Home / Fantasi / PERJAKA NEXT LEVEL / 4. Cium Siapa Saja!

Share

4. Cium Siapa Saja!

Author: Nezunez
last update Last Updated: 2025-10-07 21:30:32

“Aku tidak mau!”

“Oh, ayolah, itu sangat mudah.”

“Mudah, katamu.” Nobu tertawa getir. Jangankan mencium, menatap mata seorang gadis saja tak ada nyalinya, lalu ini pula … diminta mencium sembarang orang. Gila!

Menolak kerjasama dengan makhluk seperti Zayreena, Nobu pikir dia sudah membuat keputusan yang tepat. Bayangkan saja, belum lagi apa-apa, sang dewi sudah membuatnya berdiri di tepi jurang.

“Maaf, aku ada urusan lain.”

“Lemah!” Baru satu langkah, suara Zayreena menghentikan.

“Aku?”

“Ya, kau lemah, Nobu.”

“Bukan tentang lemah, tapi tantanganmu tidak masuk akal.” Nobu menggaruk kepala. “Aku memang butuh uang, tapi … serius saja! Mencium orang asing? Aku bisa dipenjara! Atau diludahi! Atau... diamuk massa! Kamu tidak liat banyak orang di sini. Bukan monster saja, bisa-bisa aku dikenal Nobu Si Mesum. Ah! Memikirkannya saja bikin aku gila. Bukannya membantu malah bikin tambah masalahku. ”

“Wow.” Tatapan Zayreena justru seolah kagum. “Kau sadar Nobu, bukankah ini adalah kalimat terpanjang yang pernah kau ucapkan pada orang lain? Apalagi dengan nada seperti itu.”

Setelah diingat-ingat, Nobu setuju. Dia pun heran kenapa bisa bicara sebanyak itu.

“Lihat, kan? Kau bisa lebih baik, Nobu. Tinggal kau mau berubah atau tidak.” Zayreena menepuk kursi di sebelahnya. “Kemarilah…” Seperti anak anjing, Nobu yang kebingungan jadi patuh. Mendekatlah dia ke sana.

“Tidak sulit, kau hanya perlu sedikit nekat,” lanjut sang dewi. “Mungkin terkesan konyol, tapi tantanganku ini melatih mentalmu. Cobalah dulu, kau pasti bisa.” Lembut sekali ucapan Zayreena, sampai Nobu terpedaya.

“Tapi tidak harus mencium orang asing juga! Kasih aku tantangan lain," pinta Nobu. "Apa saja yang lebih... manusiawi. Mengambil sampah di taman, mungkin? Atau membantu orang lain, atau berlari keliling lapangan."

Zayreena memutar bola mata, tangannya melambai seolah menepis lalat. "Booooring! Kau pikir aku dewi yang ngurusin sampah? No deal, Sayang. Cium seseorang, hanya tu pilihanmu!”

Nobu menghela nafas berat.

“Oh, ayolah! Kau terlalu dramatis. Ini cuma ciuman, bukan merampok bank! Kau bahkan bebas pilih gadis manapun di sini. Atau … mau aku yang pilihkan?” Senyum liciknya muncul lagi. “Kau tau, aku tak akan memilih yang mudah.”

Nobu diam, tapi dalam kepalanya berperang.

“Percayalah! Ada nyali hebat dalam dirimu, hanya saja kau tidak mau membuka diri. Sekarang terserah padamu—kau terima atau tidak tantanganku!”

Setelah berpikir lama, Nobu sudah putuskan.

“Oke, aku terima!” kata Nobu mantap. Jawaban yang disambut Zayreena dengan tatapan puas.

Nobu memindai taman dengan hati-hati. Seorang gadis sedang berlari, —‘mustahil, larinya pasti lebih kencang dariku.’ Sekelompok gadis sedang asyik bercanda dekat air mancur—‘terlalu bahaya, mereka semua bisa mengeroyokku,’ Lalu, matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk sendirian di bangku lain, tenggelam dalam buku tebal yang entah apa. Rambutnya terikat rapi, kacamata tipis bertengger di hidung, dan wajahnya polos tanpa riasan. Ia tampak pendiam. Pilihan yang aman!

“Dia,” ujar Nobu pelan.

Zayreena memandang gadis pilihan Nobu, alisnya terangkat. “Pilihan yang.... membosankan! Tapi, bolehlah. Ia berdiri, melangkah mundur, bersandar pada pohon dengan sikap anggun, seolah siap menonton pertunjukan seru. "Ayo, Nobu, tunjukkan nyalimu. Jangan buat Dewi Keberuntunganmu ini kecewa.”

Nobu menarik napas dalam, otaknya berputar mencari strategi. Ia bisa pura-pura tanya tentang fisika kuantum? Atau bertanya di mana toilet umum? Atau mengaku saja kalau dirinya sedang ditantang. Ah! Semua rencana terasa bodoh. Akhirnya, ia memilih cara paling nekat: mendekat, mencium pipinya secepat kilat, lalu kabur sebelum gadis itu sempat bereaksi.

"Ini gila, ini gila," gumamnya, kakinya melangkah pelan menuju ke sana. Tak terasa keringat dingin mengalir di punggung.

“Jangan pingsan di tengah jalan, Nobu!” seru Zayreena dari kejauhan, suaranya tetap halus namun penuh ejekan. "Si bodoh itu ketakutan seperti menuju guillotine saja! Haha."

Nobu bersiap-siap, jantungnya seakan meledak. Taman seolah menyusut, dunia hanya berisi dirinya dan gadis itu saja. Ia sudah tiga langkah dari bangku, tangannya gemetar. Dia sudah membayangkan semuanya: ciuman singkat di pipi, lalu lari zig-zag melewati jalan pintas di sana, kemudian kabur.

Tiga... dua... satu...

Nobu melangkah cepat, jaraknya makin dekat. Saat sampai, tubuh dicondongkan ke depan, siap meluncurkan “serangan kilat”. Tapi tiba-tiba saja gadis itu menutup bukunya dengan keras, lalu berdiri. Celaka, kakinya tersangkut akar pohon kecil, ia terhuyung ke arah Nobu … dan … CUP! Dalam sekejap, bibir gadis itu mendarat di pipi Nobu—wuaaa…! Ciuman itu....

Nobu terpaku, matanya membelalak . Gadis itu juga membeku, wajahnya memerah.

“Astaga! Maaf, maaf, maaf!” serunya. Ia mundur sambil memegang buku sebagai tameng. “Aku tidak sengaja! Kakiku tersangkut, aku cuma mau ke perpustakaan—oh Tuhan, ini memalukan!” Ditutup wajahnya dengan buku.

Nobu masih bisu, otaknya mogok.

Dari kejauhan, tawa Zayreena mengalir seperti musik, halus dan penuh kemenangan.

Gadis itu memandang Nobu dengan panik, kacamatanya melorot. “K-kamu… kamu tidak marah, kan? Aku, Naeli, eh, bukan, m-maksudku… aku benar-benar minta maaf!” Ia terbata.

Nobu akhirnya tersadar, buru-buru menggeleng. “T-tidak apa-apa,” katanya, suaranya serak. “Aku… aku juga cuma mau duduk di sini. Tidak sengaja.” Ah, pintar! Nobu mulai lihai cari alasan.

Gadis itu mengangguk cepat, wajahnya masih merona. “Baiklah, eh, aku harus pergi.” Ia berbalik, hampir tersandung lagi, lalu buru-buru menghilang. Sementara Nobu tetap mematung, jantungnya masih berpacu.

Zayreena mendekat, langkahnya ringan, senyumnya kini seperti kucing yang baru menangkap burung. “Haha. Kau sungguh menghibur, Nobu. Sepertinya kau disukai oleh Dewa Keberuntungan. Aku suruh cium, malah kau duluan yan dicium. Aku suka plot twist ini.”

“Bagaiamana dengan tantangannya?” Nobu justru khawatir dengan hadiahnya.

“Well … walau tidak seperti yang kuharapkan, tapi cium tetap cium. Ini dihitung!”

Ting! Notifikasi terdengar. Lima ratus ribu masuk ke rekening Nobu. Wajahnya jadi cerah, tapi sedikit menggerutu. ‘Kirain bakal dikasih lebih.’

Nobu segera berlari ke bangku awal, mengemasi barang-barangnya. Setelah berterima kasih, ia pamit. Dia harus bergegas jika mau tugasnya selesai tepat waktu.

Setelah Nobu pergi, seseorang menghampiri Sang Dewi.

“Kerja bagus, Nae!”

Ya. Gadis itu, Naeli. Gadis kutu buku yang baru saja mencium Nobu. Rupanya dia adalah pelayan Zayreena yang menyamar.

“Pemuda itu, kenapa anda tidak paksa atau ancam dia saja, Nona?” tanyanya. “Patahkan kakinya atau seret dia ke neraka. Tidak mungkin dia menolak!”

“Katakan, Nae? Kapan aku pernah memaksa lelaki?” Dengan tangan bersedekap, Zayreena tersenyum. “Apa kau lupa siapa aku? Akulah Dewi Langit Penguasa Hasrat dan Nafsu,” ucapnya dengan bangga. “Lihat saja sebentar lagi ... perjaka itu akan datang sendiri padaku, memohon dengan sangat putus asa.”

Zayreena tersenyum licik lagi. Entah siasat apa lagi yang ada di kepalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PERJAKA NEXT LEVEL   5. Badai Di Lorong Kampus

    "Tidak ada alasan! Saya sudah ingatkan kalau makalah kali ini sangat penting. Empat minggu itu waktu yang cukup panjang. Jadi tidak ada alasan! Kalau saya bilang hari ini terakhir, maka hari ini terakhir." Pria tua dengan kacamata tebal melihat jam di tangan. "Kalian masih punya tiga puluh menit sebelum saya pulang."Tiga puluh menit, itu mustahil! pikir Nobu. ”Tapi, Pak. Saya benar-benar sudah kerjakan. tapi waktu ma—””Jadi, cuma kau yang mengerjakan? Bagaimana dengan Tama, Kevin, Bagas?” Dosen tua dengan wajah tegas melirik tajam pada ketiganya. Mereka ada di sana, tapi diam saja.”I-itu,” Nobu menyesal karena terdesak membuatnya salah bicara. ”M-maksud saya, sudah kami kerjakan, tapi waktu mau dicetak, komputer yang saya pakai kena virus termasuk flashdisk-nya juga. Tolong kasih satu hari lagi, Pak! Besok pagi-pagi sekali sudah ada di meja Bapak.” ucap Nobu dengan kedua tangan terlipat.Pak Tantowi menggeleng, wajahnya dingin seperti batu. "Nol! Nilai kalian nol! Keluar sekarang,

  • PERJAKA NEXT LEVEL   4. Cium Siapa Saja!

    “Aku tidak mau!”“Oh, ayolah, itu sangat mudah.”“Mudah, katamu.” Nobu tertawa getir. Jangankan mencium, menatap mata seorang gadis saja tak ada nyalinya, lalu ini pula … diminta mencium sembarang orang. Gila!Menolak kerjasama dengan makhluk seperti Zayreena, Nobu pikir dia sudah membuat keputusan yang tepat. Bayangkan saja, belum lagi apa-apa, sang dewi sudah membuatnya berdiri di tepi jurang.“Maaf, aku ada urusan lain.”“Lemah!” Baru satu langkah, suara Zayreena menghentikan.“Aku?”“Ya, kau lemah, Nobu.”“Bukan tentang lemah, tapi tantanganmu tidak masuk akal.” Nobu menggaruk kepala. “Aku memang butuh uang, tapi … serius saja! Mencium orang asing? Aku bisa dipenjara! Atau diludahi! Atau... diamuk massa! Kamu tidak liat banyak orang di sini. Bukan monster saja, bisa-bisa aku dikenal Nobu Si Mesum. Ah! Memikirkannya saja bikin aku gila. Bukannya membantu malah bikin tambah masalahku. ”“Wow.” Tatapan Zayreena justru seolah kagum. “Kau sadar Nobu, bukankah ini adalah kalimat terpanj

  • PERJAKA NEXT LEVEL   3. Pelepasan Singkat

    “Hahh…” Nobu melempar tubuh ke atas ranjang, tapi pikirannya masih terbelenggu pada kejadian tadi. Zayreen, Dewi Zayreena. Nama itu melekat jelas di kepala. Sosok apa sebenarnya wanita itu? Nobu pikir mimpi, tapi handuk kecil yang diberikan tadi, masih ada di tangannya. Bukan halusinasi, ini nyata. Seharian dengan kejadian menguras emosi, serta kehadiran Zayreena, makhluk nisterius yang tiba-tiba datang, tiba-tiba hilang, membuat dirinya lelah. Tidak perlu waktu lama, Tubuh itu pun terlelap, masuk menuju mimpi yang paling dalam.Zzz ... zzz …‘Kabut apa ini…? Hmm… nyamannya…’ Nobu menghirup nafas panjang. Kabut kuning keabuan menyelimuti sekitar, lembut bagai sentuhan sutra membelai kulit. Aroma memabukkan—perpaduan cendana, melati, dan... sesuatu yang liar—sungguh menggoda indranya, menariknya lebih dalam, lebih nyaman. Lalu lamat-lamat terdengar suara rintik air jatuh, ia berjalan ke arah suara, ternyata sebuah kolam. Diperhatikannya dengan mata menyipit. "Apa itu …?" Sesuatu

  • PERJAKA NEXT LEVEL   2. Tuduhan Keliru

    Sekarang Nobu jadi yakin kalau memang dirinya yang diincar. “Tapi kenapaa....??!! Sambil berlari masih bisa didengarnya teriakan para pria.“Jangan lari!"“Tangkap penculik itu!”"Hah! Peculik?" Dadanya sesak, nafasnya ngos-ngosan, tapi otaknya lebih tidak karuan. "Penculik apa? Ya Tuhan, apalagi ini?"“BERHENTI….!!”"Matilah aku!" Nobu menahan langkah. Tiga orang pria muncul di depan. Dia terkepung.Harus berpikir cepat. Di sisi kanan, matanya menangkap pembatas teralis di atas tangga tingkat dua. Tanpa pikir panjang, ia melesat, kakinya menapaki anak tangga sekuat tenaga."Jangan kabur!""Tangkap dia!Teriakan mereka bagai raungan binatang buas.“Clek!” Pagar teralis terkunci tepat waktu. Pagar itu cukup kuat—setidaknya untuk saat ini. Sementara, di depan, belasan wajah garang menatapnya dengan nafsu membunuh. Tangan-tangan terkepal, mata-mata penuh dendam."Keluar kau!""Jangan kira bisa kabur!"Beruntung tinggi pagar teralis menutup sampai langit-langit, kalau tidak, mereka pasti

  • PERJAKA NEXT LEVEL   1. Nobu Si Monster

    “Aah… sayang… emmhh... sebentar. Oughh ~"'Keparat, bajingan! Dasar tidak tau malu! Bisa-bisanya bercumbu di depanku! Kurang ajaaaarrr!'Sungguh! Banyak sekali sumpah serapah di kepala Nobu. Ingin diteriakan semua, tapi apa yang bisa dilakukan pecundang seperti dirinya selain mengutuk dalam hati. Meski dua sejoli itu sudah keterlaluan, Nobu pilih bungkam seolah tak terganggu."Sayang... beneran deh jangan di sini, aku malu tau. Itu tuh! Si Nobu liatin kita terus." dagu Si Gadis terangkat ke arah Nobu yang berjarak hanya empat meter dari mereka.Pria diatasnya menoleh ke arah yang sama. Dilihatnya Nobu sibuk dengan laptop dan kertas-kertas tugas.Seharusnya tugas itu adalah tanggung jawab bersama. Empat orang, harusnya. Tapi lihat! Hanya Nobu saja yang kerja sendirian.Sang ketua kelompok tidak bisa hadir, tapi ia memberi uang sebagai ganti. Nah, masalahnya ada pada dua orang ini. Tidak ingin buang kesempatan, mereka mengundang serta pasangan masing-masing.Saat ini, Bagas dan pasangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status