Adisti dan Abimanyu duduk bersanding di atas panggung yang terbuat dari batu yang diukir. Proses pernikahan di dunia Abimanyu belum selesai. Sekarang mereka harus menjalani prosesi siraman yang akan dilakukan sesepuh di wilayah Abimanyu.Adisti tidak berani mengangkat kepala, ia terus menunduk sambil menautkan jemarinya. Cemas. Itu yang dirasakannya saat ini. Walau bagaimanapun, ini kali pertama Adisti menjalani prosesi pernikahan, apalagi dengan Abimanyu yang berbeda alam.Hati kecilnya yang paling dalam mengatakan untuk lari dari prosesi ini, tetapi tubuhnya tidak sinkron. Gadis itu tetap duduk dan mengikuti semua kegiatan dengan patuh. Ia lupa bahwa apa yang dilakukannya sekarang adalah sebuah kesalahan.Mantra yang Abimanyu tujukan pada Adisti sangat kuat, sehingga gadis itu benar-benar lupa bahwa semuanya ini keliru.Tak terasa waktu berlalu, prosesi pernikahan Abimanyu dan Adisti berjalan lancar. Kini tinggallah sesi ramah tamah. Hal pertama yang membuat Adisti terheran adalah m
“Bagaimana wanita yang dikenalkan kemarin?” Tanya Dini, ibu Dion.Dion menghela napas. Ia teringat perjanjian yang ia buat dengan Adisti malam itu.“Jika kita sama-sama tidak bisa menolak, bagaimana kalau kita membuat perjanjian?” usul Dion akhirnya.“Perjanjian?” tanya Adisti tidak mengerti.Dion mengangguk. “Iya, kita tetap menyetujui perjodohan ini, tetapi ada hitam di atas putih. Kita buat perjanjian apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan selama pernikahan.”Adisti terdiam sejenak. “Sampai kapan?” tanyanya.“Aku tidak tahu.” Dion berharap Adisti menyetujui usulnya, sehingga ia bisa dengan mudah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Adisti saat ini.Adisti diam, memikirkan setiap ucapan Dion. Jika menolak, tentu saja ia tidak tega pada kakeknya. Menerima perjanjian itu, sama saja membuka diri agar orang lain tahu hubungannya dengan Abimanyu.Memikirkan hal itu membuat Adisti semakin pusing. Hingga akhirnya sebuah keputusan diambilnya dengan terpaksa.“Baiklah! Tetapi a
“Selesaikan dia sekarang!” perintah Lastri pada Abimanyu. Saat ini mereka sedang berperang melawan keluarga Arka.Abimanyu mengangguk lalu mendekati Arka yang ngos-ngosan karena perutnya terluka. Sebelumnya Lastri yang melawan Arka, tetapi wanita itu ingin Abimanyu yang menghabisi Arka. Setidaknya sampai Arka mengibarkan bendera putih.“Matilah kamu!” Tiba-tiba dari telapak tangan Abimanyu muncul cahaya berwarna merah terang yang membentuk seperti bola, lalu dengan sekali ayun, telapak tangan Abimanyu mengenai punggung Arka yang berusaha kabur.Lama-lama tubuh Arka melemah dan akhirnya tidak sadarkan diri. Beberapa pengikut Arka saling berpandangan saat melihat Arka mulai tidak berdaya. Segera mereka menghilang dan kembali ke wilayahnya meninggalkan Arka.“Buang dia ke lembah Kematian!” perintah Lastri pada Abimanyu.Laki-laki hanya mengangguk. Kini masalah wilayah terselesaikan. Setelah sekian lama, akhirnya Negeri Goria berada di tangan Lastri. Inilah momen yang paling ditunggu Last
“Maafkan aku, Sayang. Aku cemburu.” Abimanyu mencoba menenangkan Adisti yang menangis sesenggukan di atas ranjang.“Pergi kamu!” teriak Adisti. Ia menjauhkan diri dari suaminya lalu beranjak menuju kamar mandi dan meneruskan menangis di sana.Selama hidupnya, belum ada yang memarahinya hingga membuatnya terluka. Bukan luka yang tampak, justru luka tak tampak yang membekas kiat di hati. Kartilan tidak pernah membentaknya sekali pun.Adisti mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan kasar. Ia kecewa dengan Abimanyu yang berbuat kasar padanya. Padahal mereka baru beberapa hari menikah.“Maafkan aku, Sayang!” teriak Abimanyu dari balik pintu kamar mandi sambil mencoba membuka pintu. Sayangnya dikunci dari dalam.Saat tidak lagi terdengar jawaban Adisti, Abimanyu memutuskan pulang.“Manusia sangat menyusahkan!” gerutu Abimanyu kesal. Ia memang mencintai Adisti, tetapi jika wanita itu menyusahkan seperti sekarang malas rasanya bertemu lagi.Sementara itu, Adisti terus menangis di kamar
“Menikah dengan makhluk tak kasatmata, Ustaz?” tanya Dion. Ia pernah mendengar ada manusia yang menikah dengan makhluk tak kasatmata, tapi baru kali ini ia tahu secara langsung, bahkan itu adalah Adisti, calon istrinya.Ustaz Ramli mengangguk. “Mereka belum lama menikah.”Sekali lagi Dion membelalak. Belum lama? Apakah menikah setelah bertemu dengannya atau sebelum? Bagaimana bisa Adisti yang terlihat polos mau menikah dengan makhluk tak kasatmata?“Sepertinya gadis itu tidak sadar bahwa dirinya dipengaruhi mantra mereka agar mau patuh.”Ucapan Ustaz Ramli seperti menjawab pertanyaan yang ada di otak Dion. Tentu saja dimantrai, mana mungkin orang mau menikah dengan makhluk tak kasatmata jika bukan karena ada sesuatunya.“Mengapa mereka melakukan itu? Maksud saya, mengapa bangsa mereka memilih Adisti?” tanya Dion.Ustaz Ramli memejamkan mata sebentar. Tak lama Kemudian membuka mata. “Merek
“Lantas bagaimana aku menolaknya?” tanya Adisti mengiba.“Pikirkan sendiri! Jika kamu menikah, lantas bagaimana aku? Aku suamimu, Adisti! Suamimu!” teriak Abimanyu penuh penekanan di setiap ucapannya. Sepertinya ia benar-benar marah kali ini.Tentu saja marah. Mana ada laki-laki yang rela berbagi istri? Tidak ada! Ia pun mana mungkin mau berbagi suami dengan wanita lain.“Katakan! Bagaimana cara aku menggagalkan perjodohan itu?” Wajah Adisti tampak memelas. Ia lelah berdebat dengan Abimanyu yang tidak mau mengalah.Abimanyu diam sejenak. Mana mungkin perjodohan antar manusia itu bisa ia batalkan. Abimanyu hanya bisa mengikat Adisti, tidak dengan rencana manusia yang lain, yaitu rencana Kartilan.“Jika kamu ada cara menggagalkan perjodohan itu, akan aku lakukan.” Adisti pasrah dengan apa yang dikatakan Abimanyu nanti.“Aku tidak tahu!” ucap Abimanyu akhirnya.“Aku dan la
Kini tinggallah keluarga Dion, Adisti, dan Kartilan yang tersisa. Semua tamu sudah pulang. Pun dengan teman-teman Adisti di pabrik. Mereka sangat terkejut saat mendapat undangan pernikahan Dion dan Adisti. Tidak ada yang mengira bahwa diam-diam Adisti menikah dengan manajer pabrik sendiri.Bahkan, sempat ada yang mengira mereka memiliki hubungan sebelum Dion bekerja di pabrik. Namun, semua itu dibantah Dion. Ia mengatakan bahwa baru bertemu Adisti dan ternyata dijodohkan.“Kemasi semua barangmu, Adisti. Mulai sekarang kamu istriku. Jadi kamu harus patuh padaku.” Dion menggamit lengan Adisti untuk sedikit menjauh dari orang-orang.“Kenapa? Bukankah pernikahan ini hanya di atas kertas?” tanya Adisti tidak mengerti.Dion menghela napas. “Hei, walaupun di atas kertas. Kita harus bersandiwara total dalam hal ini. Bagaimana pandangan orang jika kita baru saja menikah dan ternyata kita tidak serumah? Coba pikirkan apa yang akan mere
Dion masuk ke rumah. Pertemuannya dengan Abimanyu menyisakan sedikit luka. Ternyata fisik laki-laki itu nyaris sempurna. Pantas saja Adisti mau menjadi istrinya.Namun, mengingat ucapan Ustaz Ramli, Dion menggeleng pelan. Mencoba menghilangkan pikiran buruk tentang Adisti. Ya, wanita itu tidak bersalah. Ustaz Ramli mengatakan bahwa Adisti terkena mantra Abimanyu. Karena itulah wanita itu mau menikah dengan makhluk tak kasatmata itu.Saat masuk kamar, pandangan yang pertama kali ia lihat adalah Adisti yang hanya mengenakan handuk dililitkan di tubuh dan membelakanginya. Menampakkan kaki jenjang Adisti yang putih bersih. Tentu saja jiwa kelelakian Dion keluar. Namun, mengingat hubungan mereka seperti apa, segera ia membalikkan badan.“Segera pakai baju! Jika tidak kamu akan saya terkam malam ini!” perintah Dion.Mendengar suara Dion, segera Adisti menoleh ke sumber suara lalu berteriak.Mendengar teriakan Adisti, dengan cepat Dion mendeka