Share

Bab 5. Bertemu Orion Syailendra

“Kamu duduk di depan aja, Arka biar sama mainanannya ditengah.” Ujar Andro sambil menatap Gita dari kaca spion.

Gita pun akhirnya pindah duduk disebelah Andro, ia terkejut ketika Andro mendekatinya dan memasangkannya seatbelt. Dengan jarak sedekat ini, Gita merasakan wajahnya memerah apalagi sejak tadi Gita tahu kalau Andro memperhatikannya terus.

“Sorry, kebiasaan.” Ujar Andro kemudian ia menjalankan kemudi dan fokus menatap jalan didepannya.

“Sudah berapa lama kamu kerja sama bang Rion?” Andro memulai percakapan, ia bertanya tanpa melepaskan pandangannya kedepan jalan.

“Baru dua hari, saya cuma pengganti Cing Lela untuk sementara.” Gita menjawab dengan pandangan lurus juga. Dia sebenarnya merasa risih duduk didepan bersama Andro, tapi apa boleh buat rasanya tidak sopan juga membiarkan Andro duduk sendiri didepan seperti seorang supir.

“Kamu tinggal didekat rumah Bu Lela?”

“Iya, kami tetanggaan.”

“Berapa usia kamu?” Andro.seperti wartawan yang sedang menanyai buruannya.

“Saya sudah tua, umur saya 30 tahun.” Gita masih menjawab dengan sopan pertanyaan Andro.

“Kata siapa tua? Mba masih muda kok, keliatannya kaya umur 20tahun,” puji Andro sambil sesekali melirik ke arah Gita.

“Masih cocok kok kalau jalan bareng sama saya.”

Gita tertawa renyah, membuat Andro ikut tersenyum mendengar.

“Kenapa ketawa? Ada yang lucu dari perkataan saya tadi?”

Gita tidak menjawab, dia memalingkan wajahnya kesamping jendela. Selama perjalanan Andro mencoba untuk menjalin komunikasi yang baik dengan Gita. Membuat wanita berhijab coklat tertawa dengan cerita-cerita konyolnya.

Sementara itu, Rion yang baru saja akan  memimpin rapat menerima panggilan telepon dari sang mamah. Rion pun permisi meninggalkan ruang rapat.

“Halo Mah,”

“Arka sudah berangkat bareng Gita dan Andro.”

“Andro ikut juga?”

“Iya, dia maksa mau ikut setelah liat Gita.”

“Yon, mamah setuju sama yang ini. Kamu tuh pake malu-malu segala ngenalan Gita ke mamah sih, pokoknya mamah ridho ikhlas dunia akhirat kamu sama Gita.”

“Hah ... Mamah ngomong apa sih? Aku sama Gita ...”

“Mamah gak mau tahu, pokoknya kamu harus segera nikah sama Gita. Titik.”

“Ya Tuhan, yang benar aja Mah ... “

“Daripada dia keburu direbut Andro nanti.”

“Andro ... Ngapain aku sama Andro harus rebutan Gita?”

Rion tak habis pikir dengan cara berpikir mamahnya, bagaimana bisa mamahnya menyuruh dia untuk menikah dengan Gita, sedangkan Rion sendiri saja belum pernah bertemu dengannya.

“Sudah dulu ya Mah, Rion ada rapat sama para pemegang saham.”

Rion pun menutup sepihak panggilan itu dan menonaktikan ponselnya. Dia tidak mau rapatnya tertunda lagi gara-gara ucapan tak jelas sang mamah. Jangan karena Rion masih menduda, mamahnya bisa mendesaknya terus untuk segera menikah.

“Lama-lama aku bisa gila.” Rion menggerutu sambil berjalan kembali memasuki ruang rapat.

***

Langit sore mulai berwarna jingga, sementara itu didalam unit sebuah apartemen Gita hampir selesai memasak hidangan untuk makan malam. Mereka bertiga sampai ketempat Rion sekitar dua jam yang lalu. Arka yang sejak tadi  yang kelelahan sedang tertidur pulas dikamar Rion. Sebelum Arka tidur, Gita sempat menemaninya bermain sambil berbincang sebentar. Kemudian Gita menemani Arka dikamar sampai akhirnya dia tertidur. Setelahnya Gita menuju dapur untuk memasak, Andro bersikeras untuk membantu Gita. Walaupun saat ini matanya sudah mengeluarkan air mata karena memotong bawang merah.

“Mas Andro biar saya saja yang potong bawangnya, udah nangis gitu juga.” Gita tertawa melihat keadaan Andro yang berlinangan air mata.

Andro pun akhirnya menyerah, ia meninggalkan bawang merah tersebut  lalu mencuci wajahnya di wastafel. Lalu kembali menghampiri Gita.

“Gila, baru kali ini gue dibikin nangis sama bawang.”

“Biasanya kamu yang bikin nangis para wanita ya. Kena karma kamu sama bawang.” Ujar Gita sambil terkekeh.

“Kok kamu tahu?”

Gita tidak menjawab pertanyaan Andro, dia hanya tersenyum sekilas lalu melanjutkan mengoseng cabe, bawang dan sayur kangkung.

Gita sudah bisa menebak bahwa Andro adalah pria setia, setiap tikungan ada. Dari cara dia melihat, berbicara dan bahasa tubuh pria itu. Karena sikap Andro yang humoris dan mudah berbicara dan mudah akrab dengan lawan jenis, mirip dengan mantan suaminya. Hanya saja Gita masih menghargainya karena Andro bersikap baik dan sopan padanya.

Tepat adzan maghrib berkumandang, Gita telah menyelesaikan masakannya. Andro pergi mengangkat panggilan telepon yang sejak siang berdering terus.

Gita menumpang mandi dikamar mandi dapur karena ia tidak tahan dengan tubuhnya yang lengket karena keringat. Beruntung hari ini dia membawa baju ganti. Setelah mengganti pakaiannya, Gita pun menunaikan sholat maghrib. Baru saja ia selesai melipat mukena, yang selalu dibawanya saat sedang diluar rumah. terdengar bunyi pintu apartemen yang dibuka. Gita cepat-cepat memakai hijabnya kembali selepas sholat. Kemudian ia pun berjalan menuju ruang depan.

Hatinya berdegup kencang, ia belum pernah sekalipun bertemu dengan majikannya, Orion Syailendra. Apakah pria itu mirip dengan adiknya, Andromeda Syailendra. Gita sudah sedikit tahu bagaimana sikap Andro, tapi ia belum tahu bagaimana seorang Orion sang pemilik apartemen ini. Tapi yang Gita yakin bahwa pria itu bukanlah orang yang jahat, dia juga orang yang tidak canggung mengucapkan terima kasih pada orang yang berada dibawahnya.

Orion yang baru saja masuk kedalam apartemen miliknya itu, terlihat mengamati kesekeliling ruangan. Mengapa ruangan itu sepi, Apakah Arka belum tiba? Pikir pria itu. Ia pun kemudian melangkah lebih kedalam, dan seketika tubuhnya membeku, ia terkejut menatap sesosok perempuan.berhijab yang muncul dari belakang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status