘Kalau satu puku

  • PERJAKA NEXT LEVEL   47. Tiga Lawan Satu

    Nobu baru saja melambaikan tangan terakhir ke Lia yang masuk mobil. Dia menarik napas panjang, lalu berjalan sendirian menuju area parkir motor di ujung kompleks waterboom.Langit sudah jingga, lampu taman mulai menyala satu per satu.Sepatu ketsnya berderit pelan di aspal. Tangan masih memegang helm, pikiran melayang ke kata-kata Lia tadi “setahun”.Tanpa sadar, langkahnya semakin lambat.Tiba-tiba suara kasar dari belakang.“Hei, jagoan! Buru-buru amat? Pacar seksimu di mana?”Nobu langsung menoleh.Tiga orang berdiri di belakangnya, sekitar lima meter. Yang bicara tadi berkaos hitam. Di sebelahnya pemuda rambut pirang, senyumnya sinis. Nobu langsung ingat wajah-wajah itu.Mereka berdua yang tadi pagi mengganggu Lia di terowongan akuarium. Tapi yang satu orang lagi, Nobu tidak ingat melihatnya tadi. Badannya paling besar dan kekar. Tato yang entah bentuk apa terlihat di lengan kiri dan kanan. Dia berdiri di tengah dengan tangan mengepalNobu berhenti, tidak mundur selangkahpun . “Ad

  • PERJAKA NEXT LEVEL   46. Perosotan Celaka!

    Dia segera memposisikan tubuhnya di depan Lia supaya orang lain tak bisa melihat, lalu menarik ban itu ke sudut kolam yang lebih sepi.“Tunggu di sini, aku cari sekarang,” katanya cepat sambil melepas kaus renangnya sendiri dan melingkarkannya ke bahu Lia. “Pake ini dulu, nutupin.”Lia memegang kaus itu erat-erat, matanya berkaca-kaca. “Makasih, Nob…”Nobu langsung menyelam. Beberapa kali masuk-keluar air,Nobu menyelam lagi, mata terbuka lebar di bawah air. Tapi otaknya malah lari ke mana-mana.‘Bikini atasnya lepas… berarti sekarang Lia… nggak pake apa-apa di atas… YA TUHAN!’ Bayangan muncul sendiri. Nobu langsung memukul kepalanya sendiri di dalam air. ‘Berhenti! Berhenti mikir yang nggak-nggak!’Dia muncul sebentar, tarik napas, lalu tengok kanan-kiri. Beberapa cowok di pinggir kolam mulai curi-curi pandang. Ada yang nyengir genit, ada yang pura-pura sibuk tapi matanya tetap ke arah ban kuning.Nobu langsung mendekat, badannya jadi tameng hidup untuk Lia. Dia menarik ban kuning itu

  • PERJAKA NEXT LEVEL   45. Ban Kuning Penyelamat

    Petugas mengulangi arahan sambil tersenyum ramah, “Tolong kakinya diluruskan dan diletakkan di bawah lengan orang yang di depan, biar posisinya lebih aman.” Nobu menelan ludah. “Baik… begini ya?” Dengan hati-hati ia meluruskan kakinya, lalu menggeser ke depan. Ujung kakinya langsung menyentuh kulit Lia yang licin karena air—tepat di bawah lengan, dekat sisi tubuhnya. ‘Uwoooww…!’ batin Nobu langsung berteriak. ‘Ini nggak bener… kakiku nempel di sini… aaaa… mana tahan gini...!’ Lia cuma terkekeh kecil, seolah tidak terlalu peduli. “Iya, betul seperti itu! Selamat meluncur!” kata petugas sambil mendorong ban dengan kuat. “WOOOHOOOOO!!!” Lia langsung berteriak girang. Ban meluncur kencang. Kecepatan tinggi membuat tubuh mereka terdorong ke belakang. Kaki Nobu yang tadi sudah “terkunci” di bawah lengan Lia, kini tertekan lebih dalam lagi. Kulit telanjang, hangat, dan licin itu terus bergesekan dengan betisnya setiap ban berbelok. “AHHHH…” Nobu berteriak, tapi bukan karena takut ket

  • PERJAKA NEXT LEVEL   44. Two-Piece Bikini

    Di dalam toko suvenir yang ber-AC dingin, Lia sudah memilih dua handuk dan celana pendek buat Nobu. Mereka berdua masuk ke area ganti di belakang toko, lalu keluar lagi sambil bawa kantong plastik.Lia memandang Nobu yang masih memakai masker hitam seperti biasa.“Nob… buka maskernya dong,” kata Lia sambil tersenyum kecil. “Kita mau main air, nanti basah juga.”Mata Nobu langsung membulat. “B-buka masker?”“Iya, emang kenapa?” Lia mendekat, suaranya lembut. Dia tahu banget Nobu selalu menyembunyikan giginya yang berantakan. “Santai aja, aku nggak apa-apa kok.”“Bukan gitu, Li…”“Udah, lepasin aja. Aku janji nggak kaget,” goda Lia sambil terkekeh.Nobu menghela napas panjang, lalu pelan-pelan menurunkan maskernya.Begitu masker terlepas, Lia langsung terdiam. Keningnya berkerut, matanya melebar.“Nob… gigi kamu?” tanyanya pelan, jari telunjuknya menunjuk ke arah mulut Nobu.Nobu cuma nyengir kecil, malu-malu. “Hehe… iya.”Gigi depannya rapi, putih bersih, sama sekali nggak berantakan se

  • PERJAKA NEXT LEVEL   43. Gangguan Kecil

    “Sst… itu cewek sendirian,” bisik pemuda berkaos hitam pada dua temannya, matanya tertuju pada Lia.“Wah, cakep banget. Ayo samperin!” sahut yang rambutnya pirang sambil menyenggol temannya, sudah tersenyum lebar.Ketiganya langsung bergerak santai, tapi jelas menuju Lia yang sedang berdiri sendiri.Cahaya biru dari air akuarium menyorot wajah Lia, membuat kulitnya nampak makin glowing. Dia asik melihat gerombolan ikan pari yang melayang-layang di atas kepala, sambil menghitung satu-persatu jenis ikan yang dilihatnya.“Hai cantik, kok sendirian? Mau abang temenin?” kata yang paling depan, suaranya dibuat ramah tapi tatapannya jelas tidak sopan.Lia hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus ke akuarium. Dia sengaja mengacuhkan, berharap mereka segera pergi. Tapi ternyata mereka makin menjadi-jadi“Diam gini artinya boleh dong,” canda yang satu lagi sambil tertawa kecil.“Minta nomor WA boleh nggak? Kamu suka ikan ya? Nanti abang ajakin mancing ke laut. Lebih seru daripada di sini." Ia m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status