Share

Bab 3 Rencana Pernikahan

Penulis: Ardhya Rahma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-05 12:17:38

Ambar terpaku mendengar kata-kata Alvaro. Kepalanya mendongak dan matanya balik menatap Alvaro dengan agak melotot.

"Apa?!" tanya Ambar setengah berseru.

"Saya bilang, saya setuju menikahimu secara sah! Apa ada masalah dengan telingamu, Ambar?!” bentak Alvaro yang sungguh sudah kehilangan kesabarannya.

Tidak, Ambar tidak tuli. Akan tetapi, bagaimana bisa majikannya itu berakhir menerima permintaannya!? Apa pria tersebut sudah kehilangan akal sehatnya?!

“Tuan, pikirkan kembali! Saya adalah bawahan Anda, bagaimana mungkin Anda menikahi saya secara sah?! Apa kata keluarga besar Hadinata nanti!? Bagaimana dengan reputasi Anda?!” ujar Ambar dengan agak panik. 

Menikahi sang majikan mungkin terdengar sangat luar biasa, terlebih karena dirinya seakan menjadi tuan putri dalam sekejap. Akan tetapi, mengenal sifat seorang Alvaro Hadinata, itu sama saja seperti masuk ke gua singa!

“Entah itu reputasi saya ataupun reaksi keluarga Hadinata, itu urusan saya. Kamu tidak perlu ambil pusing. Yang jelas, kamu tidak boleh menikah dengan orang lain selain saya dan kamu harus tetap menjaga Afreen!”

Ambar mematung di tempat. Pria ini sudah gila!

Karena Ambar tidak membalas lagi, Alvaro pun berkata, “Kalau tidak ada pertanyaan, kamu tunggu di sini. Saya hubungi Pak Adi,” titahnya seraya memberi isyarat agar Ambar kembali duduk di kursi.

Pak Adi adalah pengacara Alvaro, Ambar mengenalnya. Demikian, wanita itu langsung tahu kalau Alvaro serius ingin menikahinya!

‘Bagaimana ini?!’ pekik Ambar dalam hati. ‘Masa iya aku menikah dengan majikanku sendiri!?’

Walau di luar sana reputasi Alvaro Hadinata luar biasa baik, tapi sebagai pihak yang bekerja untuk pria tersebut selama bertahun-tahun lamanya, Ambar mengenal pria itu dengan sangat jelas. Dingin, galak, jutek, cuek, dan egois. Lima sifat buruk itu membentuk seorang Alvaro Hadinata.

Demikian, menjadi istrinya berarti Ambar harus siap dengan sejumlah resiko yang bisa mengombang ambingkan hidupnya!

Siapkah dia menanggung resiko itu?

Di saat hatinya sibuk bertanya-tanya, mata Ambar mengarah ke wajah Alvaro yang sedang sibuk menelepon pengacaranya. Perpaduan Indonesia-Turki yang berasal dari kedua orang tuanya membuat wajah pria tersebut sangatlah tampan, hampir sempurna.

Namun–

"Dengan sifat sedingin itu, apa aku bisa bersyukur menikahinya?” tangis Ambar dalam hati. Wanita itu menggelengkan kepala. “Haish … ini lebih baik daripada menikahi tua bangka, bukan?” Wanita itu mencoba mengecek realita.

Mendadak, sebuah  bentakan mengejutkan Ambar, "Kamu ngomong apa? Yang jelas!" 

Ambar agak melompat, lalu dengan cepat menatap ke depan, pada Alvaro yang menatapnya tajam. Entah kenapa, sepertinya pria itu sedikit mendengar gumamannya!

"B-bukan apa-apa, Tuan. Sepertinya Tuan salah dengar."

Alvaro mendengkus. Namun, dia tidak memperpanjang masalah itu dan berkata, "Saya sudah bicara dengan Pak Adi. Pernikahan kita akan diadakan minggu depan." 

“Apa?!” Ambar tercengang.

Alvaro menaikkan alis kanannya. “Kenapa? Kurang cepat? Perlu dimajukan besok?”

“T-tidak, Tuan. Tidak. Minggu depan … minggu depan cukup.” Ambar hanya bisa menjawab pasrah.

Mendengar balasan itu, Alvaro pun melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar Ambar keluar. “Oke, kalau begitu kamu boleh keluar sekarang.”

“Baik, Tuan. Saya permisi …." 

Ambar buru-buru bangkit dari kursi dan keluar dari ruang kerja Alvaro.

Sesampainya di luar pintu ruang kerja Alvaro, Ambar langsung merosot ke bawah dan memeluk lututnya sendiri.

‘Ya ampun, apa yang baru saja terjadi!? Bagaimana bisa jadi seperti ini!?’

Di sisi lain, setelah Ambar pergi meninggalkan ruangan, Alvaro segera kembali ke mejanya dan kembali menghubungi satu orang lain. Wajah galak pria itu berubah tenang, tapi pancaran matanya menjadi semakin gelap dan mengerikan.

Saat panggilan tersambung, suara dalam Alvaro terdengar berkata, "Benar ini dengan Pak Sulistyawan, ayah dari Ambarsari Putri?" 

Mendengar suara bingung mengiyakan dari seberang telepon, Alvaro pun melanjutkan, “Saya Alvaro Hadinata, atasan anak Bapak.” Dia melirik ke arah pintu yang sudah tertutup, lalu menambahkan, “Saya ingin membuat perjanjian dengan Bapak,”

*Beberapa hari kemudian. Kantor Direktur Utama Hadinata Grup*

"Bagaimana?" tanya Alvaro singkat kepada Adi, sang pengacara.

"Sesuai permintaan Tuan Alvaro, semua sudah saya kerjakan. Semua dokumen registrasi, perjanjian pra-nikah, juga persiapan acara sudah rampung. Hanya perlu persetujuan Tuan," jawab Adi sambil menyodorkan dokumen yang dia maksud. 

Alvaro menjawab, "Akan kuperiksa nanti.” Dia menatap Adi serius dan bertanya, “Bagaimana dengan Sulistyawan?" 

"Sudah beres, Tuan." 

"Apa dia memberikan perlawanan?" desak Alvaro. 

"Seperti dugaan Tuan, Pak Sulistyawan tidak keberatan sama sekali. Dia langsung menerima tawaran Tuan tanpa keraguan sedikit pun dan menyetujui Tuan menikahi Nona Ambar."

Sebuah dengusan sinis terdengar dari sisi Alvaro. Pria itu pun berkomentar, "Keterlaluan …." Pancaran matanya tampak mencemooh. “Ayah macam apa dia itu?”

Adi pun menghela napas dan berkata, “Nona Ambar beruntung Tuan menyelamatkannya dari keluarga seperti itu.” Dia menambahkan, “Saya dengar, sejak kecil orang tua Nona Ambar memang pilih kasih kepadanya.”

Diceritakan oleh Adi bagaimana ayah dan ibu Ambar memperlakukannya dengan sangat buruk. Bukan hanya pakaian, tapi makanan saja Ambar hanya mendapatkan makanan sisa. Ketika sudah cukup dewasa, Ambar pun dipaksa keluarganya untuk berhenti kuliah dan malah mencari uang untuk membantu sang ayah menangani masalah utang.

Mendengar hal tersebut, Alvaro cukup kaget. Empat tahun Ambar bekerja untuknya, tidak pernah sekali pun pria itu tahu betapa buruk keluarga gadis itu memperlakukannya.

“Dia ada saudara?” tanya Alvaro.

Adi mengangguk. “Dua adik tiri. Satu perempuan, satu laki-laki. Keduanya berada di jenjang kuliah.”

Alvaro cukup terkejut. Bagaimana bisa dua adiknya kuliah kalau Ambar sendiri harus mengorbankan jenjang pendidikan itu untuk bekerja? Apa selama ini sang ayah memanfaatkan Ambar untuk membiayai dua saudaranya?! Dibilang anak kandung, tapi malah diperlakukan seperti anak tiri!

Semakin dipikirkan, Alvaro menjadi semakin curiga. Akhirnya, dia pun berkata, “Coba cari tahu tentang–”

Belum sempat ucapan Alvaro selesai, pintu kantornya terbanting terbuka.

BRAK!

“Alvaro!” Seorang wanita dengan dandanan menor tampak menerobos masuk dengan tidak sopan selagi memanggil sang empunya kantor. 

“B-Bu Siska, tolong jangan begini.” Di belakang sang wanita tadi, tampak sekretaris Alvaro mencoba menghentikannya.

Namun, wanita itu mengabaikannya dan mendelik saat melihat sosok Alvaro tengah menatapnya dingin. “Alvaro, omong kosong apa ini!? Mama dengar kamu ingin menikahi seorang pembantu!?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 61  Meminta Maaf

    Bab 61 Meminta Maaf ‘Mata yang biasanya bercahaya itu hari ini meredup’ batin Alvaro. ‘Aku harus bisa mengembalikan keceriaan Ambar lagi. Tapi bagaimana caranya?’ Alvaro masih terus menatap Ambar, meski saat ini gadis itu sudah beranjak meninggalkan ruang makan. Setelah punggung Ambar tak nampak lagi dari tempat Alvaro berjongkok, lelaki itu mulai mengurai pelukannya. Lalu dia mengajak Afreen duduk kembali di kursi. “Afreen sayang yuk dihabiskan sarapannya. Susunya juga ya biar cepat besar seperti papa,” bujuk Alvaro. “Tapi papa temanin Afreen sarapan, ya,” rajuk Afreen. “Iya Papa temani.” Alvaro pun memberi isyarat kepada salah satu asisten rumah tangganya untuk menyiapkan sarapan buat dirinya. Ketika Alvaro tengah menikmati sarapan sambil mendengar celotehan Afreen, Ambar masuk kembali ke ruang makan. Melihat mama tiri kesayangannya itu Afreen spontan berkata, “Ayo, Mama sarapan juga bareng Papa.” Ambar menatap Afreen sambil melirik Alvaro. Dia tampak enggan duduk seme

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 60   Memperbaiki Kesalahan

    Bab 60 Memperbaiki Kesalahan Alvaro menuruni tangga dari lantai dua rumahnya sambil memegangi pelipisnya. Kepalanya terasa berdenyut nyeri akibat kurang tidur semalam. Semua karena isi kepalanya yang terlalu riuh. ‘Kenapa? Kenapa semalam dia bisa lepas kendali? Kenapa juga dia merasa tidak rela disebut bajin**n oleh Ambar? Memangnya apa bedanya Ambar dengan orang lain?’ Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi benak Alvaro hingga dia menjadi sulit tidur karena kesulitan mencari jawabannya. Baru saja sampai di tangga terbawah, telinga Alvaro yang tajam mendengar gelak tawa dari arah ruang makan. Lelaki itu mempercepat langkahnya menuju ruangan tersebut. “Afreen nggak mau minum susu. Afreen maunya minum teh atau kopi seperti Mama.” “Nggak boleh, Sayang. Afreen masih kecil nggak boleh minum kopi. Kalau minum teh boleh, tapi nanti siang pulang sekolah. Sekarang sarapannya minum susu dulu, ya. Biar Afreen sehat dan tambah pinter,” jawab sebuah suara wanita yang dikenali oleh A

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 59  Kekesalan Alvaro

    Bab 59 Kekesalan Alvaro “Kamu benar-benar tega! Aku tidak menyangka ternyata kamu seorang bajin**n! Kemana perginya Tuan Alvaro yang terhormat itu? Aku menyesal sudah setuju menikah dengan bajin**n seperti kamu!” Jeritan Ambar membuat Alvaro tersentak. Tepat pada saat bersamaan bibirnya berhasil menyentuh pipi Ambar yang mulai basah oleh air mata. Alvaro pun membeku. Perlahan-lahan Alvaro menutup mata. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Dia melakukannya berulang kali dalam usahanya meredam emosi. Setelah deru napasnya yang memburu berubah menjadi lebih tenang, Alvaro mengangkat tubuhnya yang tadi menind*h Ambar. Lantas dia menjauh dari Ambar dan memilih duduk di pinggir kasur. Karena Alvaro sudah tidak lagi mengungkungnya, Ambar segera beringsut menjauh. Sebenarnya bisa saja Ambar beranjak keluar dari kamar, tetapi dia masih syok. Jadi ketika mencobanya kaki Ambar terlalu lemah sehingga dia tidak sanggup berdiri. Akhirnya gadis itu memilih duduk di uju

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 58  Memaksakan Kehendak

    Bab 58 Memaksakan Kehendak“Kamu benar-benar tidak bisa kuampuni lagi. Kamu harus diberi pelajaran sekarang juga!” Alvaro merengkuh tubuh Ambar agar tetap berdiri lalu tangannya mulai menarik Ambar. Dengan sedikit kasar Alvaro mencekal lengan Ambar dan menyeretnya menuju ujung ruang kerjanya. Di sudut ruangan itu terdapat pintu penghubung menuju kamar tempat Alvaro beristirahat kalau dia sedang malas naik ke kamarnya di lantai dua. Ambar kaget mendapat perlakuan seperti itu dari Alvaro. Selama dia bekerja sebagai baby sitter Afreen, Ambar belum pernah melihat Alvaro berbuat kasar. Mantan majikannya itu memang sering marah, tapi tidak pernah sampai menggunakan tangannya untuk menghukum seseorang. Itu sebabnya saat ini Ambar sangat ketakutan. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari cekalan tangan Alvaro. Namun tidak berhasil. Bagaimana mungkin kekuatannya sebagai seorang wanita bisa menandingi ketangguhan seorang lelaki? Apalagi lelaki yang sudah gelap mata sepert

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 57  Emosi Alvaro Memuncak

    “Aku tidak terima alasan seperti itu!” “Terus mau kamu bagaimana?” tantang Ambar. Sambil berdiri tegak di depan Alvaro, mata Ambar menatap tajam lelaki yang baru beberapa bulan menikahinya itu. “Aku akan meminta hakku agar kamu selalu ingat kewajibanmu,” ucap Alvaro dengan tegas. Ambar menatap Alvaro dengan bingung. “Hak? Hak yang mana yang ingin kamu minta?”Alvaro balik menatap Ambar lekat. “Tentu saja hakku sebagai seorang suami. Dan tentunya sebagai seorang istri sudah kewajibanmu untuk memenuhi hakku sebagai suami.”Kening Ambar berkerut membentuk beberapa garis. Bibirnya sedikit melongo. Dia terbengong-bengong mendengar ucapan Alvaro. “Aku tidak mengerti maksudmu. Hak yang mana lagi? Bukankah aku sudah memberikan semuanya kepadamu? Bukankah sudah kuturuti juga semua perintahmu? Apa semua itu masih belum cukup?” “Tentu saja belum cukup! Justru hal yang paling dasar belum kamu penuhi!” sentak Alvaro. “Hal yang paling dasar?” gumam Ambar sambil mengulangi kata-kata Alvaro. Eksp

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 56   Alvaro Meminta Hak

    Bab 56 Alvaro Meminta Hak Sebenarnya Ambar sudah menyiapkan hati sebelum membuka pintu ruang kerja Alvaro. Dia tahu suami di atas kertasnya itu pasti akan marah melihat kepulangannya yang terlambat. Namun tak urung dia tersentak juga ketika Alvaro menegurnya saat dia memasuki ruang kerja Alvaro. Dengan suara menggelegar lelaki itu berkata, “Akhirnya kamu pulang juga! Kupikir kamu mau menginap di luar!”Tubuh Ambar gemetar mendengarnya. Bukan karena dia kaget mendengar suara Alvaro yang sangat keras namun dia tak mampu menahan gejolak emosi nya mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh lelaki itu.Dengan mata menatap nanar Alvaro, Ambar berdiri tegak dan menjawab dengan suara yang tak kalah keras, “Apa maksud kamu? Kau pikir aku perempuan apa?” “Coba kamu pikir sendiri kamu perempuan seperti apa. Karena terus terang saja aku tidak tahu harus berpikir bagaimana melihat wanita yang kunikahi tidak memberi kabar sama sekali kalau akan terlambat pulang!” Alvaro menatap Ambar dengan tat

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 55   Kemarahan Alvaro

    Bab 55 Kemarahan Alvaro Alvaro melirik jam dinding dan mendecih sinis, “Hampir pukul sembilan dan dia baru pulang? Aku harus berbuat sesuatu agar dia tidak berbuat seenaknya lagi seperti malam ini! Bagaimana pun juga dia punya hak dan kewajiban kepadaku! Tunggu saja aku akan memperjelas hal itu sekarang juga!”***Satu jam sebelumnya, di warung kaki lima yang viral.“Kamu kenapa, sih? Kok gelisah terus dari tadi?” selidik Ken.“Kamu belum selesai makan, ya? Perut kamu masih aman?” sindir Ambar. “Memangnya kenapa perutku bisa nggak aman?” Ken bertanya balik. Ambar menatap gemas ke arah Ken. Sahabatnya itu benar-benar lugu atau pura-pura tidak tahu jawaban dari pertanyaannya? “Gini loh, Ken … harusnya kan perut itu ada batasannya. Kok kamu enggak, ya? Memangnya berapa hari kamu nggak makan? Kok nambah terus pesanan makanan kamu itu,” jawab Ambar dengan nada kesal. “Loh kan kamu sendiri yang bilang kalau warung ini viral karena makanan di sini enak semua. Jadi jangan salahkan aku

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 54   Ketakutan Ambar

    Bab 54 Ketakutan Ambar ‘Mana mungkin aku bilang kepadamu kalau yang mengirim pesan adalah suamiku,’ batin Ambar sambil melirik Ken yang tengah menatapnya.Mata Ambar kembali memandang ponselnya dan sekali lagi menelusuri pesan W******p dari Alvaro yang berbunyi, “Ingatlah statusmu sebagai seorang istri! Jangan membuat ulah yang mempermalukan keluarga!” Ambar menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ambar sedikit bingung ketika harus menulis balasan chat untuk Alvaro. Tangannya sudah ada di papan ketik ponsel, tetapi belum ada satu kata pun yang dia tulis sebagai jawaban dari chat Alvaro sebelumnya. Tidak mungkin dia berbohong bahwa saat ini dia sedang lembur di kantor. Karena dia yakin Alvaro pasti sudah tahu keberadaannya saat ini dan apa yang dilakukannya. Hal itu tersirat dari pilihan kata yang ditulis oleh Alvaro dalam chatnya.Pertanyaannya … dari mana kah Alvaro tahu tentang semuanya? Ambar melirik sahabatnya. Mungkinkah Ken benar-benar memposting foto dan v

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 53  Ambar, Ken, dan Alvaro

    ‘Teganya Ambar pergi tanpa pamit dan tanpa seizin dariku. Apakah dia lupa hak dan kewajiban yang tertera dalam kontrak?’ gumam Alvaro.Wajar saja Alvaro merasa kesal karena di saat dia mencemaskan Ambar, justru Ambar pergi bersenang-senang. Ambar keluar dengan seseorang sebelum mendapatkan izin dari Alvaro.Parahnya lagi Ambar pergi dengan seorang lelaki yang tidak disukai oleh Alvaro. Lelaki yang bernama Ken Lazuardi. Rekan bisnis Alvaro sekaligus sahabat Ambar di masa kecil. Alvaro menatap nanar status W******p Ken Lazuardi. Rekan bisnis yang dulu dia kenal sebagai lelaki dingin dan cuek kepada lawan jenis, nyatanya sekarang semua berubah sejak dia bertemu Ambar. Lihat saja story WA nya saat ini … penuh terisi dengan kebahagiaannya bersama Ambar. Alvaro jadi bertanya-tanya sebenarnya ada hubungan apa antara Ken dengan Ambar?Dada Alvaro terasa berat. Dia menarik nafas dalam-dalam karena kalau tidak begitu sepertinya udara tidak bisa masuk ke paru-parunya. Sayangnya hal itu tidak t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status