“Kamu duduk di depan aja, Arka biar sama mainanannya ditengah.” Ujar Andro sambil menatap Gita dari kaca spion.Gita pun akhirnya pindah duduk disebelah Andro, ia terkejut ketika Andro mendekatinya dan memasangkannya seatbelt. Dengan jarak sedekat ini, Gita merasakan wajahnya memerah apalagi sejak tadi Gita tahu kalau Andro memperhatikannya terus.“Sorry, kebiasaan.” Ujar Andro kemudian ia menjalankan kemudi dan fokus menatap jalan didepannya.“Sudah berapa lama kamu kerja sama bang Rion?” Andro memulai percakapan, ia bertanya tanpa melepaskan pandangannya kedepan jalan.“Baru dua hari, saya cuma pengganti Cing Lela untuk sementara.” Gita menjawab dengan pandangan lurus juga. Dia sebenarnya merasa risih duduk didepan bersama Andro, tapi apa boleh buat rasanya tidak sopan juga membiarkan Andro duduk sendiri didepan seperti seorang supir.“Kamu tinggal didekat rumah Bu Lela?” “Iya, kami tetanggaan.”“Berapa usia kamu?” Andro.seperti wartawan yang sedang menanyai buruannya.“Saya sudah
Gita pun merapihkan baju kotor miliknya dan memasukannya kedalam goodie bag lalu ia berniat untuk berpamitan pulang pada Andro. Tapi yang Gita jumpai malah pria dengan sorot mata tajam yang sepertinya terkejut juga melihat dirinya. Pria itu menatapnya lekat dan lama, membuat Gita jadi salah tingkah ditatap intens seperti itu. “Permisi Pak, sa-saya mau pulang.”“Kamu Gita?” tanya Rion sambil memperhatikan kecanggungan Gita.“Iya Pak, Saya Gita.”“Maaf Pak, tadi uang sisa ongkos taksi, saya belikan untuk bahan makanan.” Rion hanya mengangguk, sambil terus menatapi wanita muda berhijab coklat itu. Pantas saja tadi mamahnya berbicara seperti itu, Rion tersenyum penuh arti. “Arka dimana?” “Arka tidur dikamar, Mas Andro ...”“Andro? Dia masih disini?” Andro yang mendengar namanya disebut pun lalu datang menghampiri kakaknya. Dia tadi berada dibalkon, sedang menerima panggilan entah dari siapa.“Tumben, kamu ikut kesini.” Ujar Rion sambil melepaskan jas nya dan menaruhnya di kursi. Rion
Bab 7Anggita dan Andro berhenti disebuah gang yang tak terlalu besar, mobil bisa masuk sebenarnya, hanya saja Gita tidak mau menjadi bahan gosip tetangganya ketika melihat dirinya pulang dengan Andro. Apalagi saat ini mereka mungkin sudah mengetahui kalau dirinya sudah bercerai dari mantan suaminya."Saya turun disini saja, Mas Andro!" ujar Gita sambil mengangkat goodie bagnya hendak keluar dari mobil."Andro aja sih manggilnya, biar lebih akrab!" tukas pria gondrong berambut ikal itu."Dari sini masih jauh gak, aku antar sampai depan rumah kamu!" sahut Andro tetap melancarkan usaha untuk mendekati Gita."Gangnya sempit, kalau mobil masuk khawatir ada kendaraan lain yang mau keluar dari arah sebaliknya." Gita memberikan alasan kepada pria itu."Tapi kamu bener gak papa kan jalan sendirian?" Andro melihat ke arah wanita bermata teduh itu."Saya sudah puluhan tahun tinggal disini, tenang aja!" Gita membalas seraya memberikan senyum manisnya."Ya udah deh kalau gitu, kamu hati-hati ya
Gita tersenyum mendengar ucapan Raya itu."Jangan bercanda kamu!" wanita itu terkekeh menganggap ucapan Raya hanya sebuah gurauan saja."Aku serius Git, kamu sih orang lagi nembak malah diketawain." Raya pura-pura merajuk lalu ikut terkekeh dengan Gita agar tidak canggung."Makasih dah nemenin ngobrol sampe rumah ya." "Masuk gih cepet, diluar dingin, anginnya kenceng, bentar lagi kaya mau turun hujan nih." Raya membukakan pagar untuk Anggita, lalu wanita itu pun masuk kehalaman rumah, kemudian Raya menutup kembali pagarnya. "Salam buat emak!" seru Raya sambil tersenyum.Anggita pun menganggukan kepala lalu ia masuk kedalan rumah, Raya pun kembali menuju rumah orang tuanya. "Baru pulang, Nak! Tumben agak malam," ujar emak keluar dari kamar."Iya mak, tadi Gita dapet tugas jemput anaknya Pak Rion, terus akhinya nungguin Arka dulu sampai papahnya datang." Gita menjelaskan kepada sang ibu."Hmm ... emak khawatir kamu kenapa-kenapa." Gita tersenyum lalu berkata,"Maaf sudah bikin Mak c
Tolong kamu duduk didepan, saya bukan supir!" tegur Rion kepada Gita seraya menatap tajam wanita itu dari kaca tengah mobil. Kemudian Rion mengenakan kacamata hitamnya.Gita yang sedang menaruh tas ransel Arka kebagian belakang pun menengok ke arah Rion dengan tergagap."Ma-maaf, Pak." Ia segera turun dan duduk disamping Rion , kemudian ketiganya mulai membelah jalanan ibu kota yang hari ini terlihat cerah. Rion menatap jalanan lurus didepannya, sedangkan Gita duduk disampingnya dengan tegang, bahkan ia tak berani menoleh sedikitpun ke arah Rion ataupun Arka. Ia merasa tangannya basah, karena gugup. Tenanglah Gita ... tenanglah, batin Gita berbicara pada diri sendiri. Sesampainya ditempat tujuan, Arka langsung berlari kegirangan, buatnya pergi bersama dengan Papahnya adalah hal yang istimewa karena mereka jarang bertemu. Gita menggendong tas ransel milik Arka, berjalan cepat menyusul bocah tampan itu. Ya ... Arka berwajah tampan mirip dengan papahnya. Banyak orang memperhatikan mere
" Maaf Pak saya tidak bisa menginap, ibu saya sedang menunggu dirumah." Anggita tetap memaksa ingin pulang.Rion menghela napas panjang, kemudian menatap wanita dihadapannya dengan ragu. "Baiklah, kalau begitu, maaf saya tidak bisa mengantarkan kamu, gak ada yang jagain Arka." "Saya sudah pesan ojol, sudah menunggu di lobby. Permisi!" sahut Jani sopan.Ketika Gita hendak membuka pintu, Rion memanggilnya lagi. "Gita, saya minta maaf jika perkataan saya hari ini ada yang membuatmu kesal." ujar Rion dengan wajah menyesal.Anggita hanya menganggukan kepalanya lalu lekas keluar dan menutup kembali pintu apartemen Rion. Gita berjalan cepat memasuki lift, sesampainya didalam lift ia memegang dadanya yang berdebar cepat. Ya Tuhan, kalau lama-lama dekat Rion terus aku bisa jantungan. Setelah sampai dilobby, Gita langsung menaiki ojol yang sudah menunggunya.Sementara itu Rion telah kembali ke kamarnya, ia memandangi Arka putranya yang sedang tidur, mengusap kepalanya penuh sayang. Dia iba m
Pemuda itu pun seketika langsung pergi ketika melihat Rion berada dibelakangnya.Anggita yang melihat ekspresi wajah menakutkan dari Rion hanya memalingkan wajahnya kemudian ia pergi menghampiri Arka."Arka, kita pulang yuk! Tadi nenek telpon katanya mau ketempat papah." seru Rion pada putranya yang sedang bermain ayunan.Arka pun menyudahi kegiatannya lalu menghampiri sang papah. Gita berada dibelakang kedua ayah dan anak itu. Kemudian mereka kembali ke apartemen. Sesampainya disana, Gita langsung mengerjakan tugasnya seperti biasa. Sedangkan Rion dan Arka sedang mandi. Tugas Gita selesai bertepatan dengan bel berbunyi, Vega dan Andro memasuki apartemen milik Rion.Gita hanya mengangguk sambil tersenyum ramah."Mba Gita pa kabarnya?" tanya Andro dengan begitu manisnya."Baik, Ibu sama Mas Andro mau minum apa?" "Udah Git, gak usah repot-repot. Nanti kami ambil sendiri aja." ujar Vega."Arka sama Rion mana?""Lagi mandi kayanya Bu, tadi mereka habis olahraga." Gita menjelaskan kepada V
Arka langsung duduk disebelah Vega, sedangkan Rion duduk dikursi tengah disamping kanannya ada sang Mamah dan disebelah kirinya ada Andro. "Siapa yang mau nikah sama Gita?" Rion mengulang pertanyaannya."Kamu lah, mamah maunya kamu yang nikah sama Gita, bukan sama perempuan ulet keket itu." tukas Vega sambil mendelik ke arah sang putra."Namanga Sasa mah, bukan ulet keket." sahutt Rion seraya tersenyum."Terserah mau Sasa, apa Ajinomoto, mamah gak perduli Ri. Mamah gak suka, titik!" ucap Vega kesal.Andro hanya tergelak mendengar ocehan sang mamah, yang membuatnya lalu terbatuk-batuk karena tersedak makanan hingga wajahnya merah.Dengan cepat Gita reflek memberikan segelas air putih kepada Andro, karena tak tega melihat Andro tersedak. Andro pun menerima gelas dari Gita dan segera menghabiskan isinya. Hal itu tidak luput dari penglihatan Rion. "Terima kasih, mba! Kamu telah menyelamatkan hidupku!" ucap Andro sambil menatap Gita dengan tatapan yang menggelikan."Ck ... lebay kamu, N